SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 21
III. SUKU SAKAI DI PROPINSI RIAU


A. LATAR BELAKANG MASALAH

Data Depsos Riau 1998, menunjukkan bahwa sejak tahun 1977 hingga 1994 terdapat
1.568 jiwa atau 321 Kepala Keluarga (KK) suku sakai yang sudah dibina dan 158 KK
pada tahun 1992 hingga 1997. Sedangkan 3. 705 jiwa atau 741 KK belum dibina. Data
diatas juga menunjukkan bahwa perincian Kepala Keluarga (KK) suku Sakai yang belum
dibina menurut lokasi tempat tinggal:

   No             Nama Desa                         Jumlah KK
    1.    Pinggir                                        42
    2.    Semunai                                        32
    3.    Muara Basung                                   36
    4.    Kulim                                          13
    5.    Air Jamban                                     121
    6.    Tengganau                                      75
    7.    Petani                                         41
    8.    Kuala Penaso                                   30
    9.    Belutu                                         29
   10.    Samsam                                         156
   11.    Mandau                                         33
   12.    Sebangar                                       133
Sumber : Pembinaan Kesejahteraan Sosial         Masyarakat Terasing      Di   Prop.
       Riau, Kanwil Depsos Riau, 1998

            Tabel Pembangunan Masyarakat Terasing Selama PJP I
                         Di Kabupaten Bengkalis

 No.        DESA             LO KASI           KK          JIWA        Th.BINAAN
  1.     Pematang Pudu     Buluh Kasap         75           318        1977/1978
  2.     Muara Basung                Sialang   75           375        1979/1980
                           Rimbun
  3.    Bagan Besar        Bukit Nenas        100           551        1981/1982
  4.    Kandis             Kandis             100           536        1982/1983
  5.    Petani             Petani I            51           239        1992/1993
  6.    Petani             Petani II           20           100        1993/1994
Sumber : Pembinaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Terasing Di Prop.   Riau, Kanwil
         Depsos Riau, 1998

B. ALASAN PENENTUAN LOKASI

Beberapa desa yang dikunjungi sebagai perbandingan untuk melihat kehidupan suku
sakai di Kecamatan mandau dan Minas adalah:
1. Kelurahan Pematang Pudu
2. Desa Petani
3. Desa Pinggir


                                      112
4. Desa Semunai
5. Desa Kandis
6. Desa Minas Barat

Kelurahan Pematang Pudu dan Desas Petani adalah dua lokasi yang ditempati oleh
penduduk suku asli quot;Sakaiquot; dan telah dilakukan pembinan oleh Departemen sosial melalui
proyek Pemukiman Kembali Masyarakat Terasing (PKMST). Kelurahan Pematang Pudu
merupakan proyek PKMST yang pertama dilakukan di Kecamatan Mandau, tepatnya pada
tahun 1977/1978 yang lebih populer dengan Proyek quot;Buluh Kasapquot;. Sedangkan di Desa
Petani proyek dimulai pada tahun 1992. Pematang Pudu dan Petani terletak di bagian
Timur Kecamatan Mandau, tepatnya terletak di Jalan antara Duri menuju Jurung (Jorong)
Kecamatan Kunto Darussalam. Dua desa lainnya yaitu Desa Pinggir dan Desa Semunai
terletak di bagian Selatan Kecamatan Mandau, tepatnya terletak dipinggir jalan antara
Duri menuju Pekanbaru (Km 16-20). Di dua desa terakhir ini merupakan desa yang belum
mendapatkan pembinaan dari Depsos seperti proyek PKMST (Kecuali kasus penduduk di
Dusun Pangkalan Libut). 4 Desa/Kelurahan ini terletak dibagian utara dari orbitasi
kehidupan orang-orang sakai, dan termasuk dalam kawasan Batin Delapan. Sedangkan 3
Desa terakhir terletak dibagian selatan, dan termasuk dalam wialayah Batin Lima.



C. GAMBARAN UMUM

Sakai adalah nama suatu suku penduduk yang dianggap asli dan menempati Kecamatan
Mandau, sebuah Kecamatan yang terdapat dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkalis.
Duri sebagai ibu kota Kecamatan Mandau telah mengalami perkembangan yang pesat,
terutama setelah tahun 1980-an. Perkembangan yang terjadi tidak saja dalam pengertian
pisik, tetapi juga yang bersifat non-fisik (interaksi-sosial). Kemajuan yang terjadi pada
awal tahun 1980-an selain disebabkan oleh industrialisasi, terutama PT. CPI juga karena
terbukanya jalan yang menghubungkan Riau dengan Propinsi Sumatera Utara.
Konsekwensi dari kemajuan tersebut, menghendaki kecamatan tersebut dimekarkan
menjadi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Mandau dan Kecamatan Minas.

Berdasarkan data Kecamatan Mandau dalam angka Tahun 1995, penduduk Kecamatan ini
berjumlah 140. 760 Jiwa. Terdiri dari 72. 445 jiwa laki-laki dan 68. 315 jiwa perempuan.
Menurut laporan petugas Sosial Kecamatan Mandau Tahun 1994/1995, terdapat 1. 434
Kepala Kelauarga atau 6. 427 jiwa orang sakai. Terdiri dari 3. 205 jiwa laki-laki dan 3. 222
jiwa perempuan. (sebelum terbagi dalam 2 Kecamatan).




1. Kondisi Geografis

1.1. Kecamatan Mandau
Kecamatan Mandau merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di kabupaten
Bengkalis dengan luas wilayah 6.985,47 Km atau 698.547 Ha. Wilayah Kecamatan
Mandau berada pada ketinggian 6 hingga 15 Meter dari permukaan laut. Sebagian besar


                                           113
wilayah kecamatan ini terdiri dari perbukitan (75 %), sisanya merupakan daerah dataran
dan bergelombang. Pada daerah perbukitan dengan suhu maksimal berkisar antara 35
hingga 39 derajat celcius, dengan iklim tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan dan
musim panas.

Musim hujan berkisar antara bulan september hinga februari, sedangkan musim panas
terjadi antara bulan Maret hingga Agustus, dengan curah hijan terbanyak di daerah ini
selama 93 hari dengan jumlah rata-rata pertahun 2. 280 mm. Jenis tanah daerah ini yaitu
Tanah liat berpasir, tanah lempung dan gambut.
Kecamatan ini berbatas dengan :
  - Sebelah Utara dengan Kecamatan Bukit Kapur
  - Sebelah Selatan dengan Kecamatan Minas
  - Sebelah Barat dengan Kecamatan Bukit Batu dan Kec. Siak
  - Sebelah Timur dengan Kecamatan Kunto Darussalam dan Kecamatan Tanah Putih.

1.2. Kecamatan Minas
Data Monografi Kecamatan Minas Tahun 1998, menunjukkan bahwa jumlah penduduk
penduduk Kecamatan ini sebanyak 38. 768 Jiwa atau 8. 518 Kepala Keluarga (KK), terdiri
dari 20. 138 Jiwa laki-laki dan 18. 630 Jiwa perempuan. Berdasarkan laporan Petugas
Sosial Kecamatan Minas, orang-orang sakai di Kecamatan ini yang belum dibina terdapat
di beberapa desa, antara lain;
1. Desa Kandis 640 jiwa/145 KK
2. Desa Minas Barat 248 jiwa/61 KK
3. Sam-sam 350 jiwa/85 KK
4. Belutu 433 jiwa/97 KK

Kecamatan Minas merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di kabupaten Bengkalis
dengan luas wilayah 3. 385 Km atau 3. 385.000 Ha. Wilayah Kecamatan Mandau berada
pada ketinggian 6 dari permukaan laut. Sebagian besar wilayah kecamatan ini terdiri dari
perbukitan (75 %), sisanya merupakan daerah dataran dan berombak. Pada daerah
perbukitan dengan suhu maksimal berkisar antara 29 hingga 35 derajat celcius, dengan
iklim tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim panas.

Musim hujan berkisar antara bulan september hinga Februari, sedangkan musim panas
terjadi antara bulan Maret hingga Agustus, dengan curah hijan terbanyak di daerah ini
selama 96 hari dengan jumlah rata-rata pertahun 3. 260 mm/tahun. Jenis tanah daerah ini
yaitu Tanah liat berpasir, tanah lempung dan gambut.
Kecamatan ini berbatas dengan :
  - Sebelah Utara dengan Kecamatan Mandau
  - Sebelah Selatan dengan Kotamadya Dati II Pekanbaru
  - Sebelah Barat dengan Kecamatan Siak
  - Sebelah Timur dengan Kabupaten Kampar

2. Administratif Pemerintahan dan Kependudukan
Berdasarkan Kecamatan dalam angka tahun 1995, Penduduk Kecamatan Mandau
berjumlah 140.760 jiwa. Penduduk tersebut, tersebar kedalam 11 Kelurahan dan 14 Desa.
Seluruh kelurahan yang terdapat di Kemcatan Mandau ini merupakan hasil pemekaran


                                          114
salah satu desa pada tahun 1980, yaitu Desa Air Jamban. Sebelum tahun 1980, di Kematan
Mandau terdapat 8 Desa/Kepenghuluan masing-masing:
- Desa Air Jamban;
- Desa Sebangar;
- Desa Petani;
- Desa Tengganau;
- Desa Semunai;
- Desa Pinggir;
- Desa Sam-sam;
- Desa Balai Pungut.

Sejak tahun 1980, mengikuti tuntutan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa dan Kelurahan, desa-desa yang terdapat di Kecamatan Mandau
dimekarkan menjadi 11 Kelurahan dan 27 Desa. Masing-masing:
1. Desa Sam-sam
2. Desa Belutu
3. Desa Minas Barat
4. Desa Minas Timur
5. Desa Sungai Selodang
6. Desa Muara Kelantan
7. Desa Olak
8. Desa Teluk Lancang
9. Desa Lubuk Jering
10. Desa Muara Bungkal
11. Desa Lubuk Umbut
12. Desa Bencah Umbai
13. Desa Tasik Betung
14. Desa Melibur
15. Desa Beringin
16. Desa Kuala Penaso
17. Desa Kandis
18. Desa Balai Pungut
19. Desa Muara Basung
20. Desa Tengganau
21. Desa Pinggir
22. Desa Semunai
23. Desa Tasik serai
24. Desa Petani
25. Desa Harapan Baru
26. Desa Balai Makam
27 Kelurahan Balai Raja
28. Kelurahan Titian Antui
29. Desa Talang Mandi
30. Kelurahan Pematang Pudu
31. Kelurahan Balik Alam
32. Kelurahan Batang Serosa
33. Kelurahan Gajah Sakti
34. Kelurahan Duri Timur


                                        115
35. Kelurahan Barat
36. Kelurahan Babussalam
37. Kelurahan Air Jamban
38. Kelurahan Sebangar

Perkembangan pesat yang terjadi di Kecamatan Mandau, pada tahun 1992 perlu
dimekarkan menjadi kecamatan baru yaitu Kecamatan Minas, sehingga 14 Desa
diantaranya menjadi bagian dari kecamatan baru tersebut, diantaranya:
1. Desa Sam-sam
2. Desa Belutu
3. Desa Minas Barat
4. Desa Minas Timur
5. Desa Sungai Selodang
6. Desa Muara Kelantan
7. Desa Olak
8. Desa Teluk Lancang
9. Desa Lubuk Jering
10. Desa Muara Bungkal
11. Desa Lubuk Umbut
12. Desa Bencah Umbai
13. Desa Tasik Betung
14. Desa Kandis.

