SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
                      NOMOR 39 TAHUN 2008
                             TENTANG
                      KEMENTERIAN NEGARA


             DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

                   PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang     :   a. bahwa Presiden sebagai pemegang kekuasaan
                     pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar
                     Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
                     menjalankan tugasnya dibantu oleh menteri-menteri
                     negara yang membidangi urusan tertentu di bidang
                     pemerintahan;
                  b. bahwa setiap menteri memimpin kementerian
                     negara untuk menyelenggarakan urusan tertentu
                     dalam pemerintahan guna mencapai tujuan negara
                     sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan
                     Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
                     Tahun 1945;
                  c. bahwa sesuai ketentuan Pasal 17 ayat (4) Undang-
                     Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
                     1945, pembentukan, pengubahan, dan pembubaran
                     kementerian negara diatur dalam undang-undang;
                  d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
                     dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c
                     perlu   membentuk   Undang-Undang    tentang
                     Kementerian Negara;
Mengingat     :   Pasal 4, Pasal 17, Pasal 20, dan Pasal 21 Undang-
                  Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

                      Dengan Persetujuan Bersama

        DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
                                  dan
                    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


                            MEMUTUSKAN:

Menetapkan    :   UNDANG-UNDANG TENTANG KEMENTERIAN NEGARA.

                                                            BAB I . . .
-2-

                         BAB I
                 KETENTUAN UMUM

                         Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut
   Kementerian adalah perangkat pemerintah yang
   membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
2.   Menteri Negara yang selanjutnya disebut Menteri
     adalah   pembantu   Presiden   yang  memimpin
     Kementerian.
3.   Urusan Pemerintahan adalah setiap urusan
     sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Undang-
     Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
     1945.
4.   Pembentukan Kementerian adalah pembentukan
     Kementerian dengan nomenklatur tertentu setelah
     Presiden mengucapkan sumpah/janji.
5.   Pengubahan Kementerian adalah pengubahan
     nomenklatur    Kementerian      dengan      cara
     menggabungkan, memisahkan, dan/atau mengganti
     nomenklatur Kementerian yang sudah terbentuk.
6.   Pembubaran    Kementerian    adalah     menghapus
     Kementerian yang sudah terbentuk.



                         BAB II
      KEDUDUKAN DAN URUSAN PEMERINTAHAN

                      Bagian Kesatu
                       Kedudukan

                         Pasal 2

Kementerian berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik
Indonesia.


                         Pasal 3

Kementerian berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden.

                                      Bagian Kedua . . .
-3-

                        Bagian Kedua
                   Urusan Pemerintahan

                          Pasal 4

(1) Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam
    pemerintahan.
(2) Urusan tertentu dalam pemerintahan sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
      a.   urusan    pemerintahan   yang    nomenklatur
           Kementeriannya secara tegas disebutkan dalam
           Undang-Undang     Dasar    Negara    Republik
           Indonesia Tahun 1945;
      b. urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya
         disebutkan  dalam     Undang-Undang     Dasar
         Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan
      c.   urusan pemerintahan dalam rangka penajaman,
           koordinasi,   dan    sinkronisasi   program
           pemerintah.

                          Pasal 5

(1)   Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud
      dalam Pasal 4 ayat (2)      huruf a meliputi urusan
      luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan.
(2)   Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud
      dalam Pasal 4 ayat (2)     huruf b meliputi urusan
      agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi
      manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan,
      sosial, ketenagakerjaan, industri, perdagangan,
      pertambangan,      energi,    pekerjaan     umum,
      transmigrasi, transportasi, informasi, komunikasi,
      pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan,
      kelautan, dan perikanan.
(3)   Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud
      dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c meliputi urusan
      perencanaan pembangunan nasional, aparatur
      negara, kesekretariatan negara, badan usaha milik
      negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan
      hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi,
      koperasi, usaha kecil dan menengah, pariwisata,
      pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga,
      perumahan, dan pembangunan kawasan atau
      daerah tertinggal.
                                            Pasal 6 . . .
-4-

                          Pasal 6

Setiap urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) tidak harus dibentuk
dalam satu Kementerian tersendiri.


                          BAB III
      TUGAS, FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI

                       Bagian Kesatu
                          Tugas

                          Pasal 7

Kementerian mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.


                       Bagian Kedua
                          Fungsi

                          Pasal 8

(1)   Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang
      melaksanakan urusan sebagaimana dimaksud
      dalam Pasal 5 ayat (1) menyelenggarakan fungsi:
      a. perumusan,     penetapan,   dan   pelaksanaan
         kebijakan di bidangnya;
      b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
         menjadi tanggung jawabnya;
      c. pengawasan      atas  pelaksanaan   tugas   di
         bidangnya; dan
      d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai
         ke daerah.
(2)   Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang
      melaksanakan urusan sebagaimana dimaksud
      dalam Pasal 5 ayat (2) menyelenggarakan fungsi:
      a. perumusan,     penetapan,   dan    pelaksanaan
         kebijakan di bidangnya;
      b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
         menjadi tanggung jawabnya;
      c. pengawasan     atas   pelaksanaan    tugas    di
         bidangnya;
                                    d. pelaksanaan . . .
-5-

      d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi
          atas pelaksanaan urusan Kementerian di
          daerah; dan
      e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala
          nasional.
(3)   Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang
      melaksanakan urusan sebagaimana dimaksud
      dalam Pasal 5 ayat (3) menyelenggarakan fungsi:
      a. perumusan dan penetapan kebijakan di
         bidangnya;
      b. koordinasi    dan    sinkronisasi  pelaksanaan
         kebijakan di bidangnya;
      c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
         menjadi tanggung jawabnya; dan
      d. pengawasan      atas   pelaksanaan   tugas   di
         bidangnya.