Dengan terjadinya pemekaran Kecamatan Mandau menjadi 2 Kecamatan yaitu Mandau
Dan Kecamatan Minas, hingga penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mandau terdapat 11
Kelurahan dan 14 Desa. Diantaranya:
1. Kelurahan Balai Raja
2. Kelurahan Titian Antui
3. Desa Talang Mandi
4. Kelurahan Pematang Pudu
5. Kelurahan Balik Alam
6. Kelurahan Batang Serosa
7. Kelurahan Gajah Sakti
8. Kelurahan Duri Timur
9. Kelurahan Barat
10. Kelurahan Babussalam
11. Kelurahan Air Jamban
12. Kelurahan Sebangar
13. Desa Melibur
14. Desa Beringin
15. Desa Kuala Penaso
16. Desa Kandis
17. Desa Balai Pungut
18. Desa Muara Basung
19. Desa Tengganau
20. Desa Pinggir
21. Desa Semunai


                                        116
22. Desa Tasik serai
23. Desa Petani
24. Desa Harapan Baru
25. Desa Balai Makam

3. Pola Mata Pencarian
Mata pencarian utama penduduk asli adalah sebagai petani dan pengumpul hasil hutan,
termasuk mencari ikan. Meskipun sekarang ini mata pencarian pokok untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari telah mengalami perubahan, yaitu terbatasnya hutan dan hasil
sungai yang dapat mereka manfaatkan, namun sebutan sebagai petani tetap melekat
dengan kehidupan orang-orang sakai.

4. Kepemimpinan Tradisional
Pada umumnya Dasar kepercayaan orang-orang sakai adalah Islam. Meskipun demikian,
dalam kehidupan sehari-hari ciri kepercayaan animisme masih terlihat (populer dengan
agama pobatid), terutama dalam hal kesehatan. Umumnya mereka masih melakukan
cara-cara pengobatan secara tradisional dalam hal penyembuhan penyakit yang mereka
sebut dengan quot;Bodikiequot;.

Orang-orang sakai di Kecamatan Mandau Dan Minas berada dalam kawasan kekuasaan
Sultan Siak. Sistem kepemimpinan tradisional ditentukan dari pusat kerajaan. Sistem
pemerintahan terbagi kedalam 2 bentuk yaitu Kerajaan (Pusat) dan Batin (Daerah).
Pemerintahan Daerah dalam komunitas sakai terbagi atas 2 jenis, yaitu batin 8 dan batin 5.
Dusun dalam Batin 8 terdiri dari:
1. Batin Baromban di Petani
2. Sutan Bertuah di Tanah Setupang (Pematang Pudu)
3. Batin Bumbung di Tanah Putih (Sebanga)
4. Batin Jolelo di Lubuk (Pinggir)
5. Batin Tomat di Semunai
6. Batin Ajo Rangkayo di Air Jamban
7. Batin Genggong di Muara Basung
8. Batin Bertuah di Tanah Putih (Sebanga)

Masing-masing dusun dipimpin oleh seorang Batin yang bertanggung jawab kepada Batin
Induknya. Dalam Batin 8 terdapat 4 Batin induk, masing-masing menaungi 1 Batin, Batin
Induk yaitu:
1. Batin Pinggir
2. Batin Petani
3. Batin Sebanga
4. Batin Air Jamban

Dalam kaitannya dengan pemerintahan Kerajaan, menghadap Sultan melalui Batin
Pinggir.Perkembangan selanjutnya, dalam kawasan Batin 8, terdapat 5 dusun yang
dipimpin oleh seorang Batin yang disebut dengan Batin 5. Orbitasi batin 5 meliputi:
1. Kandis
2. Belutu
3. Sam-sam
4. Tengganau


                                          117
5. Penaso

                          Struktur Pemerintahan Batin Sakai

   Mogek Omeh                                              Antan-Antan
    Wong Sao                                                Ju -Panteh


                                   Batin Pucuk
                                   Wakil Raja

Datuk Bonao


                                   Batin 5 Batin 8



Ular dipalu tidak mati
Kayu pemalu tidak patah
Rumpu tidak layu
Tanah tidak lombang

        Dikotuk sejongkal tali diganang sekayang air
       Duduk autlah anjaun togak tinjau jaah
       Jilek bibir di tas jilek bibir di bawah
       Gantung tapk baru dilangkahkan.



5. PKMT, Keuntungan dan masalahnya
        Beberapa keuntungan proyek ini, antara lain:
   1. Fasilitas rumah lebih manusiawi dibandingkan dengan rumah semula;
   2. Tersedianya fasilitas ibadah berupa Mushalla;
   3. Bekal pelatihan keterampilan untuk modal berusaha selanjutnya;
   4. Komunikasi dengan masyarakat lain lebih mudah;
   5. Jalan keluar-masuk lebih lancar dan mudah daripada tempat semula.

  Beberapa masalah yang ditimbulkan PKMT
  1. Lingkungan tempat tinggal semula dikuasai oleh pendatang/pihak yang
         berkepentingan terhadap hutan yang menjadi orbitasi orang sakai lebih mudah
         dibebaskan, terutama untuk kepentingan perkebunan besar;
  2. Di lingkungan proyek dimana fasilitas tersebut dibangun, tidak diiringi dengan
         penyediaan sumber-sumber pendatan sebagai untuk pemenuhan kebutuhan
         dasar manusia.
  3. Bantuan yang diberikan, tidak diiringi dengan elemen penunjang lainnya.

6. Pandangan orang luar

                                         118
Umumnya orang luar suku sakai memandang sakai sebagai orang yang tidak memiliki
kemandirian, dalam arti sangat tergantung pada sumber daya alam yang pemanfaatannya
dilakukan secara tradisional. Sementara sumberdaya alam tersebut sekarang ini sudah
terbatas pemanfaatannya dan tidak menjanjikan hasil yang menjamin sumber
penghidupan. Selain itu, orang luar juga memandang mereka ebagai orang yang pemalas,
masih memungkinkan bagi mereka ini untuk menanam jenis tanaman tertentu seperti Ubi
kayu (mangalo) dan palawija lainnya, tetapi mereka itu tidak melakukannya. Selanjutnya,
orang sakai dikenal sebagai orang yang suka menjual tanah atau hutan kepada pendatang
untuk kebutuhan sekunder. Karena itu, mereka menjadi semakin terdesak oleh
perkembangan usaha pada pendatang. Pandangan seperti ini, juga dimilki oleh
orang-orang sakai yang sudah mengalami kemajuan. Baik dalam aspek pendidikan
maupun ekonomi.

7. Persepsi Sakai Terhadap Masalah Yang Akan Datang
Mereka menghawatirkan perubahan yang terjadi pada lingkungan mereka sekarang ini
membuat identitas mereka menjadikan kabur dan bahkan menjadi hilang. Nilai-nilai
tradisional (upacara) dalam melakukan sesuatu pekerjaan sudah hilang, sehingga sekarang
ini mereka mengikuti nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat pendatang. Dalam hal
pemanfaatan dan penguasaan sumber daya alam, mereka akan menjadi pekerja kasar pada
lingkungan mereka sendiri. Tanah atau hutan yang mereka kuasai sangat terbatas luasnya;
mereka tidak memiliki keterampilan atau usaha yang spesifik, sementara mereka tertinggal
jauh dalam hal pendidikan dan penguasaan dalam keterampilan lainnya.

8. Sejarah Perjuangan Orang-Orang Luar
Sejarah masuknya orang luar di lingkungan orang-orang sakai, terutama dalam hal
penyebaran agama, akan digambarkan dari informasi yang didapat dari dua tempat yaitu
Kandis dan Minas Barat atau Minas I. Masuknya orang luar di Kandis telah berlangsung
sebelum tahun 1960-an, ketika itu ada seseorang yang berasal dari Minangkabau
menemukan sebuah Pos Tentara di Kandis. Setelah berlangsung beberapa tahun, tepatnya
tahun 1962 di Kandis didirikan sebuah Mushalla dan Yayasan Pembinaan Suku Terasing.
Selanjutnya diiringi dengan munculnya beberapa warung minum dan makan tempat
perhentian orang yang melintasi jalan operasi Caltex dari Pekanbaru menuju Duri. Setelah
Kandis mulai ramai, Bersamaan dengan himbauan pemerintah kepada orang-orang sakai
agar pindah ke pinggir jalan, Kandis semakin hari semakin ramai ditempati oleh
orang-orang sakai yang mulanya tingal dipedalaman.

Pada tahun 1981/1982 Depsos mengadakan proyek pemukiman bagi 100 Kepala Keluarga
orang-orang sakai di Kandis. Untuk melakukan pembinaan terhadap orang-orang sakai,
lembaga dakwah yang sudah lebih dahulu terbentuk dilibatkan oleh Depsos dalam hal
pembinaan.

Missionaris Kristen Protestan masuk di Kandis berlangsung tahun 1970-an. Gereja Luther
di Kandis didirikan pada tahun 1972. Pada waktu itu terdapat beberapa nama Pastor
seperti Hutagalung, Satyo, Sitinjak dan Sihombing. Mereka memperkenalkan ajaran
kristen terhadap orang-orang sakai. Menurut informasi dari salah seorang warga sakai
yang telah dikristenkan bernama Kanak, ia disekolahkan oleh zending HKBP pada
Sekolah Guru Huria (SGH) untuk menjadi Postur di Tarutung pada tahun 1972. Setalah 3
tahun mempelajari ajaran protestan, pada tahun 1975 Kanak pulang ke Kandis dan menja-


                                         119
di penyebar Injil dikalangan orang-orang sakai di Kandis dan sekitarnya. Pada waktu itu
terdapat 20 KK orang-orang sakai yang sudah memeluk agama kristen.

Setelah menjalani profesi sebagai pastor selama 4 tahun, pada bulan juni 1979 Kanak
meminta berhenti secara hormat sebagai pastur kepada zending HKBP. Sejak berhentinya
Kanak sebagai pastor pada tahun tersebut, warga sakai yang lain juga meninggalkan
agama kristen.

Sebagaimana halnya dengan Desa Kandis dan sekitarnya, kedatangan misionaris di Minas
Barat waktunya hampir bersamaan. Menurut pengakuan Batin quot;Injinquot;, penyebaran ajaran
Kristen Protestan dikalangan orang-orang sakai di Minas Barat berlangsung sejak tahun
1974 hingga tahun 1985. Ditempat ini, mereka tidak mendiri Gereja, tetapi sarana pendidi-
kan untuk memperkenalkan ajaran kristus kepada orang-orang sakai, baik anak-anak
maupun orang dewasa.



D. PERKAMPUNGAN ORANG-ORANG SAKAI

1. Orang Sakai Di PKMST Desa Petani

Suku Sakai yang menempati proyek quot;Petani I dan II di Desa Petani     pada tahun 1992
berasal dari beberapa perkampungan kecil disekitar Desa Petani, diantaranya dari yang
pada mulanya tinggal di tepi sungai petani. Umumnya mereka hidup secara
berpindah-pindah dari lingkungan yang satu kelingkungan yang lain disekitar Petani .
Pada mulanya proyek ini diperuntukan kepada 75 Kepala Keluarga (KK) atau 239 jiwa
yang menempati 75 unit yang disediakan proyek.

Beberapa fasilitas yang disediakan proyek untuk setiap keluarga diantaranya 1 unit rumah
yang terbuat dari papan dan atap seng (Zink); tanah pekarang 25 lebar dan panjang 40
meter, dan dibelakang rumah pemukiman terdapat tanah lahan usaha 75 x 60 meter. Untuk
modal berusaha mereka yang disamping itu mereka masih tetap melakukan pekerjaan
sebelumnya yaitu mencari damar dan ikan.

Lahan usaha tani yang disediakan proyek, hampir tidak dapat mereka manfaatkan untuk
berusaha. Tanaman mereka sering diganggu oleh Gajah dan babi sementara mereka
berjauhan tinggal dengan tanaman mereka. Karena itu, rumah yang disediakan proyek
mereka tinggalkan dan dan mereka lebih lama waktunya tinggal di ladang.

Di luar proyek kurang lebih jarak 1 kilo meter terdapat 1 unit Sekolah dasar yang pada
dasarnya diperuntukan bagi anak-anak sakai yang tinggal di proyek. Sedangkan untuk
melanjutkan pendidikan menengah, mereka harus ke luar proyek memasuki sekolah
sebagaimana masyarakat umumnya di Kota Duri. Dalam hal pendidikan menengah ini,
pada mulanya terjadi semacam tekanan psikologi bagi anak-anak sakai untuk beradaptasi
dengan lingkungan yang lebih maju di luar lingkungan mereka.

Dalam hal akses pada fasilitas lainnya seperti kesehatan, terlihat relatif minimal. Meskipun


                                            120
tidak ditemukan adanya anak-anak sakai yang bekerja dalam hal pelayanan kesehatan,
namun partisipasi mereka dalam pengobatan modern relatif tinggi. Mereka memanfaatkan
fasilitas kesehatan pemerintah atau swasta dalam hal pengobatan. Meskipun demikian
mereka juga masih menggunakan cara-cara pengobatan tradisonal yang berlaku pada suku
sakai seperti berdikir (mantra/jampi-jampi) tergantung jenis penyakit yang mereka pahami
(berlaku umum dalam komunitas sakai).

Perkembangan pembangunan yang berkaitan dengan tanah pesat Awal tahun 1990-an,
kota Duri semakin berkembang banyak diantara pendatang yang mencari tanah di desa ini
dan membentuk perkampungan baru, termasuk beberapa perusahan seperti perkebunan
Kelapa Sawit. Perkembangan yang terjadi di wilayah desa ini menjadikan warga suku
sakai kesulitan untuk mencari lahan untuk berladang. Dan sekarang ini, tanah bekas
ladang-ladang tersebut telah mereka jual dan dikuasai oleh pendatang.

Di Desa ini, kelembagaan pemerintahan Desa dikuasai oleh suku pendatang. Kepala Desa
dan Sekretaris Desa diisi oleh pendatang. Mereka ini telah menempuh pendidikan sekolah
lanjutan pertama dan atas atau telah tinggal lama di daerah ini.


2.Orang Sakai Di PKMST Kelurahan Pematang Pudu

Suku Sakai yang menempati proyek quot;Buluh Kasapquot; di Pematang Pudu pada tahun 1978
berasal dari beberapa perkampungan kecil disekitar kota Duri sekarang ini, diantaranya
dari Air Jamban, Tanah Putih (Sebangar) dan Tanah Setupang. Umumnya mereka hidup
secara berpindah-pindah dari lingkungan yang satu kelingkungan yang lain disekitar Duri.
Pada mulanya proyek ini diperuntukan kepada 75 Kepala Keluarga (KK) atau 204 jiwa
yang menempati 75 unit yang disediakan proyek.

Beberapa fasilitas yang disediakan proyek untuk setiap keluarga diantaranya 1 unit rumah
bertiang yang terbuat dari papan (lantai dan dinding) dan atap seng (Zink); tanah pekarang
25 lebar dan panjang 40 meter, dan dibelakang rumah pemukiman terdapat tanah lahan
usaha 75 x 60 meter. Untuk modal berusaha mereka yang tinggal di proyek, mereka
mendapatkan bantuan bibit padi, disamping itu mereka masih tetap melakukan pekerjaan
sebelumnya yaitu mencari damar dan ikan.

Lahan usaha tani yang disediakan proyek, hampir tidak dapat mereka manfaatkan untuk
berusaha. Tanaman mereka sering diganggu oleh Gajah dan babi sementara mereka
berjauhan tinggal dengan tanaman mereka. Karena itu, rumah yang disediakan proyek
mereka tinggalkan dan dan mereka lebih lama waktunya tinggal di ladang.

Di dalam proyek terdapat 1 unit Sekolah dasar yang pada dasarnya diperuntukan bagi
anak-anak sakai yang tinggal di proyek. Sedangkan untuk melanjutkan pendidikan
menengah, mereka harus ke luar proyek memasuki sekolah sebagaimana masyarakat
umumnya di Kota Duri. Dalam hal pendidikan menengah ini, pada mulanya terjadi
semacam tekanan psikologi bagi anak Sakai untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
lebih maju di luar lingkungannya.

Dalam hal akses pada fasilitas lainnya seperti kesehatan, terlihat relatif minimal. Meskipun


                                           121
tidak ditemukan adanya anak-anak sakai yang bekerja dalam hal pelayanan kesehatan,
namun partisipasi mereka dalam pengobatan modern relatif tinggi. Mereka memanfaatkan
fasilitas kesehatan pemerintah atau swasta dalam hal pengobatan. Meskipun demikian
mereka juga masih menggunakan cara-cara pengobatan tradisonal yang berlaku pada suku
sakai seperti bedikie (yang diiringi dengan membaca mantra) tergantung jenis penyakit
yang mereka pahami.

Walaupun mereka berada dalam lingkungan yang relatif sudah maju, namun mereka tidak
menguasai atau tidak tertarik dalam hal penguasai pasar maupun transportasi. Mereka
memiliki beberapa kendaraan untuk mereka sendiri, bukan dijadikan sebagai usaha
ekonomi.

Awal tahun 1990-an, kota Duri semakin berkembang banyak diantara pendatang yang
mencari tanah di Kelurahan ini dan membentuk perkampungan baru, termasuk beberapa
perusahan seperti perkebunan Kelapa Sawit. Perkembangan yang terjadi di wilayah
kelurahan ini menjadikan warga suku sakai kesulitan untuk mencari lahan untuk
berladang. Dan sekarang ini, tanah bekas ladang-ladang tersebut telah mereka jual dan
dikuasai oleh pendatang, termasuk tanah yang disediakan proyek sebagai lahan usaha.

Di Kelurahan ini, kelembagaan pemerintahan Kelurahan dikuasai oleh warga suku Sakai.
Terdapat 5 diantara 7 perangkat Kelurahan di tempati oleh warga Sakai, termasuk Lurah
Kelurahan Pematang Pudu. Mereka ini telah menempuh pendidikan sekolah lanjutan
pertama dan atas atau telah bekerja sebelumnya di kantor Kecamatan Mandau.


3. Orang Sakai Di Desa Pinggir

Monografi Desa Pinggir mencatat bahwa penduduk desa ini berjumlah 5.375 jiwa atau 1.
060 Kepala Keluarga (KK). Terdiri dari 2. 709 jiwa laki-laki dan 2. 666 perempuan. Data
Pemilu 1997 tercatat 4. 523 jiwa, terdiri dari 2. 330 jiwa laki-laki dan 2. 193 perempuan.
Penduduk yang ikut dalam Pemilu tahun 1997 yang lalu berjumlah 2. 719 jiwa, terdiri dari
1. 579 laki-laki dan 1. 146 perempuan. Catatan pemuka masyarakat Desa Pinggir terdapat
134 KK orang Sakai, baik yang sudah dibina oleh instansi pemerintah maupun yang
belum pernah mendapatkan pembinaan. Berdasarkan data Depsos Riau 1998, terdapat 42
KK suku Sakai yang belum dibina.

Pinggir adalah nama satu diantara 25 Desa di Kecamatan Mandau. Terletak dipinggirar
jalan raya antara Duri menuju Pekanbaru. Terdiri dari tiga Dusun yaitu 1. Jaya Mukti; 2.
Pangkalan Libut; 3. Karya Maju. Orang-orang sakai yang menetap di Dusun Jaya Mukti
dipandang telah mengalami perubahan ke arah kemajuan dibandingkan dengan yang
menetap di Dusun Pangkalan Libut, terutama yang menetap di pinggir sungai Mandau dan
sungan Sam-sam. Pemukiman orang-orang sakai terpencar di dua Dusun terakhir. Jarak
Desa Pinggir ke kota Duri, sebagai pusat kegiatan di Kecamatan ini, sejauh 18 Km.

Luas wilayah Desa Pinggir tercatat 230.000 Ha, Profil desa Pinggir membentuk huruf U
(lihat sketsa desa) dari Timur ke Barat. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Balai Raja;
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Semunai; sebelah timur berbatasan dengan Desa


                                           122
Sontang Kecamatan Kunto Darussalam dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kandis
Kecamatan Minas.

Topografi wilayah desa ini sebagian besar dataran rendah, semakin ke selatan datarannya
semakin rendah dan berawa-rawa. Dalam wilayah ini terdapat tiga sungai yang tergolong
besar yaitu Sungai Air Godang; Sungai Mandau dan Sungai Sam-sam. Sebagian besar
orang-orang Sakai yang terdapat di Desa Pinggir mengaku berasal dari Sungai Mandau.

Penduduk Desa Pinggir tercatat dalam monografi desa per 1 April 1997 sejumlah 5. 375
Jiwa atau 1060 Kepala Keluarga. Terdiri dari 2.709 jiwa laki-laki dan 2.666 jiwa
perempuan. Berdasarkan Data Pemilu 1997, tercatat 4523 Jiwa, terdiri 2.330 jiwa
Laki-laki dan 2193 jiwa perempuan. Penduduk yang ikut dalam Pemilu tercatat 2719 Jiwa,
pemilih laki-laki sejumlah 1579 dan 1146 pemilih perempuan.

Penduduk Desa Pinggir dapat dibedakan atas 2 golongan besar. Pertama, Orang Sakai
yang disebut sebagai penduduk setempat. Kedua, kelompok pendatang yang dibedakan
atas 3 golongan, yaitu Etnik Jawa; Minangkabau dan Batak. Dusun Jaya Mukti (dusun I)
sebagai pusat Desa ditempati oleh semua etnik. Etnik Jawa terkonsentrasi di RW. III dan
RW. I (Bahorok); Minangkabau di RW. I; Batak di RW. II (Sinar Toba). Berdasarkan
tokoh masyarakat sakai di Desa Pinggir, tercatat 134 Kepala Keluarga sakai di desa itu.
Catatan Ketua RW. I Dusun I (Azhari Azwar), terdapat 72 Kepala Keluarga orang sakai
ditempat tersebut. Catatan Ketua RW. IV Dusun Pangkalan Libut, terdapat 42 Kepala
Keluarga Sakai di RW. IV, dan 20 KK di Dusun Sukamaju.

Migrasi ke Desa pinggir diperkirakan dimulai sejak akhir tahun 80-an, yaitu tahun 1989
sebanyak 60 Kepala Keluarga (KK) dari sialang mudo wilayah Desa Muara Basung.
Sialang Mudo terletak di sebelah PKSMT quot;Sialang Rimbunquot; Desa Muara Basung. Seluruh
migrasi ini adalah etnis jawa yang terpaksa pindah karena lahan yang mereka tempati
termasuk dalam areal PT. ADEI. Di Desa Pinggir mereka ini tinggal di Dusun Jaya Mukti
(Dusun I) RW 3 yang lebih dikenal di desa ini dengan nama Bahorok. Selain di Dusun I
ini, etnis Jawa juga menempati Dusun Suka Maju (Dusun III) membaur dengan
orang-orang sakai. Daerah ini, lebih dikenal dengan Simpang Anggur.