                        Bagian Ketiga
                    Susunan Organisasi

                           Pasal 9

(1)   Susunan organisasi Kementerian yang menangani
      urusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
      (1) terdiri atas unsur:
      a. pemimpin, yaitu Menteri;
      b. pembantu pemimpin, yaitu sekretariat jenderal;
      c.   pelaksana tugas pokok, yaitu direktorat
           jenderal;
      d. pengawas, yaitu inspektorat jenderal;
      e. pendukung, yaitu badan dan/atau pusat; dan
      f.   pelaksana tugas pokok di daerah dan/atau
           perwakilan luar negeri sesuai dengan peraturan
           perundang-undangan.
(2)   Susunan       organisasi        Kementerian  yang
      melaksanakan urusan sebagaimana dimaksud
      dalam Pasal 5 ayat (2) terdiri atas unsur:
      a. pemimpin, yaitu Menteri;
      b. pembantu pemimpin, yaitu sekretariat jenderal;
      c. pelaksana, yaitu direktorat jenderal;
      d. pengawas, yaitu inspektorat jenderal; dan
      e. pendukung, yaitu badan dan/atau pusat.

                                        (3) Kementerian . . .
-6-

(3)   Kementerian yang menangani urusan agama,
      hukum, keuangan, dan keamanan sebagaimana
      dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) juga memiliki
      unsur pelaksana tugas pokok di daerah.
(4)   Susunan       organisasi        Kementerian      yang
      melaksanakan urusan sebagaimana dimaksud
      dalam Pasal 5 ayat (3) terdiri atas unsur:
      a. pemimpin, yaitu Menteri;
      b. pembantu       pemimpin,       yaitu    sekretariat
          Kementerian;
      c. pelaksana, yaitu deputi; dan
      d. pengawas, yaitu inspektorat.


                          Pasal 10

Dalam hal terdapat beban kerja yang membutuhkan
penanganan secara khusus, Presiden dapat mengangkat
wakil Menteri pada Kementerian tertentu.


                          Pasal 11

Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, dan
susunan organisasi Kementerian diatur      dengan
Peraturan Presiden.


                           BAB IV
  PEMBENTUKAN, PENGUBAHAN, DAN PEMBUBARAN
                KEMENTERIAN

                        Bagian Kesatu
                Pembentukan Kementerian

                          Pasal 12

Presiden membentuk Kementerian luar negeri, dalam
negeri, dan pertahanan, sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

                          Pasal 13

(1)   Presiden membentuk Kementerian sebagaimana
      dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3).


                                     (2) Pembentukan . . .
-7-


(2)   Pembentukan Kementerian sebagaimana dimaksud
      pada ayat (1) dengan mempertimbangkan:
      a. efisiensi dan efektivitas;
      b. cakupan tugas dan proporsionalitas beban
         tugas;
      c. kesinambungan, keserasian, dan keterpaduan
         pelaksanaan tugas; dan/atau
      d. perkembangan lingkungan global.


                       Pasal 14

Untuk kepentingan sinkronisasi dan koordinasi urusan
Kementerian, Presiden dapat membentuk Kementerian
koordinasi.


                       Pasal 15

Jumlah     keseluruhan    Kementerian    sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 paling
banyak 34 (tiga puluh empat).


                       Pasal 16

Pembentukan Kementerian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 paling lama 14
(empat belas) hari kerja sejak Presiden mengucapkan
sumpah/janji.


                     Bagian Kedua
               Pengubahan Kementerian

                       Pasal 17

Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
tidak dapat diubah oleh Presiden.


                       Pasal 18

(1)   Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
      13 dapat diubah oleh Presiden.

                                    (2) Pengubahan . . .
-8-

(2)   Pengubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
      dilakukan dengan mempertimbangkan:
      a. efisiensi dan efektivitas;
      b. perubahan dan/atau perkembangan tugas dan
         fungsi;
      c. cakupan    tugas   dan     proporsionalitas   beban
         tugas;
      d. kesinambungan, keserasian, dan keterpaduan
         pelaksanaan tugas;
      e. peningkatan     kinerja      dan    beban      kerja
         pemerintah;
      f.   kebutuhan penanganan urusan tertentu dalam
           pemerintahan secara mandiri; dan/atau
      g. kebutuhan penyesuaian          peristilahan    yang
         berkembang.

                         Pasal 19

(1)   Pengubahan sebagai akibat pemisahan atau
      penggabungan Kementerian dilakukan dengan
      pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
(2)   Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
      diberikan Dewan Perwakilan Rakyat paling lama 7
      (tujuh) hari kerja sejak surat Presiden diterima.
(3)   Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja
      sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Dewan
      Perwakilan   Rakyat    belum    menyampaikan
      pertimbangannya, Dewan Perwakilan Rakyat
      dianggap sudah memberikan pertimbangan.



                       Bagian Ketiga
                 Pembubaran Kementerian

                         Pasal 20

Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
tidak dapat dibubarkan oleh Presiden.


                                             Pasal 21 . . .
-9-

                        Pasal 21

Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
dapat dibubarkan oleh Presiden dengan meminta
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat, kecuali
Kementerian yang menangani urusan agama, hukum,
keuangan, dan keamanan harus dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.



                         BAB V
        PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN

                      Bagian Kesatu
                      Pengangkatan

                        Pasal 22

(1)   Menteri diangkat oleh Presiden.
(2)   Untuk dapat diangkat menjadi Menteri, seseorang
      harus memenuhi persyaratan:
      a. warga negara Indonesia;
      b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
      c. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara,
         Undang-Undang     Dasar    Negara     Republik
         Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita proklamasi
         kemerdekaan;
      d. sehat jasmani dan rohani;
      e. memiliki integritas dan kepribadian yang baik;
         dan
      f. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan
         putusan pengadilan yang telah memperoleh
         kekuatan hukum tetap karena melakukan
         tindak pidana yang diancam dengan pidana
         penjara 5 (lima) tahun atau lebih.


                        Pasal 23

Menteri dilarang merangkap jabatan sebagai:
a. pejabat negara lainnya sesuai dengan peraturan
   perundang-undangan;
b. komisaris atau direksi pada perusahaan negara atau
   perusahaan swasta; atau
                                      c. pimpinan . . .
- 10 -

c.    pimpinan organisasi yang dibiayai dari Anggaran
      Pendapatan Belanja Negara dan/atau Anggaran
      Pendapatan Belanja Daerah.



                           Bagian Kedua
                       Pemberhentian

                             Pasal 24

(1)    Menteri berhenti dari jabatannya karena:
       a. meninggal dunia; atau
       b. berakhir masa jabatan.
(2)    Menteri diberhentikan dari jabatannya oleh
       Presiden karena:
       a. mengundurkan diri atas permintaan sendiri
           secara tertulis;
       b.   tidak dapat melaksanakan tugas selama 3
            (tiga) bulan secara berturut-turut;
       c.   dinyatakan bersalah berdasarkan putusan
            pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
            hukum tetap karena melakukan tindak pidana
            yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
            tahun atau lebih;
       d.   melanggar    ketentuan  larangan   rangkap
            jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
            23; atau
       e.   alasan lain yang ditetapkan oleh Presiden.
(3)    Presiden memberhentikan sementara Menteri yang
       didakwa melakukan tindak pidana yang diancam
       dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.


                             BAB VI
      HUBUNGAN FUNGSIONAL KEMENTERIAN DAN
       LEMBAGA PEMERINTAH NONKEMENTERIAN

                             Pasal 25

(1)    Hubungan fungsional antara Kementerian dan
       lembaga pemerintah nonkementerian dilaksanakan
       secara sinergis sebagai satu sistem pemerintahan
       dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai
       dengan peraturan perundang-undangan.

                                          (2) Lembaga . . .
- 11 -

(2)     Lembaga        pemerintah       nonkementerian
        berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung
        jawab kepada Presiden melalui Menteri yang
        mengoordinasikan.
(3)     Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan
        fungsional antara Menteri dan lembaga pemerintah
        nonkementerian sebagaimana dimaksud pada ayat
        (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden.




                           BAB VII
      HUBUNGAN KEMENTERIAN DENGAN PEMERINTAH
                     DAERAH

                           Pasal 26

Hubungan antara Kementerian dan pemerintah daerah
dilaksanakan dalam kerangka sistem pemerintahan
Negara    Kesatuan     Republik    Indonesia    dengan
memperhatikan      prinsip-prinsip     penyelenggaraan
otonomi daerah sesuai peraturan perundang-undangan.



                           BAB VIII
                  KETENTUAN PERALIHAN

                           Pasal 27

Kementerian yang sudah ada pada saat berlakunya
Undang-Undang ini tetap menjalankan tugasnya sampai
dengan    terbentuknya   Kementerian    berdasarkan
ketentuan dalam Undang-Undang ini.


                           BAB IX
                   KETENTUAN PENUTUP

                           Pasal 28

Undang-Undang        ini   mulai    berlaku   pada      tanggal
diundangkan.

                                                     Agar . . .
- 12 -

               Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
               pengundangan    Undang-Undang    ini    dengan
               penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
               Indonesia.


                           Disahkan di Jakarta
                           pada tanggal 6 Nopember 2008

                           PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,




                           DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 6 Nopember 2008

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
         REPUBLIK INDONESIA,




            ANDI MATTALATTA




LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 166



       Salinan sesuai dengan aslinya
        SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
 Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,




             Wisnu Setiawan
PENJELASAN
                                ATAS
               UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
                       NOMOR 39 TAHUN 2008
                              TENTANG
                       KEMENTERIAN NEGARA

I.   UMUM

     Penyelenggara negara mempunyai peran yang penting dalam
     mewujudkan tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam
     Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
     1945. Tujuan negara adalah untuk melindungi segenap bangsa
     Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
     kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
     melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
     perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Oleh karena itu, sejak
     proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Pemerintah
     Negara    Republik  Indonesia    bertekad    menjalankan fungsi
     pemerintahan negara ke arah tujuan yang dicita-citakan.

     Pasal 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
     1945 menegaskan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang
     kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam
     menjalankan kekuasaan pemerintahan, Presiden dibantu oleh
     menteri-menteri negara yang diangkat dan diberhentikan oleh
     Presiden.

     Menteri-menteri negara tersebut membidangi urusan tertentu dalam
     pemerintahan yang pembentukan, pengubahan, dan pembubaran
     kementeriannya    diatur   dalam   undang-undang    sebagaimana
     dimaksud dalam Pasal 17 Undang-Undang Dasar Negara Republik
     Indonesia Tahun 1945. Pasal 17 ini menegaskan bahwa kekuasaan
     Presiden tidak tak terbatas karenanya dikehendaki setiap
     pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara
     haruslah berdasarkan undang-undang.

     Undang-undang ini sama sekali tidak mengurangi apalagi
     menghilangkan hak Presiden dalam menyusun kementerian negara
     yang akan membantunya dalam menyelenggarakan urusan
     pemerintahan. Sebaliknya, undang-undang ini justru dimaksudkan
     untuk memudahkan Presiden dalam menyusun kementerian negara
     karena secara jelas dan tegas mengatur kedudukan, tugas, fungsi,
     dan susunan organisasi kementerian negara.

                                                     Pengaturan . . .
-2-

Pengaturan mengenai kementerian negara tidak didekati melalui
pemberian nama tertentu pada setiap kementerian. Akan tetapi,
undang-undang ini melakukan pendekatan melalui urusan-urusan
pemerintahan yang harus dijalankan Presiden secara menyeluruh
dalam    rangka     pencapaian   tujuan   negara.  Urusan-urusan
pemerintahan     tersebut   adalah   urusan   pemerintahan  yang
nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan
urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan
sinkronisasi program pemerintah.