Etnis Batak mulai memasuki Desa Pinggir sekitar tahun 1992. Mereka tinggal di Desa ini
dengan cara membeli hutan kepada penduduk asli (sakai). Umumnya etnik ini tinggal di
Dusun Pangkalan Libut (Dusun II) RW 4. Setelah itu, mereka ini mengajak saudara
lainnya untuk tingal dengan membentuk kelompok. Mereka ini pada mulanya menanam
tanaman palawija pada lahan yang mereka beli itu. Dalam perkembangan berikutnya,
setelah modal terkumpul lebih banyak, mereka kemudian beralih menanam kelapa sawit.

Etnis Jawa dan Batak ini kabanyaka berasal dari Sumatera Utara. Etnis Batak masih terus
melakukan migrasi sampai survai ini dilakukan, umumnya mereka bekerja di sektor
perkebunan Kelapa Sawit. Etnis Minangkabau mulai masuk di Desa Pinggir pada tahun
1991, mereka ini menetap di kawasan pemukiman yang lebih ramai. Umumnya etnis
Minang di desa ini membuka usaha sebagai pedagang makanan (warung nasi) dan warung
yang menjual kebutuhan sehari-hari.

Dalam sektor kelembagaan desa yaitu dalam bidang pemerintahan desa, banyak jabatan


                                         123
dalam lembaga tersebut yang di isi oleh penduduk asli/orang sakai, seperti Kepala Desa;
Ketua I LKMD; Ketua LMD; Ketua PKK; Kepala Dusun II dan terdapat 2 orang asli yang
menjadi ketua RW yaitu RW I Dusun Jaya Mukti dan RW 4 Dusun Pangkalan Libut.

Bantuan dalam bentuk proyek-proyek, baik Pemerintah maupun swasta di desa ini
umumnya dimanfaatkan bersama oleh seluruh penduduk desa. Misalnya, bantuan sumur
bor dari Caltex Pacific Indonesia (CPI); semenisasi jalan desa dari PU.    Di      Desa
Pinggir terdapat 2 Sekolah Dasar (SD). 1 Unit berstatus negeri terletak di Dusun Jaya
Mukti dan 1 unit lagi SD swasta yang terletak di dusun Suka Maju. Umumnya anak-anak
yang berada dalam usia sekolah, terutama di Dusun Suka Maju dan Jaya Mukti adalah
bersekolah. Sedangkan di Dusun Pangkalan Libut, anak-anak penduduk asli umumnya
tidak bersekolah. Hal itu oleh karena beberapa sebab: Pertama, faktor jarak, yaitu jarak
dari dusun ke SD terdekat lebih kurang berjarang 4 kilo meter. Kedua, ekonomi keluarga
yang relatif masih rendah dan tidak mendukung. Ketiga, kesadaran orang tua yang relatif
rendah dalam hal pendidikan anak (di bandingkan dengan pendatang) . Untuk tingkat
lanjutan, anak-anak Desa Pinggir umumnya melanjutkan ke SLTP di Desa Muara Basung
dan sebagian kecil melanjutkan pendidikannya ke SLTP di Balai Raja. Umumnya yang
melanjutkan pendidikan hingga SLTP adalah anak-anak etnis pendtang, sedangka
anak-anak orang sakai sebagian kecil yang melanjutkan pendidikannya.

Di Desa ini belum ada Pasar. Fasilitas Pasar desa sudah 3 tahun yang lalu dibangun, tetapi
sampai sekarang ini belum selesai dan belum dimanfaatkan. Penduduk desa ini berbelanja
ke Pasar Duri atau di warung-warung yang terdapat di desa tersebut. Sarana transportasi
umum di ke atau dari Desa Pinggir dapat dikatakan sudah cukup lancar karena desa ini
dilewati jalan lintas dan banyak angkutan yang melewati desa ini. bahkan ada beberapa
orang penduduk asli yang memiliki angkutan (oplet).

Di Desa Pinggir terdapat Puskesmas pembantu dengan seorang tenaga mantri kesehatan.
Masyarakat sudah banyak yang memanfaatkan fasilitas ini. Meskipun demikian,
orang-orang sakai masih menggunakan pengobatan secara tradisional seperti quot;bedikeiquot;.
Kegiatan Posyandu diadakan dua kali seminggu dan petugas didatangkan dari Duri.
Fasilitas umum lainnya yang terdapat di desa ini seperti Listrik PLN. Sedikit diantara
penduduk asli di desa ini yang sudah memanfaatkan fasilita penerangan ini. Fasilitas
lainnya adalah POS dan Giro. Surat yang masuk ke desa ini dititipkan petugas Pos melalui
kantor desa, selanjutnya petugas kantor desaa yang mengantarkan ke rumah penduduk
yang bersangkutan. Fasilitas lainnya adalah telepon, ada 5 sambungan pesawat telepon di
desa ini, 4 sambungan merupakan atas nama pribadi dan 1 sambungan atas nama instansi
pemerintah.

Sebelum masuknya para migran spontan dan perusahan, lahan pertanian relatif masih
tersdia luas. Sejak akhir tahun 1980-an, banyaknya pendatang ke desa ini dan membeli
hutan sebagai lahan pertanian kepada penduduk dan selanjutnya mangajak saudara dan
kenalan mereka menetap di desa ini. Selain itu, perusahan pemilik HPH dan perkebunan
besar lainnya juga memulai usahanya di desa ini. Akibanynya, lahan penduduk menjadi
semakin terbatas karena banyak diantara mereka yang menjual tanah dan mereka tidak
dapat lagi membuka lahan karena telah dikuasai oleh HPH dan pendatang lainnya.



                                           124
Penduduk asli yang mulanya membuka hutan dan menjualnya kepada pendatang,
sekarang ini tidak memungkinkan lagi. Perusahaan HPH (PT. Rokan Permai Timber) yang
sebagian arealnya terdapat di desa ini, menjadi bapak angkat bagi 50 KK penduduk dalam
penanaman sengon. Lahan untuk penanaman ini terletak di luar kawasan HPH, yaitu di
kawasan hutan desa. Luas lahan penanaman sengon ini adalah 100 Ha dan tersebar
dibeberapa tempat.


4. Orang Sakai Di Desa Semunai

Monografi Desa Semunai tercatat bahwa penduduk desa ini berjumlah 2209 jiwa atau 560
Kepala Keluarga (KK). Penduduk tersebut tersebar di 2 RW dan 6 RT. Berdasarkan Data
Depsos Riau (1998), terdapat 32 Kepala Keluarga orang Sakai di Desa Semunai.
Sementara catatan aparat pemerintah desa, di desa ini terdapat 46 Kepala Keluarga orang
Sakai yang belum mendapatkan pembinaan.

Desa semunai terletak dipinggiran jalan raya antara Duri menuju Pekanbaru, tepat Km 20
dari kota Duri. Desa ini terdiri dari 1 Dusun; 2 RW dan 6 RT. Orang-orang sakai yang
menetap di desa ini, dipandang relatif belum mengalami perubahan ke arah kemajuan
dibandingkan dengan orang sakai yang menetap di Desa Pinggir. Pemukiman orang-orang
sakai di Desa Semunai, umumnta terletak dipinggir jalan raya.

Luas wilayah Desa Semunai tercatat 2200 Ha, Profil desa ini memanjang (lihat sketsa
desa) dari Utara ke Selatan. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Semunai; sebelah sela-
tan berbatasan dengan desa Kecamatan Kunto Darussalam; sebelah timur berbatasan
dengan desa Balai Raja dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kandis Kecamatan
Minas.

Topografi wilayah desa ini sebagian besar dataran rendah yang bergelombang, semakin
ke selatan datarannya semakin rendah dan berawa-rawa. Dalam wilayah desa ini terdapat
lima sungai yang tergolong besar yaitu Sei Air Godang; Sei Sikai; Sei Lebuai; Sei Dalam
dan Sei Bakulo. Sebagian besar orang-orang Sakai yang terdapat di Desa Semunai
mengaku berasal dari Air Godang.

Penduduk Desa Pinggir tercatat dalam Monografi Desa per 22 Oktober 1996 penduduk
desa ini berjumlah 2209 Jiwa atau 560 Kepala Keluarga. Terdiri dari 1124 jiwa laki-laki
dan 1085 jiwa perempuan.      Penduduk Desa Semunai dapat dibedakan atas 2 golongan
besar. Pertama, Orang Sakai yang umumnya menetap dipinggir jalan raya Kedua,
kelompok pendatang yang dibedakan atas 2 golongan utama, yaitu Etnik Jawa dan Batak.
Etnik Jawa umumnya terkonsentrasi di RW. II dan Batak di RW. I. Berdasarkan catatan
aparat pemerintah desa, tercatat 46 Kepala Keluarga sakai di desa ini dan menetap di
RW.I.

Migrasi ke Desa Semunai dimulai sejak tahun 1984 ketika Etnik Batak marga Simamora,
Purba dan Sihite membeli tanah penduduk setempat. Tahun berikutnya, beberapa marga
yang lain seperti Sinaga, Munthe dan Siregar mengikuti kenalan mereka yang sudah lebih
dahulu menetap di desa ini. Menurut catatan mantan Kepala Desa Semunai (Pak Pintau),
Ketika pertama sekali Ia menjabat sebagai Kepala Desa tahun 1983, tercatat sebanyak 17


                                         125
marga etnik Batak atau 193 jiwa etnik Batak di desa ini. Mereka ini umumnya berasal
langsung dari Sumatera Utara. Pada mulanya tanah yang mereka beli dari penduduk
setempat digunakan sebagai lahan menanam palawija dan buah-buahan seperti semangka,
pisang dan kacang-kacangan.

Etnik Jawa mulai masuk di Desa Semunai pada tahun 1991, mereka ini lebih banyak
memilih tinggal di kawasan belakang desa atau pada lapisan kedua pinggir jalan raya.
Meskipun masih ada penduduk setempat yang menjual tanah yang terletak dipinggir jalan,
tapi pada waktu itu harga tanah tersebut sudah cukup tinggi.

Dalam sektor kelembagaan desa yaitu dalam bidang pemerintahan desa, jabatan dalam
lembaga tersebut yang di isi oleh orang sakai, seperti Kepala Desa; Ketua I LKMD; Ketua
LMD; Ketua RW.I. Bantuan dalam bentuk proyek-proyek, baik Pemerintah maupun
swasta di desa ini umumnya dimanfaatkan bersama oleh seluruh penduduk desa.
Misalnya, bantuan sumur bor dari Caltex Pacific Indonesia (CPI) dan sekarang ini sudah
tidak lagi berfungsi.
Di Desa Semunai terdapat 1 unit Sekolah Dasar Negeri (SDN), yang terletak di RW. I.
Banyak diantara anak-anak mereka yang tidak bersekolah ataupun tidak melanjutkan ke
sekolah lanjutan. Hal itu disebabkan oleh latarbelakang kemampuan orang tua mereka
yang tidak memungkinkan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Meskipun mereka
menyadari bahwa pendidikan akan dapat meningkatkan status atau mereka berubah,
namun pendidikan tersebut tidak memberi daya tarik bagi kehiduapan mereka.

Di Desa Semunai belum ada Pasar. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka
berbelanja ke Pasar Duri atau di warung-warung yang terdapat di desa tersebut. Sarana
transportasi umum di ke atau dari desa ini dapat dikatakan sudah cukup lancar karena desa
ini dilewati jalan lintas dan banyak angkutan yang melewati desa ini. Demikian juga
halnya dengan fasilitas kesehatan, di desa ini tidak terdapat sarana kesehatan seperti
Puskesmas pembantu. Untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam hal pengibatan modern,
mereka harus berobat di Puskesmas Pembantu yang terletak di Desa Pinggir.
Sebagaimana orang-orang Sakai di desa lainnya, di desa ini mereka juga masih
menggunakan pengobatan secara tradisional seperti quot;bedikeiquot;.