Dalam melaksanakan urusan-urusan tersebut tidak berarti satu
urusan dilaksanakan oleh satu kementerian. Akan tetapi satu
kementerian bisa melaksanakan lebih dari satu urusan sesuai
dengan tugas yang diberikan oleh Presiden.

Undang-undang ini juga mengatur tentang persyaratan pengangkatan
dan pemberhentian menteri. Pengaturan persyaratan pengangkatan
menteri tidak dimaksudkan untuk membatasi hak Presiden dalam
memilih seorang Menteri, sebaliknya menekankan bahwa seorang
Menteri yang diangkat memiliki integritas dan kepribadian yang baik.
Namun demikian Presiden diharapkan juga memperhatikan
kompetensi dalam bidang tugas kementerian, memiliki pengalaman
kepemimpinan, dan sanggup bekerjasama sebagai pembantu
Presiden.

Undang-undang ini disusun dalam rangka membangun sistem
pemerintahan presidensial yang efektif dan efisien, yang
menitikberatkan pada peningkatan pelayanan publik yang prima.
Oleh karena itu, menteri dilarang merangkap jabatan sebagai pejabat
negara lainnya, komisaris dan direksi pada perusahaan, dan
pimpinan organisasi yang dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara dan/atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Bahkan
diharapkan seorang menteri dapat melepaskan tugas dan jabatan-
jabatan lainnya termasuk jabatan dalam partai politik. Kesemuanya
itu dalam rangka meningkatkan profesionalisme, pelaksanaan urusan
kementerian yang lebih fokus kepada tugas pokok dan fungsinya
yang lebih bertanggung jawab.

Undang-undang ini juga dimaksudkan untuk melakukan reformasi
birokrasi dengan membatasi jumlah kementerian paling banyak 34
(tiga puluh empat). Artinya, jumlah kementerian tidak dimungkinkan
melebihi jumlah tersebut dan diharapkan akan terjadi pengurangan.


                                                     II. PASAL . . .
-3-

II.   PASAL DEMI PASAL

      Pasal 1
          Cukup jelas.
      Pasal 2
          Cukup jelas.
      Pasal 3
          Yang dimaksud dengan ”berada di bawah” dalam ketentuan ini
          adalah kedudukan kementerian dalam struktur pemerintahan.
      Pasal 4
          Cukup jelas.
      Pasal 5
          Cukup jelas.
      Pasal 6
          Cukup jelas.
      Pasal 7
          Cukup jelas.
      Pasal 8
          Ayat (1)
                Cukup jelas.
          Ayat (2)
                Huruf a
                     Cukup jelas.
                Huruf b
                     Cukup jelas.
                Huruf c
                     Cukup jelas.
                Huruf d
                     Pelaksanaan urusan kementerian di daerah yang
                     dimaksud adalah kegiatan teknis yang berskala
                     provinsi/kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh
                     dinas provinsi/kabupaten/kota disertai penyerahan
                     keuangannya.


                                                          Huruf e . . .
-4-

           Huruf e
               Cukup jelas.
    Ayat (3)
           Cukup jelas.
Pasal 9
    Ayat (1)
           Cukup jelas.
    Ayat (2)
           Kementerian yang menangani urusan tertentu dapat
           membentuk perwakilan di luar negeri sesuai dengan
           peraturan perundang-undangan.
    Ayat (3)
           Cukup jelas.
    Ayat (4)
           Cukup jelas.
Pasal 10
    Yang dimaksud dengan “Wakil Menteri” adalah pejabat karir dan
    bukan merupakan anggota kabinet.
Pasal 11
    Cukup jelas.
Pasal 12
    Cukup jelas.
Pasal 13
    Cukup jelas.
Pasal 14
    Cukup jelas.
Pasal 15
    Cukup jelas.
Pasal 16
    Cukup jelas.
Pasal 17
    Cukup jelas.
Pasal 18
    Cukup jelas.
                                                      Pasal 19 . . .
-5-

Pasal 19
    Cukup jelas.
Pasal 20
    Cukup jelas.
Pasal 21
    Cukup jelas.
Pasal 22
    Ayat (1)
           Menteri dalam ketentuan ini adalah pejabat negara sesuai
           dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
    Ayat (2)
           Huruf a
               Cukup jelas.
           Huruf b
               Cukup jelas.
           Huruf c
               Cukup jelas.
           Huruf d
               Cukup jelas.
           Huruf e
               Cukup jelas.
           Huruf f
               Orang yang dipidana penjara karena alasan politik dan
               telah mendapatkan rehabilitasi dikecualikan dari
               ketentuan ini.
Pasal 23
    Cukup jelas.
Pasal 24
    Cukup jelas.
Pasal 25
    Cukup jelas.
Pasal 26
    Cukup jelas.

                                                     Pasal 27 . . .
-6-

   Pasal 27
       Nomenklatur kementerian yang berlaku selama ini, seperti
       Departemen dan Kementerian Negara, diakui berdasarkan
       undang-undang ini dan tetap menjalankan tugas dan fungsinya
       sampai terbentuknya kementerian berdasarkan ketentuan dalam
       undang-undang ini.
   Pasal 28
       Cukup jelas.



TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4916

More Related Content

What's hot

Pp 38 Tahun 2007
Pp 38 Tahun 2007Pp 38 Tahun 2007
Pp 38 Tahun 2007PMPK
 
Kementerian negara dan lembaga pemerintahan non kementerian
Kementerian negara dan lembaga pemerintahan non kementerianKementerian negara dan lembaga pemerintahan non kementerian
Kementerian negara dan lembaga pemerintahan non kementerianYessy Baramulli
 
kedudukan dan fungsi kementerian
kedudukan dan fungsi kementeriankedudukan dan fungsi kementerian
kedudukan dan fungsi kementerianabd_
 
KEDUDUKAN DAN FUNGSI LEMBAGA KEMNETERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN LPNK
KEDUDUKAN DAN FUNGSI LEMBAGA KEMNETERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN LPNKKEDUDUKAN DAN FUNGSI LEMBAGA KEMNETERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN LPNK
KEDUDUKAN DAN FUNGSI LEMBAGA KEMNETERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN LPNKMuhamad Yogi
 
Salinan Perpres Nomor 71 Tahun 2019
Salinan Perpres Nomor 71 Tahun 2019Salinan Perpres Nomor 71 Tahun 2019
Salinan Perpres Nomor 71 Tahun 2019shirizkiku
 
Dasar Hukum Pengelolaan Aset
Dasar Hukum Pengelolaan AsetDasar Hukum Pengelolaan Aset
Dasar Hukum Pengelolaan AsetSiti Sahati
 
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Penataan Ruang
 
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Penataan Ruang
 
Ringkasan uu 25 tahun 2004
Ringkasan uu 25 tahun 2004Ringkasan uu 25 tahun 2004
Ringkasan uu 25 tahun 2004Dini Audi
 
Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...
Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...
Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...Penataan Ruang
 
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74KantorHukum1
 
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negaraPedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negarainfosanitasi
 
Keistimewaan provinsi yogyakarta
Keistimewaan provinsi yogyakartaKeistimewaan provinsi yogyakarta
Keistimewaan provinsi yogyakartaFakhrul Rijal
 

What's hot (18)

PP Nomor 20 Tahun 2004
PP Nomor 20 Tahun 2004PP Nomor 20 Tahun 2004
PP Nomor 20 Tahun 2004
 
Pp 38 Tahun 2007
Pp 38 Tahun 2007Pp 38 Tahun 2007
Pp 38 Tahun 2007
 
Kementerian negara dan lembaga pemerintahan non kementerian
Kementerian negara dan lembaga pemerintahan non kementerianKementerian negara dan lembaga pemerintahan non kementerian
Kementerian negara dan lembaga pemerintahan non kementerian
 
kedudukan dan fungsi kementerian
kedudukan dan fungsi kementeriankedudukan dan fungsi kementerian
kedudukan dan fungsi kementerian
 
KEDUDUKAN DAN FUNGSI LEMBAGA KEMNETERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN LPNK
KEDUDUKAN DAN FUNGSI LEMBAGA KEMNETERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN LPNKKEDUDUKAN DAN FUNGSI LEMBAGA KEMNETERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN LPNK
KEDUDUKAN DAN FUNGSI LEMBAGA KEMNETERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN LPNK
 
Salinan Perpres Nomor 71 Tahun 2019
Salinan Perpres Nomor 71 Tahun 2019Salinan Perpres Nomor 71 Tahun 2019
Salinan Perpres Nomor 71 Tahun 2019
 
Dasar Hukum Pengelolaan Aset
Dasar Hukum Pengelolaan AsetDasar Hukum Pengelolaan Aset
Dasar Hukum Pengelolaan Aset
 
Perpres nomor-11-tahun-2015
Perpres nomor-11-tahun-2015Perpres nomor-11-tahun-2015
Perpres nomor-11-tahun-2015
 
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
 
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
 
Ringkasan uu 25 tahun 2004
Ringkasan uu 25 tahun 2004Ringkasan uu 25 tahun 2004
Ringkasan uu 25 tahun 2004
 
Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...
Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...
Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...
 
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
 
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negaraPedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
 
Keistimewaan provinsi yogyakarta
Keistimewaan provinsi yogyakartaKeistimewaan provinsi yogyakarta
Keistimewaan provinsi yogyakarta
 
Pp no 46__2016
Pp no 46__2016Pp no 46__2016
Pp no 46__2016
 
Uu252004
Uu252004Uu252004
Uu252004
 
Uu 25 2004
Uu 25 2004Uu 25 2004
Uu 25 2004
 

Similar to UU Kementerian

MATERI PPKN KELAS X KE 2
MATERI PPKN KELAS X KE 2MATERI PPKN KELAS X KE 2
MATERI PPKN KELAS X KE 2Hakman Hamdani
 
Pp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerah
Pp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerahPp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerah
Pp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerahNandang Sukmara
 
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerahPp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerahCapung Humve
 
Pp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerah
Pp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerahPp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerah
Pp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerahNandang Sukmara
 
Draft Final Penjelasan RUU Kementerian Negara
Draft Final Penjelasan RUU Kementerian NegaraDraft Final Penjelasan RUU Kementerian Negara
Draft Final Penjelasan RUU Kementerian NegaraPeople Power
 
Ringkasan pkn kelas x xi xii
Ringkasan pkn kelas x xi xiiRingkasan pkn kelas x xi xii
Ringkasan pkn kelas x xi xiiSMK
 
PP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
PP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat DaerahPP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
PP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat DaerahPenataan Ruang
 
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...Oswar Mungkasa
 
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianUu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianNandang Sukmara
 
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianUu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianNandang Sukmara
 
Salinan perpres nomor 114 tahun 2021
Salinan perpres nomor 114 tahun 2021Salinan perpres nomor 114 tahun 2021
Salinan perpres nomor 114 tahun 2021CIkumparan
 
MATERI PPKN KELAS X PER TEMUAN KE 2
MATERI PPKN KELAS X PER TEMUAN KE 2MATERI PPKN KELAS X PER TEMUAN KE 2
MATERI PPKN KELAS X PER TEMUAN KE 2Hakman Hamdani
 
Perpres nomor 73 tahun 2020
Perpres nomor 73 tahun 2020Perpres nomor 73 tahun 2020
Perpres nomor 73 tahun 2020RepublikaDigital
 
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan hamPerpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan hamFaizal Putra
 
Salinan perpres nomor 110 tahun 2021
Salinan perpres nomor 110 tahun 2021Salinan perpres nomor 110 tahun 2021
Salinan perpres nomor 110 tahun 2021CIkumparan
 
Perpres nomor 11 tahun 2015
Perpres nomor 11 tahun 2015Perpres nomor 11 tahun 2015
Perpres nomor 11 tahun 2015Angling Darma
 

Similar to UU Kementerian (20)

MATERI PPKN KELAS X KE 2
MATERI PPKN KELAS X KE 2MATERI PPKN KELAS X KE 2
MATERI PPKN KELAS X KE 2
 
Pp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerah
Pp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerahPp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerah
Pp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerah
 
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerahPp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah
 
Pp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerah
Pp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerahPp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerah
Pp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerah
 
Draft Final Penjelasan RUU Kementerian Negara
Draft Final Penjelasan RUU Kementerian NegaraDraft Final Penjelasan RUU Kementerian Negara
Draft Final Penjelasan RUU Kementerian Negara
 
Ringkasan pkn kelas x xi xii
Ringkasan pkn kelas x xi xiiRingkasan pkn kelas x xi xii
Ringkasan pkn kelas x xi xii
 
PP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
PP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat DaerahPP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
PP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
 
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...
 
Uu 43 1999
Uu 43 1999Uu 43 1999
Uu 43 1999
 
Pp38
Pp38Pp38
Pp38
 
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianUu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
 
Uu43 1999
Uu43 1999Uu43 1999
Uu43 1999
 
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianUu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
 
Salinan perpres nomor 114 tahun 2021
Salinan perpres nomor 114 tahun 2021Salinan perpres nomor 114 tahun 2021
Salinan perpres nomor 114 tahun 2021
 
MATERI PPKN KELAS X PER TEMUAN KE 2
MATERI PPKN KELAS X PER TEMUAN KE 2MATERI PPKN KELAS X PER TEMUAN KE 2
MATERI PPKN KELAS X PER TEMUAN KE 2
 
Perpres nomor 73 tahun 2020
Perpres nomor 73 tahun 2020Perpres nomor 73 tahun 2020
Perpres nomor 73 tahun 2020
 
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan hamPerpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
 
Salinan perpres nomor 110 tahun 2021
Salinan perpres nomor 110 tahun 2021Salinan perpres nomor 110 tahun 2021
Salinan perpres nomor 110 tahun 2021
 
Bab 4 kls xi k 13
Bab 4 kls xi k 13Bab 4 kls xi k 13
Bab 4 kls xi k 13
 
Perpres nomor 11 tahun 2015
Perpres nomor 11 tahun 2015Perpres nomor 11 tahun 2015
Perpres nomor 11 tahun 2015
 

More from People Power

Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019People Power
 
sahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tyasahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by TyaPeople Power
 
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparPeople Power
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninPeople Power
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiPeople Power
 
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013People Power
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013People Power
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...People Power
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012People Power
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...People Power
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...People Power
 
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPeople Power
 
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.People Power
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASIPeople Power
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASIPeople Power
 

More from People Power (20)

Strategi advokasi
Strategi advokasiStrategi advokasi
Strategi advokasi
 
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
 
sahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tyasahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tya
 
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
 
Kronologis 1
Kronologis 1Kronologis 1
Kronologis 1
 
Kronologis 2
Kronologis 2Kronologis 2
Kronologis 2
 
Kronologis 4
Kronologis 4Kronologis 4
Kronologis 4
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
 
Kronologis 3
Kronologis 3Kronologis 3
Kronologis 3
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
 
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
 
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
 
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASI
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
 

Recently uploaded

Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdekaLaporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdekajohan effendi
 
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelmenang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelHaseebBashir5
 
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxPraktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxEndah261450
 
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online""Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"HaseebBashir5
 
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiPanduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiHaseebBashir5
 
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88KangGunawan2
 
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang MenarikSkintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang MenarikHaseebBashir5
 

Recently uploaded (7)

Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdekaLaporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
 
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelmenang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
 
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxPraktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
 
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online""Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
 
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiPanduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
 
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
 
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang MenarikSkintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
 