Dalam hal penerangan, di Desa Semunai mereka menggunakan listrik desa ataupun milik
perorangan. Umumnya yang memiliki listrik perorangan adalah pendatang. Jumlah
mereka yang menggunaka listrik nini sangat terbatas. Hanya beberapa rumah orang-orang
Sakai yang memanfaatkan fasilitas listrik, mereka umumnya masih menggunakan lampu
dinding (teplok).

Sebelum masuknya Perusahan Besar Swasta (PBS) seperti PT. ADEI dan migran spontan
di desa ini, lahan usaha pertanian tersdia cukup luas. Sejak akhir tahun 1980-an, banyakn-
ya pendatang ke desa ini yang membeli hutan sebagai lahan pertanian kepada penduduk,
selanjutnya mangajak saudara dan kenalan mereka menetap di desa ini dan masuknya
perusahan perkebunan karet tersebut, menjadi orang-orang Sakai di Desa Semunai
menjadi terdesak. Akibanynya, lahan penduduk menjadi semakin terbatas dan mereka
tidak dapat lagi membuka lahan karena telah dikuasai dan diolah oleh pendatang dan
perusahan besar.


                                           126
5. Orang Sakai Di Desa Kandis

Data Dasar Profil Desa/ Kelurahan Tahun 1998 Desa Kandis mencatat bahwa penduduk
desa ini berjumlah 5.439 jiwa atau      Kepala Keluarga (KK). Terdiri dari 2. 607 jiwa
laki-laki dan 2. 832 perempuan. Data Pemilu 1997 tercatat 2. 988 penduduk yang punya
hak pilih, dan yang menggunakan hak pilihnya berjumlah 2. 903 pemilih.
Catatan pemuka masyarakat Desa Kandis terdapat 75 KK orang Sakai, baik yang sudah
dibina oleh instansi pemerintah maupun yang belum pernah mendapatkan pembinaan.
Berdasarkan data Depsos Riau 1998, terdapat 100 KK atau 551 jiwa orang Sakai yang
sudah dibina, tepatnya Tahun 1982/1983.

Kandis adalah nama satu diantara 16 Desa di Kecamatan Minas. Terletak dipinggir jalan
raya antara KM 73 Pekanbaru menuju Duri. Terdiri dari tiga Dusun yaitu 1. Indah ; 2.
Cendana ; 3. Tantaro; 7 RW dan 22 RT. Di Desa ini terdapat proyek pemukiman ayang
diperuntukan 100 KK pada tahun 1982/83. Desa Kandis berbatas dengan:
Sebelah Utara dengan Desa Pinggir
Sebelah Selatan dengan Desa Sam-sam
Sebelah Barat dengan Desa Sam-sam
Sebelah Timur dengan Desa Belutu

Topografi wilayah desa ini sebagian besar dataran rendah, semakin ke Barat datarannya
semakin rendah dan berawa-rawa. Dalam wilayah ini terdapat empat (4) sungai yang
tergolong besar yaitu Sungai Sam-Sam; Sungai Mandau; Sungai Tantaro dan sungai
Kandis. Sebagian besar orang-orang Sakai yang terdapat di Desa Kandis mengaku berasal
dari Sungai Pauh, Kandis dan Sungai Mandau.

Penduduk Desa Kandis dapat dibedakan atas 2 golongan besar. Pertama, Orang Sakai
yang disebut sebagai penduduk setempat. Kedua, kelompok pendatang yang dibedakan
atas 3 golongan, yaitu Etnik Batak; Jawa dan Minangkabau. Dusun Indah (Dusun I)
sebagai pusat Desa ditempati oleh semua etnik, terutama Sakai dan Batak. Etnik Jawa
terkonsentrasi di Dusun Tantaro, mereka ini umumnya pekerja pada perusahan
perkebunan Ivo Mas Kebun II a. Etnik Minangkabau banyak ditemukan di Dusun
Cendana (II), tepatnya di RW. IV Dusun Cendana. Etnik Batak, disamping di Dusun I
juga ditemukan terkonsentrasi di RW. III Dusun Cendana. Berdasarkan catatan tokoh
masyarakat sakai di Desa Kandis, tercatat 75 Kepala Keluarga sakai di desa itu, termasuk
yang tinggal di luar proyek PKMT.

Migrasi ke tempat itu (sekarang Desa Kandis) diperkirakan telah berlangsung sebelum
tahun 1960-an, ketika itu migran dari Minangkabau yang datang ketempat itu pada tahun
1962 menemukan ada sebuah pos tentara dengan lima (5) orang yang sedang menjalankan
tugas. Selanjutnya migran tersebut menetap ditempat itu dan membaur dengan
orang-orang sakai yang lebih dikenal dengan quot;banjar empatquot; (ada 4 keluarga yang
membuka ladang). Tahun-tahun selanjutnya, Banjar Empat mengalami perkembangan,
banyak orang-orang Sakai yang mula tinggal di pedalaman pindah di sekitar Banjar
Empat, dan pada tahun 1962 beberapa migran mendirikan sebuah mushalla an-Naba'di
tempat itu. Banjar empat merupakan cikal-bakal terbentuknya sebuah dusun dan


                                         127
selanjutnya berkembang menjadi Desa Kandis. Setelah berdirinya proyek PKMT Kandis
oleh Departemen Sosial pada tahun 1981/1982 untuk 100 KK Sakai, sebuah
Yayasan/lembaga dakwah yang sudah lebih dulu beridir di tempat itu dilibatkan oleh
Depsos untuk memberikan pemahaman agama Islam kepada orang-prang sakai yang pada
waktu itu masih menganut kepercayaan pebatin.

Dalam sektor kelembagaan desa yaitu dalam bidang pemerintahan desa, banyak jabatan
dalam lembaga tersebut yang di isi oleh penduduk asli/orang sakai, seperti Kepala Desa;
Sekretaris Desa (campuran Minang-Sakai); Ketua LMD; dan terdapat 2 orang asli yang
menjadi ketua RW yaitu RW 02 dan RW 07 Dusun Indah.

Bantuan dalam bentuk proyek-proyek, baik Pemerintah maupun swasta di desa ini
umumnya dimanfaatkan bersama oleh seluruh penduduk desa. Misalnya; semenisasi jalan
desa yang berasal dari proyek padat karya, Pembangunan Mesjid yang diperuntukan bagi
orang-orang sakai, tetapi pemanfaatan dan perawatannya dilakukan atas nama masyarakat
desa. Meskipun Di Desa Kandis terdapat Sekolah Dasar (SD), namun banyak diantara
anak-anak sakai dalam usaia Sekolah Dasar yang tidak bersekolah. Umumnya orang tua
mereka punya alasan yang sama tentang pendidikan anak-anaknya, karena alasan ekonomi
mereka tidak memanfaatkan fasilitas pendidikan yang tersedia disekitar mereka. Demikian
juga halnya untuk kelanjutan pendidikan seperti pendidikan lanjutan.

Di Desa Kandis terdapat sebuah Pasar yang mereka sebut dengan Pasar Minggu. Transaksi
jual-beli di tempat in hanya tejadi pada hari inggu, sedangkan selain hari minggu kebu-
tuhan sehari-hari diperoleh dari warung-warung yang ada di Desa Kandis. Sarana
transportasi umum di ke atau dari Desa Kandis dapat dikatakan sudah cukup lancar karena
desa ini dilewati jalan lintas dan banyak angkutan yang melewati desa ini. Karena posisi
desa ini yang terletak antara Pekanbaru-Duri, transportasi tidak menjadi hambatan untuk
memasuki desa Kandis.

Sebelum masuknya para migran spontan dan perusahan (khususnya Perkebunan PT. Ivo
Mas Tunggal, kebun II a dan II b, lahan pertanian relatif masih tersdia luas. Sejak masukn-
ya perusahan perkebuna tersebut pada tahun 1989, memaksa penduduk setempat ke luar
wialyah desanya untuk berladang atau membuka hutan.


6.Orang Sakai Di Desa Minas Barat

Data Monografi Desa Minas Barta Tahun 1997 mencatat bahwa penduduk desa ini
berjumlah 1.439 jiwa atau 305 Kepala Keluarga (KK). Catatan pemuka masyarakat Desa
Minas Barat terdapat 126 KK orang Sakai, baik yang sudah dibina oleh instansi
pemerintah maupun yang belum pernah mendapatkan pembinaan, 86 KK diantaranya
bertempat tinggal di Dusun Rantau Bertuah (Desa Persiapan) sebagai peserta program
HTI.

Umumnya lingkungan tempat tinggal orang-orang Sakai di Minas Barat sudah menyatu
dengan kehidupan pendatang lainnya seperti Melayu Mandau, Minang, Batak dan
sebagian kecil Jawa. Walaupun mereka berada dalam lingkungan yang relatif sudah maju,


                                           128
namun mereka tidak menguasai atau tidak tertarik dalam hal penguasan pasar maupun
transportasi. Mereka memiliki beberapa kendaraan untuk mereka sendiri, bukan dijadikan
sebagai usaha ekonomi (dalam hal ini prilakunya sama dengan desa lain).

Desa Minas Barta berbatas dengan Desa Beringin Kecamatan Siak Sri Indrapura sebelah
Utara. Desa Minas Timur sebelah Selatan. Desa Belutu sebelah Barat. Desa Muara
Bungkal dan Desa Selodang sebelah Timurnya.

Topografi wilayah desa ini sebagian besar dataran rendah, semakin ke Timur datarannya
semakin rendah dan berawa-rawa. Dalam wilayah ini terdapat empat sungai yang
tergolong besar yaitu Sungai Mandau; Sungai Mandi Angin; Sungai Minas dan Sungai
Lebuai. Sebagian orang-orang Sakai yang menempati Desa Minas Barat sekarang ini
berasal dari berbagai perkampungan kecil disekitar Minas Barat (sebelumnya lebih
populer dengan sebutan Minas 1) seperti Minas asal dan sei Arang, mereka hidup secara
berpindah-pindah dari lingkungan yang satu kelingkungan yang lain disekitar Minas
Barat.

Sebagaimana penduduk desa lainnya di Kecamatan Minas, penduduk Desa Minas Barat
dapat dibedakan atas 2 golongan besar. Pertama, Orang Sakai yang disebut sebagai
penduduk setempat. Kedua, kelompok pendatang yang dibedakan atas 3 golongan, yaitu
Melayu, Minangkabau dan Batak.

Desa Minas Barat terdiri dari 2 Dusun yaitu Dusun Bukit Keramat dan Rantau Bertuah
dan, 4 RW masing-masing; 0I. Kemuning; 02. Bukit Keramat; 03. Rantau Bertuah; 04.
KM 45. Dusun Bukit Keramat merupakan pusat kegiatan pemerintahan desa dan terdiri
atas 2 RW yaitu Kemuning dan Bukit Keramat. RW 02 (Bukit Keramat) sebagai pusat
kegiatan desa ditempati oleh semua etnik, terutama Sakai dan Minangkabau. Orang
Melayu terkonsentrasi di RW. OI; Batak di RW. O4 (kilo meter 45). Informasi dari tokoh
masyarakat sakai di Desa Minas Barat, tercatat 40 Kepala Keluarga sakai yang terdapat di
Dusun Bukit Keramat. Sedangkan 86 KK lainnya sudah menempati lahan HTI di Desa
persiapan quot;Rantau Bertuahquot;.
Migrasi ke Desa Minas Barat pinggir diperkirakan dimulai sebelum kemerdekaan, yaitu
ketika eksplorasi menemukan sumur minyak tanah pertama kali ditemukan di Minas I
tahun 1940-an. Setelah dibukanya jalan antara Pekanbaru menju Duri, banyak
orang-orang sakai pindah ke pinggir jalan raya termasuk disekitar Minas I. Perkembangan
migrasi selanjutnya adalah etnis Minagkabau yang membuka warung dan pedagang kecil.
Etnis Minangkabau dalam jumlah yang lebih besar masuk di Desa Minas Barat pada tahun
1970-an, mereka ini menetap di kawasan pemukiman yang lebih ramai.