UU Kementerian

  • 1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh menteri-menteri negara yang membidangi urusan tertentu di bidang pemerintahan; b. bahwa setiap menteri memimpin kementerian negara untuk menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan guna mencapai tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. bahwa sesuai ketentuan Pasal 17 ayat (4) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Kementerian Negara; Mengingat : Pasal 4, Pasal 17, Pasal 20, dan Pasal 21 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEMENTERIAN NEGARA. BAB I . . .
  • 2. -2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut Kementerian adalah perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. 2. Menteri Negara yang selanjutnya disebut Menteri adalah pembantu Presiden yang memimpin Kementerian. 3. Urusan Pemerintahan adalah setiap urusan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4. Pembentukan Kementerian adalah pembentukan Kementerian dengan nomenklatur tertentu setelah Presiden mengucapkan sumpah/janji. 5. Pengubahan Kementerian adalah pengubahan nomenklatur Kementerian dengan cara menggabungkan, memisahkan, dan/atau mengganti nomenklatur Kementerian yang sudah terbentuk. 6. Pembubaran Kementerian adalah menghapus Kementerian yang sudah terbentuk. BAB II KEDUDUKAN DAN URUSAN PEMERINTAHAN Bagian Kesatu Kedudukan Pasal 2 Kementerian berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia. Pasal 3 Kementerian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Bagian Kedua . . .
  • 3. -3- Bagian Kedua Urusan Pemerintahan Pasal 4 (1) Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. (2) Urusan tertentu dalam pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. urusan pemerintahan yang nomenklatur Kementeriannya secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan c. urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah. Pasal 5 (1) Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a meliputi urusan luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan. (2) Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b meliputi urusan agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, industri, perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrasi, transportasi, informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan, dan perikanan. (3) Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c meliputi urusan perencanaan pembangunan nasional, aparatur negara, kesekretariatan negara, badan usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah, pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga, perumahan, dan pembangunan kawasan atau daerah tertinggal. Pasal 6 . . .
  • 4. -4- Pasal 6 Setiap urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) tidak harus dibentuk dalam satu Kementerian tersendiri. BAB III TUGAS, FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI Bagian Kesatu Tugas Pasal 7 Kementerian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Bagian Kedua Fungsi Pasal 8 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang melaksanakan urusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) menyelenggarakan fungsi: a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya; b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; dan d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang melaksanakan urusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) menyelenggarakan fungsi: a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya; b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; d. pelaksanaan . . .
  • 5. -5- d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian di daerah; dan e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. (3) Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang melaksanakan urusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) menyelenggarakan fungsi: a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya; b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya; c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; dan d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya. Bagian Ketiga Susunan Organisasi Pasal 9 (1) Susunan organisasi Kementerian yang menangani urusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) terdiri atas unsur: a. pemimpin, yaitu Menteri; b. pembantu pemimpin, yaitu sekretariat jenderal; c. pelaksana tugas pokok, yaitu direktorat jenderal; d. pengawas, yaitu inspektorat jenderal; e. pendukung, yaitu badan dan/atau pusat; dan f. pelaksana tugas pokok di daerah dan/atau perwakilan luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Susunan organisasi Kementerian yang melaksanakan urusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) terdiri atas unsur: a. pemimpin, yaitu Menteri; b. pembantu pemimpin, yaitu sekretariat jenderal; c. pelaksana, yaitu direktorat jenderal; d. pengawas, yaitu inspektorat jenderal; dan e. pendukung, yaitu badan dan/atau pusat. (3) Kementerian . . .
  • 6. -6- (3) Kementerian yang menangani urusan agama, hukum, keuangan, dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) juga memiliki unsur pelaksana tugas pokok di daerah. (4) Susunan organisasi Kementerian yang melaksanakan urusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) terdiri atas unsur: a. pemimpin, yaitu Menteri; b. pembantu pemimpin, yaitu sekretariat Kementerian; c. pelaksana, yaitu deputi; dan d. pengawas, yaitu inspektorat. Pasal 10 Dalam hal terdapat beban kerja yang membutuhkan penanganan secara khusus, Presiden dapat mengangkat wakil Menteri pada Kementerian tertentu. Pasal 11 Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, dan susunan organisasi Kementerian diatur dengan Peraturan Presiden. BAB IV PEMBENTUKAN, PENGUBAHAN, DAN PEMBUBARAN KEMENTERIAN Bagian Kesatu Pembentukan Kementerian Pasal 12 Presiden membentuk Kementerian luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 13 (1) Presiden membentuk Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3). (2) Pembentukan . . .
  • 7. -7- (2) Pembentukan Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan mempertimbangkan: a. efisiensi dan efektivitas; b. cakupan tugas dan proporsionalitas beban tugas; c. kesinambungan, keserasian, dan keterpaduan pelaksanaan tugas; dan/atau d. perkembangan lingkungan global. Pasal 14 Untuk kepentingan sinkronisasi dan koordinasi urusan Kementerian, Presiden dapat membentuk Kementerian koordinasi. Pasal 15 Jumlah keseluruhan Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 paling banyak 34 (tiga puluh empat). Pasal 16 Pembentukan Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak Presiden mengucapkan sumpah/janji. Bagian Kedua Pengubahan Kementerian Pasal 17 Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 tidak dapat diubah oleh Presiden. Pasal 18 (1) Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dapat diubah oleh Presiden. (2) Pengubahan . . .
  • 8. -8- (2) Pengubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan: a. efisiensi dan efektivitas; b. perubahan dan/atau perkembangan tugas dan fungsi; c. cakupan tugas dan proporsionalitas beban tugas; d. kesinambungan, keserasian, dan keterpaduan pelaksanaan tugas; e. peningkatan kinerja dan beban kerja pemerintah; f. kebutuhan penanganan urusan tertentu dalam pemerintahan secara mandiri; dan/atau g. kebutuhan penyesuaian peristilahan yang berkembang. Pasal 19 (1) Pengubahan sebagai akibat pemisahan atau penggabungan Kementerian dilakukan dengan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. (2) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan Dewan Perwakilan Rakyat paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak surat Presiden diterima. (3) Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Dewan Perwakilan Rakyat belum menyampaikan pertimbangannya, Dewan Perwakilan Rakyat dianggap sudah memberikan pertimbangan. Bagian Ketiga Pembubaran Kementerian Pasal 20 Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 tidak dapat dibubarkan oleh Presiden. Pasal 21 . . .
  • 9. -9- Pasal 21 Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dapat dibubarkan oleh Presiden dengan meminta pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat, kecuali Kementerian yang menangani urusan agama, hukum, keuangan, dan keamanan harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. BAB V PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN Bagian Kesatu Pengangkatan Pasal 22 (1) Menteri diangkat oleh Presiden. (2) Untuk dapat diangkat menjadi Menteri, seseorang harus memenuhi persyaratan: a. warga negara Indonesia; b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita proklamasi kemerdekaan; d. sehat jasmani dan rohani; e. memiliki integritas dan kepribadian yang baik; dan f. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. Pasal 23 Menteri dilarang merangkap jabatan sebagai: a. pejabat negara lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; b. komisaris atau direksi pada perusahaan negara atau perusahaan swasta; atau c. pimpinan . . .
  • 10. - 10 - c. pimpinan organisasi yang dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Bagian Kedua Pemberhentian Pasal 24 (1) Menteri berhenti dari jabatannya karena: a. meninggal dunia; atau b. berakhir masa jabatan. (2) Menteri diberhentikan dari jabatannya oleh Presiden karena: a. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis; b. tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara berturut-turut; c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; d. melanggar ketentuan larangan rangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23; atau e. alasan lain yang ditetapkan oleh Presiden. (3) Presiden memberhentikan sementara Menteri yang didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. BAB VI HUBUNGAN FUNGSIONAL KEMENTERIAN DAN LEMBAGA PEMERINTAH NONKEMENTERIAN Pasal 25 (1) Hubungan fungsional antara Kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian dilaksanakan secara sinergis sebagai satu sistem pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Lembaga . . .
  • 11. - 11 - (2) Lembaga pemerintah nonkementerian berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri yang mengoordinasikan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan fungsional antara Menteri dan lembaga pemerintah nonkementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden. BAB VII HUBUNGAN KEMENTERIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH Pasal 26 Hubungan antara Kementerian dan pemerintah daerah dilaksanakan dalam kerangka sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan prinsip-prinsip penyelenggaraan otonomi daerah sesuai peraturan perundang-undangan. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 Kementerian yang sudah ada pada saat berlakunya Undang-Undang ini tetap menjalankan tugasnya sampai dengan terbentuknya Kementerian berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar . . .
  • 12. - 12 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 6 Nopember 2008 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 6 Nopember 2008 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ANDI MATTALATTA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 166 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat, Wisnu Setiawan
  • 13. PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA I. UMUM Penyelenggara negara mempunyai peran yang penting dalam mewujudkan tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan negara adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Oleh karena itu, sejak proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Pemerintah Negara Republik Indonesia bertekad menjalankan fungsi pemerintahan negara ke arah tujuan yang dicita-citakan. Pasal 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan, Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Menteri-menteri negara tersebut membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan yang pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementeriannya diatur dalam undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 17 ini menegaskan bahwa kekuasaan Presiden tidak tak terbatas karenanya dikehendaki setiap pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara haruslah berdasarkan undang-undang. Undang-undang ini sama sekali tidak mengurangi apalagi menghilangkan hak Presiden dalam menyusun kementerian negara yang akan membantunya dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. Sebaliknya, undang-undang ini justru dimaksudkan untuk memudahkan Presiden dalam menyusun kementerian negara karena secara jelas dan tegas mengatur kedudukan, tugas, fungsi, dan susunan organisasi kementerian negara. Pengaturan . . .
  • 14. -2- Pengaturan mengenai kementerian negara tidak didekati melalui pemberian nama tertentu pada setiap kementerian. Akan tetapi, undang-undang ini melakukan pendekatan melalui urusan-urusan pemerintahan yang harus dijalankan Presiden secara menyeluruh dalam rangka pencapaian tujuan negara. Urusan-urusan pemerintahan tersebut adalah urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah. Dalam melaksanakan urusan-urusan tersebut tidak berarti satu urusan dilaksanakan oleh satu kementerian. Akan tetapi satu kementerian bisa melaksanakan lebih dari satu urusan sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Presiden. Undang-undang ini juga mengatur tentang persyaratan pengangkatan dan pemberhentian menteri. Pengaturan persyaratan pengangkatan menteri tidak dimaksudkan untuk membatasi hak Presiden dalam memilih seorang Menteri, sebaliknya menekankan bahwa seorang Menteri yang diangkat memiliki integritas dan kepribadian yang baik. Namun demikian Presiden diharapkan juga memperhatikan kompetensi dalam bidang tugas kementerian, memiliki pengalaman kepemimpinan, dan sanggup bekerjasama sebagai pembantu Presiden. Undang-undang ini disusun dalam rangka membangun sistem pemerintahan presidensial yang efektif dan efisien, yang menitikberatkan pada peningkatan pelayanan publik yang prima. Oleh karena itu, menteri dilarang merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya, komisaris dan direksi pada perusahaan, dan pimpinan organisasi yang dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Bahkan diharapkan seorang menteri dapat melepaskan tugas dan jabatan- jabatan lainnya termasuk jabatan dalam partai politik. Kesemuanya itu dalam rangka meningkatkan profesionalisme, pelaksanaan urusan kementerian yang lebih fokus kepada tugas pokok dan fungsinya yang lebih bertanggung jawab. Undang-undang ini juga dimaksudkan untuk melakukan reformasi birokrasi dengan membatasi jumlah kementerian paling banyak 34 (tiga puluh empat). Artinya, jumlah kementerian tidak dimungkinkan melebihi jumlah tersebut dan diharapkan akan terjadi pengurangan. II. PASAL . . .
  • 15. -3- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Yang dimaksud dengan ”berada di bawah” dalam ketentuan ini adalah kedudukan kementerian dalam struktur pemerintahan. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Pelaksanaan urusan kementerian di daerah yang dimaksud adalah kegiatan teknis yang berskala provinsi/kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh dinas provinsi/kabupaten/kota disertai penyerahan keuangannya. Huruf e . . .
  • 16. -4- Huruf e Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 9 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Kementerian yang menangani urusan tertentu dapat membentuk perwakilan di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 10 Yang dimaksud dengan “Wakil Menteri” adalah pejabat karir dan bukan merupakan anggota kabinet. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 . . .
  • 17. -5- Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Ayat (1) Menteri dalam ketentuan ini adalah pejabat negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas. Huruf f Orang yang dipidana penjara karena alasan politik dan telah mendapatkan rehabilitasi dikecualikan dari ketentuan ini. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 . . .
  • 18. -6- Pasal 27 Nomenklatur kementerian yang berlaku selama ini, seperti Departemen dan Kementerian Negara, diakui berdasarkan undang-undang ini dan tetap menjalankan tugas dan fungsinya sampai terbentuknya kementerian berdasarkan ketentuan dalam undang-undang ini. Pasal 28 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4916