Etnis Batak mulai memasuki Desa Minas Barat sekitar tahun 1987. Mereka tinggal di
Desa ini dengan cara membeli hutan kepada penduduk asli (sakai). Umumnya etnik ini
tinggal di RW. 04 (KM 45). Setelah itu, mereka ini mengajak saudara lainnya untuk tingal
dengan membentuk kelompok. Mereka ini pada mulanya bekerja pada perusahan yang ada
di sekitarnya dan menanam tanaman palawija pada lahan yang mereka beli itu. Dalam
perkembangan berikutnya, mereka kemudian beralih menanam kelapa sawit.

Di Desa ini, kelembagaan pemerintahan banyak dikuasai oleh orang Sakai. Mereka
menempati posisi Kepala Desa (Bungsu DJ); Ketua RW. II dan 2 orang Ketua RT. Di Desa


                                         129
ini juga terdapat lembaga kemsyarakatan yang menjadi tempat perjuangan orang-orang
Sakai. Misalnya, Ikatan Keluarga Sakai Batin 5 Minas (IKSBLM). Ketua lembaga ini
dijabat oleh Sekretaris Desa yang bernama A. Sidik J. Sebenarnya sekretaris desa tersebut
berasal dari suku Melayu Mandau, tetapi karena penguasaannya terhadap kehidupan Batin
5, orang-orang Sakai menunjuk A. Sidik tersebut sebagai ketua ikatan orang-orang Sakai
Batin Lima.

Sarana transportasi umum ke atau dari Desa Minas Barat dapat dikatakan sudah cukup
lancar karena desa ini dilewati jalan lintas dan banyak angkutan yang melewati desa ini.
bahkan banyak penduduk Desa Minas yang memiliki angkutan (oplet) yang dioperasikan
Minas-Pekanbaru setiap harinya.
Sebelum masuknya para migran spontan dan perusahan, lahan pertanian relatif masih
tersdia luas. Sejak akhir tahun 1980-an, banyaknya pendatang ke desa ini dan membeli
hutan sebagai lahan pertanian kepada penduduk dan selanjutnya mangajak saudara dan
kenalan mereka menetap di desa ini. Selain itu, perusahan pemilik HPH dan perkebunan
besar lainnya juga memulai usahanya di desa ini. Akibanynya, lahan penduduk menjadi
semakin terbatas karena banyak diantara mereka yang menjual tanah dan mereka tidak
dapat lagi membuka lahan karena telah dikuasai oleh HPH dan pendatang lainnya.

Penduduk asli yang mulanya membuka hutan dan menjualnya kepada pendatang,
sekarang ini tidak memungkinkan lagi. Perusahaan HPH (PT. Arara Abadi dengan segala
anak perusahannya) yang sebagian arealnya terdapat di desa ini, menjadi bapak angkat
bagi 300 KK penduduk dalam penanaman Akasia, 86 KK diantaranya adalah orang-orang
sakai. Penanaman akasia ini sebenarnya diadakan tahun 1993, tetapi sampai sekarang ini
belum terealisir sebagai mana disepakati dengan perusahan PT. Arara Abadi. Mereka
yang masuk dalam program HTI ini baru menempati lahan pekarangan yang jumlahnya
0,5 Ha, sedangkan lahan usaha belum terealisir.




                                          130
Lampiran:
Peta/Sketsa Kecamatan
Kecamatan Mandau
Kecamatan Minas
Sketsa masing-masing Desa
Distribusi suku sakai




                            131
Daftar Isi
 I. Pendahuluan
    A. Latar Belakang
    B. Alasan pemilihan lokasi

II. Gambaran Umum
   A. Kondisi Geografis
   B. Administratif Pemerintahan dan Kependudukan
   C. Pola Mata pencarian
   D. Kepemimpinan Tradisonal
   E. PKMT, keuntungan dan masalahnya
   F. Persepsi orang sakai terhadap masalah
     yang akan datang
   G. Sejarah Perjuangan orang luar

III. Perkampungan orang-orang Sakai
    A. Desa Petani
    B. Kelurahan Pematang Pudu
    C. Desa Pinggir
    D. Desa Semunai
    E. Desa Kandis
    F. Desa Minas Barat

Lampiran:




                                          132

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Resume jurnal internasional
Resume jurnal internasionalResume jurnal internasional
Resume jurnal internasionalakuayucantik
 
LPJ Bendahara - Keuangan Bulan Juni-Desember Tahun 2017
LPJ Bendahara - Keuangan Bulan Juni-Desember Tahun 2017LPJ Bendahara - Keuangan Bulan Juni-Desember Tahun 2017
LPJ Bendahara - Keuangan Bulan Juni-Desember Tahun 2017Himafis 2018
 
Bab 10-kekuasaan-dan-politik
Bab 10-kekuasaan-dan-politikBab 10-kekuasaan-dan-politik
Bab 10-kekuasaan-dan-politikSyahral Ahmad
 
Proposal sponsor
Proposal sponsorProposal sponsor
Proposal sponsorLis Lis
 
Resume jurnal
Resume jurnalResume jurnal
Resume jurnalwandary
 
Motivasi dan Kepemimpinan
Motivasi dan KepemimpinanMotivasi dan Kepemimpinan
Motivasi dan KepemimpinanRezhamaulana
 
Kuliah 5 kepemimpinan (sesi 2)
Kuliah 5 kepemimpinan (sesi 2)Kuliah 5 kepemimpinan (sesi 2)
Kuliah 5 kepemimpinan (sesi 2)Mukhrizal Effendi
 
Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)
Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)
Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)Indah Widi
 
Peralatan Produksi Lepas Pantai (Offshore Production Facility)
Peralatan Produksi Lepas Pantai (Offshore Production Facility)Peralatan Produksi Lepas Pantai (Offshore Production Facility)
Peralatan Produksi Lepas Pantai (Offshore Production Facility)Muhammad Febriyan Firdaus
 
Buku panduan-pernikahan-adat-jawa
Buku panduan-pernikahan-adat-jawaBuku panduan-pernikahan-adat-jawa
Buku panduan-pernikahan-adat-jawaMuhamad Rivai
 
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yangGusti Rusmayadi
 

Was ist angesagt? (20)

PPT LAPORAN MAGANG.pptx
PPT LAPORAN MAGANG.pptxPPT LAPORAN MAGANG.pptx
PPT LAPORAN MAGANG.pptx
 
Mekanika fluida
Mekanika fluidaMekanika fluida
Mekanika fluida
 
Resume jurnal internasional
Resume jurnal internasionalResume jurnal internasional
Resume jurnal internasional
 
LPJ Bendahara - Keuangan Bulan Juni-Desember Tahun 2017
LPJ Bendahara - Keuangan Bulan Juni-Desember Tahun 2017LPJ Bendahara - Keuangan Bulan Juni-Desember Tahun 2017
LPJ Bendahara - Keuangan Bulan Juni-Desember Tahun 2017
 
Bab 10-kekuasaan-dan-politik
Bab 10-kekuasaan-dan-politikBab 10-kekuasaan-dan-politik
Bab 10-kekuasaan-dan-politik
 
Minyak dan gas bumi
Minyak dan gas bumiMinyak dan gas bumi
Minyak dan gas bumi
 
Penerapan K3 pada Perusahan PT Pertamina
Penerapan K3 pada Perusahan PT PertaminaPenerapan K3 pada Perusahan PT Pertamina
Penerapan K3 pada Perusahan PT Pertamina
 
Budaya organisasi
Budaya organisasiBudaya organisasi
Budaya organisasi
 
Ppt sidang skripsi
Ppt sidang skripsiPpt sidang skripsi
Ppt sidang skripsi
 
Proposal sponsor
Proposal sponsorProposal sponsor
Proposal sponsor
 
Resume jurnal
Resume jurnalResume jurnal
Resume jurnal
 
Motivasi dan Kepemimpinan
Motivasi dan KepemimpinanMotivasi dan Kepemimpinan
Motivasi dan Kepemimpinan
 
Inovasi dalam berorganisasi
Inovasi dalam berorganisasiInovasi dalam berorganisasi
Inovasi dalam berorganisasi
 
Evapotranspirasi dan curah hujan
Evapotranspirasi dan curah hujanEvapotranspirasi dan curah hujan
Evapotranspirasi dan curah hujan
 
Kuliah 5 kepemimpinan (sesi 2)
Kuliah 5 kepemimpinan (sesi 2)Kuliah 5 kepemimpinan (sesi 2)
Kuliah 5 kepemimpinan (sesi 2)
 
Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)
Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)
Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)
 
Peralatan Produksi Lepas Pantai (Offshore Production Facility)
Peralatan Produksi Lepas Pantai (Offshore Production Facility)Peralatan Produksi Lepas Pantai (Offshore Production Facility)
Peralatan Produksi Lepas Pantai (Offshore Production Facility)
 
Buku panduan-pernikahan-adat-jawa
Buku panduan-pernikahan-adat-jawaBuku panduan-pernikahan-adat-jawa
Buku panduan-pernikahan-adat-jawa
 
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
 
Alkilasi
AlkilasiAlkilasi
Alkilasi
 

Ähnlich wie Profil Suku Sakai - Riau

Dokumen RPJMD Desa Dermaji
Dokumen RPJMD Desa DermajiDokumen RPJMD Desa Dermaji
Dokumen RPJMD Desa DermajiPradna Paramita
 
Docrpijm 1501490783 bab_2_profil_rpijm_psp_rev02
Docrpijm 1501490783 bab_2_profil_rpijm_psp_rev02Docrpijm 1501490783 bab_2_profil_rpijm_psp_rev02
Docrpijm 1501490783 bab_2_profil_rpijm_psp_rev02Asrul Hamid Nasution
 
Propinsi_Sumatera_Selatan.pdf
Propinsi_Sumatera_Selatan.pdfPropinsi_Sumatera_Selatan.pdf
Propinsi_Sumatera_Selatan.pdfJelawat1
 
Agroforestry/Wanatani Kemitraan Kehutanan
Agroforestry/Wanatani Kemitraan KehutananAgroforestry/Wanatani Kemitraan Kehutanan
Agroforestry/Wanatani Kemitraan KehutananSafwan Nurrasyid
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninPeople Power
 
PAPARAN LOMBA DESA PG 2018.pptx
PAPARAN LOMBA DESA PG 2018.pptxPAPARAN LOMBA DESA PG 2018.pptx
PAPARAN LOMBA DESA PG 2018.pptxLailaHayati12
 
Statda 2010-ok
Statda 2010-okStatda 2010-ok
Statda 2010-okAndy Gabe
 
Paparan desa bhuana jaya
Paparan desa bhuana jayaPaparan desa bhuana jaya
Paparan desa bhuana jayaSuwondo Chan
 
Profil BKM Desa Sindangjaya 2019.pptx
Profil BKM Desa Sindangjaya 2019.pptxProfil BKM Desa Sindangjaya 2019.pptx
Profil BKM Desa Sindangjaya 2019.pptxRDewiKusumahwati1
 
INFRASTRUKTUR
INFRASTRUKTURINFRASTRUKTUR
INFRASTRUKTURJusa Erza
 
Laporan SIM Linmas Periode 13 - 25 Juni 2022.pptx
Laporan SIM Linmas Periode 13 - 25 Juni 2022.pptxLaporan SIM Linmas Periode 13 - 25 Juni 2022.pptx
Laporan SIM Linmas Periode 13 - 25 Juni 2022.pptxPerlindunganMasyarak
 
Profil desa galung
Profil desa galungProfil desa galung
Profil desa galungAsriady Arch
 
Selayang pandang kecamatan sidoarjo
Selayang pandang kecamatan sidoarjoSelayang pandang kecamatan sidoarjo
Selayang pandang kecamatan sidoarjoYani Widodo
 

Ähnlich wie Profil Suku Sakai - Riau (20)

Dokumen RPJMD Desa Dermaji
Dokumen RPJMD Desa DermajiDokumen RPJMD Desa Dermaji
Dokumen RPJMD Desa Dermaji
 
Docrpijm 1501490783 bab_2_profil_rpijm_psp_rev02
Docrpijm 1501490783 bab_2_profil_rpijm_psp_rev02Docrpijm 1501490783 bab_2_profil_rpijm_psp_rev02
Docrpijm 1501490783 bab_2_profil_rpijm_psp_rev02
 
Propinsi_Sumatera_Selatan.pdf
Propinsi_Sumatera_Selatan.pdfPropinsi_Sumatera_Selatan.pdf
Propinsi_Sumatera_Selatan.pdf
 
Proposal kerja praktek
Proposal kerja praktekProposal kerja praktek
Proposal kerja praktek
 
Profil desa 2015
Profil desa 2015Profil desa 2015
Profil desa 2015
 
Agroforestry/Wanatani Kemitraan Kehutanan
Agroforestry/Wanatani Kemitraan KehutananAgroforestry/Wanatani Kemitraan Kehutanan
Agroforestry/Wanatani Kemitraan Kehutanan
 
Kronologis 1
Kronologis 1Kronologis 1
Kronologis 1
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
 
Uu 05 2002 Pjls
Uu 05 2002 PjlsUu 05 2002 Pjls
Uu 05 2002 Pjls
 
PAPARAN LOMBA DESA PG 2018.pptx
PAPARAN LOMBA DESA PG 2018.pptxPAPARAN LOMBA DESA PG 2018.pptx
PAPARAN LOMBA DESA PG 2018.pptx
 
Statda 2010-ok
Statda 2010-okStatda 2010-ok
Statda 2010-ok
 
Paparan desa bhuana jaya
Paparan desa bhuana jayaPaparan desa bhuana jaya
Paparan desa bhuana jaya
 
Profil BKM Desa Sindangjaya 2019.pptx
Profil BKM Desa Sindangjaya 2019.pptxProfil BKM Desa Sindangjaya 2019.pptx
Profil BKM Desa Sindangjaya 2019.pptx
 
INFRASTRUKTUR
INFRASTRUKTURINFRASTRUKTUR
INFRASTRUKTUR
 
Laporan SIM Linmas Periode 13 - 25 Juni 2022.pptx
Laporan SIM Linmas Periode 13 - 25 Juni 2022.pptxLaporan SIM Linmas Periode 13 - 25 Juni 2022.pptx
Laporan SIM Linmas Periode 13 - 25 Juni 2022.pptx
 
create
createcreate
create
 
create
createcreate
create
 
Profil desa galung
Profil desa galungProfil desa galung
Profil desa galung
 
Selayang pandang kecamatan sidoarjo
Selayang pandang kecamatan sidoarjoSelayang pandang kecamatan sidoarjo
Selayang pandang kecamatan sidoarjo
 
Pulau sumatera utara
Pulau sumatera utaraPulau sumatera utara
Pulau sumatera utara
 

Mehr von People Power

Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019People Power
 
sahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tyasahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by TyaPeople Power
 
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparPeople Power
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiPeople Power
 
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013People Power
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013People Power
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...People Power
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012People Power
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...People Power
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...People Power
 
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPeople Power
 
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.People Power
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASIPeople Power
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASIPeople Power
 
Rekayasa pembela kroni KORUPTOR
Rekayasa pembela kroni KORUPTORRekayasa pembela kroni KORUPTOR
Rekayasa pembela kroni KORUPTORPeople Power
 
Seruan penyelamatan bangsa
Seruan penyelamatan bangsaSeruan penyelamatan bangsa
Seruan penyelamatan bangsaPeople Power
 

Mehr von People Power (20)

Strategi advokasi
Strategi advokasiStrategi advokasi
Strategi advokasi
 
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
 
sahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tyasahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tya
 
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
 
Kronologis 2
Kronologis 2Kronologis 2
Kronologis 2
 
Kronologis 4
Kronologis 4Kronologis 4
Kronologis 4
 
Kronologis 3
Kronologis 3Kronologis 3
Kronologis 3
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
 
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
 
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
 
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASI
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
 
Rekayasa pembela kroni KORUPTOR
Rekayasa pembela kroni KORUPTORRekayasa pembela kroni KORUPTOR
Rekayasa pembela kroni KORUPTOR
 
Seruan penyelamatan bangsa
Seruan penyelamatan bangsaSeruan penyelamatan bangsa
Seruan penyelamatan bangsa
 

Profil Suku Sakai - Riau

  • 1. III. SUKU SAKAI DI PROPINSI RIAU A. LATAR BELAKANG MASALAH Data Depsos Riau 1998, menunjukkan bahwa sejak tahun 1977 hingga 1994 terdapat 1.568 jiwa atau 321 Kepala Keluarga (KK) suku sakai yang sudah dibina dan 158 KK pada tahun 1992 hingga 1997. Sedangkan 3. 705 jiwa atau 741 KK belum dibina. Data diatas juga menunjukkan bahwa perincian Kepala Keluarga (KK) suku Sakai yang belum dibina menurut lokasi tempat tinggal: No Nama Desa Jumlah KK 1. Pinggir 42 2. Semunai 32 3. Muara Basung 36 4. Kulim 13 5. Air Jamban 121 6. Tengganau 75 7. Petani 41 8. Kuala Penaso 30 9. Belutu 29 10. Samsam 156 11. Mandau 33 12. Sebangar 133 Sumber : Pembinaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Terasing Di Prop. Riau, Kanwil Depsos Riau, 1998 Tabel Pembangunan Masyarakat Terasing Selama PJP I Di Kabupaten Bengkalis No. DESA LO KASI KK JIWA Th.BINAAN 1. Pematang Pudu Buluh Kasap 75 318 1977/1978 2. Muara Basung Sialang 75 375 1979/1980 Rimbun 3. Bagan Besar Bukit Nenas 100 551 1981/1982 4. Kandis Kandis 100 536 1982/1983 5. Petani Petani I 51 239 1992/1993 6. Petani Petani II 20 100 1993/1994 Sumber : Pembinaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Terasing Di Prop. Riau, Kanwil Depsos Riau, 1998 B. ALASAN PENENTUAN LOKASI Beberapa desa yang dikunjungi sebagai perbandingan untuk melihat kehidupan suku sakai di Kecamatan mandau dan Minas adalah: 1. Kelurahan Pematang Pudu 2. Desa Petani 3. Desa Pinggir 112
  • 2. 4. Desa Semunai 5. Desa Kandis 6. Desa Minas Barat Kelurahan Pematang Pudu dan Desas Petani adalah dua lokasi yang ditempati oleh penduduk suku asli quot;Sakaiquot; dan telah dilakukan pembinan oleh Departemen sosial melalui proyek Pemukiman Kembali Masyarakat Terasing (PKMST). Kelurahan Pematang Pudu merupakan proyek PKMST yang pertama dilakukan di Kecamatan Mandau, tepatnya pada tahun 1977/1978 yang lebih populer dengan Proyek quot;Buluh Kasapquot;. Sedangkan di Desa Petani proyek dimulai pada tahun 1992. Pematang Pudu dan Petani terletak di bagian Timur Kecamatan Mandau, tepatnya terletak di Jalan antara Duri menuju Jurung (Jorong) Kecamatan Kunto Darussalam. Dua desa lainnya yaitu Desa Pinggir dan Desa Semunai terletak di bagian Selatan Kecamatan Mandau, tepatnya terletak dipinggir jalan antara Duri menuju Pekanbaru (Km 16-20). Di dua desa terakhir ini merupakan desa yang belum mendapatkan pembinaan dari Depsos seperti proyek PKMST (Kecuali kasus penduduk di Dusun Pangkalan Libut). 4 Desa/Kelurahan ini terletak dibagian utara dari orbitasi kehidupan orang-orang sakai, dan termasuk dalam kawasan Batin Delapan. Sedangkan 3 Desa terakhir terletak dibagian selatan, dan termasuk dalam wialayah Batin Lima. C. GAMBARAN UMUM Sakai adalah nama suatu suku penduduk yang dianggap asli dan menempati Kecamatan Mandau, sebuah Kecamatan yang terdapat dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkalis. Duri sebagai ibu kota Kecamatan Mandau telah mengalami perkembangan yang pesat, terutama setelah tahun 1980-an. Perkembangan yang terjadi tidak saja dalam pengertian pisik, tetapi juga yang bersifat non-fisik (interaksi-sosial). Kemajuan yang terjadi pada awal tahun 1980-an selain disebabkan oleh industrialisasi, terutama PT. CPI juga karena terbukanya jalan yang menghubungkan Riau dengan Propinsi Sumatera Utara. Konsekwensi dari kemajuan tersebut, menghendaki kecamatan tersebut dimekarkan menjadi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Mandau dan Kecamatan Minas. Berdasarkan data Kecamatan Mandau dalam angka Tahun 1995, penduduk Kecamatan ini berjumlah 140. 760 Jiwa. Terdiri dari 72. 445 jiwa laki-laki dan 68. 315 jiwa perempuan. Menurut laporan petugas Sosial Kecamatan Mandau Tahun 1994/1995, terdapat 1. 434 Kepala Kelauarga atau 6. 427 jiwa orang sakai. Terdiri dari 3. 205 jiwa laki-laki dan 3. 222 jiwa perempuan. (sebelum terbagi dalam 2 Kecamatan). 1. Kondisi Geografis 1.1. Kecamatan Mandau Kecamatan Mandau merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di kabupaten Bengkalis dengan luas wilayah 6.985,47 Km atau 698.547 Ha. Wilayah Kecamatan Mandau berada pada ketinggian 6 hingga 15 Meter dari permukaan laut. Sebagian besar 113
  • 3. wilayah kecamatan ini terdiri dari perbukitan (75 %), sisanya merupakan daerah dataran dan bergelombang. Pada daerah perbukitan dengan suhu maksimal berkisar antara 35 hingga 39 derajat celcius, dengan iklim tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim panas. Musim hujan berkisar antara bulan september hinga februari, sedangkan musim panas terjadi antara bulan Maret hingga Agustus, dengan curah hijan terbanyak di daerah ini selama 93 hari dengan jumlah rata-rata pertahun 2. 280 mm. Jenis tanah daerah ini yaitu Tanah liat berpasir, tanah lempung dan gambut. Kecamatan ini berbatas dengan : - Sebelah Utara dengan Kecamatan Bukit Kapur - Sebelah Selatan dengan Kecamatan Minas - Sebelah Barat dengan Kecamatan Bukit Batu dan Kec. Siak - Sebelah Timur dengan Kecamatan Kunto Darussalam dan Kecamatan Tanah Putih. 1.2. Kecamatan Minas Data Monografi Kecamatan Minas Tahun 1998, menunjukkan bahwa jumlah penduduk penduduk Kecamatan ini sebanyak 38. 768 Jiwa atau 8. 518 Kepala Keluarga (KK), terdiri dari 20. 138 Jiwa laki-laki dan 18. 630 Jiwa perempuan. Berdasarkan laporan Petugas Sosial Kecamatan Minas, orang-orang sakai di Kecamatan ini yang belum dibina terdapat di beberapa desa, antara lain; 1. Desa Kandis 640 jiwa/145 KK 2. Desa Minas Barat 248 jiwa/61 KK 3. Sam-sam 350 jiwa/85 KK 4. Belutu 433 jiwa/97 KK Kecamatan Minas merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di kabupaten Bengkalis dengan luas wilayah 3. 385 Km atau 3. 385.000 Ha. Wilayah Kecamatan Mandau berada pada ketinggian 6 dari permukaan laut. Sebagian besar wilayah kecamatan ini terdiri dari perbukitan (75 %), sisanya merupakan daerah dataran dan berombak. Pada daerah perbukitan dengan suhu maksimal berkisar antara 29 hingga 35 derajat celcius, dengan iklim tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim panas. Musim hujan berkisar antara bulan september hinga Februari, sedangkan musim panas terjadi antara bulan Maret hingga Agustus, dengan curah hijan terbanyak di daerah ini selama 96 hari dengan jumlah rata-rata pertahun 3. 260 mm/tahun. Jenis tanah daerah ini yaitu Tanah liat berpasir, tanah lempung dan gambut. Kecamatan ini berbatas dengan : - Sebelah Utara dengan Kecamatan Mandau - Sebelah Selatan dengan Kotamadya Dati II Pekanbaru - Sebelah Barat dengan Kecamatan Siak - Sebelah Timur dengan Kabupaten Kampar 2. Administratif Pemerintahan dan Kependudukan Berdasarkan Kecamatan dalam angka tahun 1995, Penduduk Kecamatan Mandau berjumlah 140.760 jiwa. Penduduk tersebut, tersebar kedalam 11 Kelurahan dan 14 Desa. Seluruh kelurahan yang terdapat di Kemcatan Mandau ini merupakan hasil pemekaran 114
  • 4. salah satu desa pada tahun 1980, yaitu Desa Air Jamban. Sebelum tahun 1980, di Kematan Mandau terdapat 8 Desa/Kepenghuluan masing-masing: - Desa Air Jamban; - Desa Sebangar; - Desa Petani; - Desa Tengganau; - Desa Semunai; - Desa Pinggir; - Desa Sam-sam; - Desa Balai Pungut. Sejak tahun 1980, mengikuti tuntutan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Kelurahan, desa-desa yang terdapat di Kecamatan Mandau dimekarkan menjadi 11 Kelurahan dan 27 Desa. Masing-masing: 1. Desa Sam-sam 2. Desa Belutu 3. Desa Minas Barat 4. Desa Minas Timur 5. Desa Sungai Selodang 6. Desa Muara Kelantan 7. Desa Olak 8. Desa Teluk Lancang 9. Desa Lubuk Jering 10. Desa Muara Bungkal 11. Desa Lubuk Umbut 12. Desa Bencah Umbai 13. Desa Tasik Betung 14. Desa Melibur 15. Desa Beringin 16. Desa Kuala Penaso 17. Desa Kandis 18. Desa Balai Pungut 19. Desa Muara Basung 20. Desa Tengganau 21. Desa Pinggir 22. Desa Semunai 23. Desa Tasik serai 24. Desa Petani 25. Desa Harapan Baru 26. Desa Balai Makam 27 Kelurahan Balai Raja 28. Kelurahan Titian Antui 29. Desa Talang Mandi 30. Kelurahan Pematang Pudu 31. Kelurahan Balik Alam 32. Kelurahan Batang Serosa 33. Kelurahan Gajah Sakti 34. Kelurahan Duri Timur 115
  • 5. 35. Kelurahan Barat 36. Kelurahan Babussalam 37. Kelurahan Air Jamban 38. Kelurahan Sebangar Perkembangan pesat yang terjadi di Kecamatan Mandau, pada tahun 1992 perlu dimekarkan menjadi kecamatan baru yaitu Kecamatan Minas, sehingga 14 Desa diantaranya menjadi bagian dari kecamatan baru tersebut, diantaranya: 1. Desa Sam-sam 2. Desa Belutu 3. Desa Minas Barat 4. Desa Minas Timur 5. Desa Sungai Selodang 6. Desa Muara Kelantan 7. Desa Olak 8. Desa Teluk Lancang 9. Desa Lubuk Jering 10. Desa Muara Bungkal 11. Desa Lubuk Umbut 12. Desa Bencah Umbai 13. Desa Tasik Betung 14. Desa Kandis. Dengan terjadinya pemekaran Kecamatan Mandau menjadi 2 Kecamatan yaitu Mandau Dan Kecamatan Minas, hingga penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mandau terdapat 11 Kelurahan dan 14 Desa. Diantaranya: 1. Kelurahan Balai Raja 2. Kelurahan Titian Antui 3. Desa Talang Mandi 4. Kelurahan Pematang Pudu 5. Kelurahan Balik Alam 6. Kelurahan Batang Serosa 7. Kelurahan Gajah Sakti 8. Kelurahan Duri Timur 9. Kelurahan Barat 10. Kelurahan Babussalam 11. Kelurahan Air Jamban 12. Kelurahan Sebangar 13. Desa Melibur 14. Desa Beringin 15. Desa Kuala Penaso 16. Desa Kandis 17. Desa Balai Pungut 18. Desa Muara Basung 19. Desa Tengganau 20. Desa Pinggir 21. Desa Semunai 116
  • 6. 22. Desa Tasik serai 23. Desa Petani 24. Desa Harapan Baru 25. Desa Balai Makam 3. Pola Mata Pencarian Mata pencarian utama penduduk asli adalah sebagai petani dan pengumpul hasil hutan, termasuk mencari ikan. Meskipun sekarang ini mata pencarian pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari telah mengalami perubahan, yaitu terbatasnya hutan dan hasil sungai yang dapat mereka manfaatkan, namun sebutan sebagai petani tetap melekat dengan kehidupan orang-orang sakai. 4. Kepemimpinan Tradisional Pada umumnya Dasar kepercayaan orang-orang sakai adalah Islam. Meskipun demikian, dalam kehidupan sehari-hari ciri kepercayaan animisme masih terlihat (populer dengan agama pobatid), terutama dalam hal kesehatan. Umumnya mereka masih melakukan cara-cara pengobatan secara tradisional dalam hal penyembuhan penyakit yang mereka sebut dengan quot;Bodikiequot;. Orang-orang sakai di Kecamatan Mandau Dan Minas berada dalam kawasan kekuasaan Sultan Siak. Sistem kepemimpinan tradisional ditentukan dari pusat kerajaan. Sistem pemerintahan terbagi kedalam 2 bentuk yaitu Kerajaan (Pusat) dan Batin (Daerah). Pemerintahan Daerah dalam komunitas sakai terbagi atas 2 jenis, yaitu batin 8 dan batin 5. Dusun dalam Batin 8 terdiri dari: 1. Batin Baromban di Petani 2. Sutan Bertuah di Tanah Setupang (Pematang Pudu) 3. Batin Bumbung di Tanah Putih (Sebanga) 4. Batin Jolelo di Lubuk (Pinggir) 5. Batin Tomat di Semunai 6. Batin Ajo Rangkayo di Air Jamban 7. Batin Genggong di Muara Basung 8. Batin Bertuah di Tanah Putih (Sebanga) Masing-masing dusun dipimpin oleh seorang Batin yang bertanggung jawab kepada Batin Induknya. Dalam Batin 8 terdapat 4 Batin induk, masing-masing menaungi 1 Batin, Batin Induk yaitu: 1. Batin Pinggir 2. Batin Petani 3. Batin Sebanga 4. Batin Air Jamban Dalam kaitannya dengan pemerintahan Kerajaan, menghadap Sultan melalui Batin Pinggir.Perkembangan selanjutnya, dalam kawasan Batin 8, terdapat 5 dusun yang dipimpin oleh seorang Batin yang disebut dengan Batin 5. Orbitasi batin 5 meliputi: 1. Kandis 2. Belutu 3. Sam-sam 4. Tengganau 117
  • 7. 5. Penaso Struktur Pemerintahan Batin Sakai Mogek Omeh Antan-Antan Wong Sao Ju -Panteh Batin Pucuk Wakil Raja Datuk Bonao Batin 5 Batin 8 Ular dipalu tidak mati Kayu pemalu tidak patah Rumpu tidak layu Tanah tidak lombang Dikotuk sejongkal tali diganang sekayang air Duduk autlah anjaun togak tinjau jaah Jilek bibir di tas jilek bibir di bawah Gantung tapk baru dilangkahkan. 5. PKMT, Keuntungan dan masalahnya Beberapa keuntungan proyek ini, antara lain: 1. Fasilitas rumah lebih manusiawi dibandingkan dengan rumah semula; 2. Tersedianya fasilitas ibadah berupa Mushalla; 3. Bekal pelatihan keterampilan untuk modal berusaha selanjutnya; 4. Komunikasi dengan masyarakat lain lebih mudah; 5. Jalan keluar-masuk lebih lancar dan mudah daripada tempat semula. Beberapa masalah yang ditimbulkan PKMT 1. Lingkungan tempat tinggal semula dikuasai oleh pendatang/pihak yang berkepentingan terhadap hutan yang menjadi orbitasi orang sakai lebih mudah dibebaskan, terutama untuk kepentingan perkebunan besar; 2. Di lingkungan proyek dimana fasilitas tersebut dibangun, tidak diiringi dengan penyediaan sumber-sumber pendatan sebagai untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia. 3. Bantuan yang diberikan, tidak diiringi dengan elemen penunjang lainnya. 6. Pandangan orang luar 118
  • 8. Umumnya orang luar suku sakai memandang sakai sebagai orang yang tidak memiliki kemandirian, dalam arti sangat tergantung pada sumber daya alam yang pemanfaatannya dilakukan secara tradisional. Sementara sumberdaya alam tersebut sekarang ini sudah terbatas pemanfaatannya dan tidak menjanjikan hasil yang menjamin sumber penghidupan. Selain itu, orang luar juga memandang mereka ebagai orang yang pemalas, masih memungkinkan bagi mereka ini untuk menanam jenis tanaman tertentu seperti Ubi kayu (mangalo) dan palawija lainnya, tetapi mereka itu tidak melakukannya. Selanjutnya, orang sakai dikenal sebagai orang yang suka menjual tanah atau hutan kepada pendatang untuk kebutuhan sekunder. Karena itu, mereka menjadi semakin terdesak oleh perkembangan usaha pada pendatang. Pandangan seperti ini, juga dimilki oleh orang-orang sakai yang sudah mengalami kemajuan. Baik dalam aspek pendidikan maupun ekonomi. 7. Persepsi Sakai Terhadap Masalah Yang Akan Datang Mereka menghawatirkan perubahan yang terjadi pada lingkungan mereka sekarang ini membuat identitas mereka menjadikan kabur dan bahkan menjadi hilang. Nilai-nilai tradisional (upacara) dalam melakukan sesuatu pekerjaan sudah hilang, sehingga sekarang ini mereka mengikuti nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat pendatang. Dalam hal pemanfaatan dan penguasaan sumber daya alam, mereka akan menjadi pekerja kasar pada lingkungan mereka sendiri. Tanah atau hutan yang mereka kuasai sangat terbatas luasnya; mereka tidak memiliki keterampilan atau usaha yang spesifik, sementara mereka tertinggal jauh dalam hal pendidikan dan penguasaan dalam keterampilan lainnya. 8. Sejarah Perjuangan Orang-Orang Luar Sejarah masuknya orang luar di lingkungan orang-orang sakai, terutama dalam hal penyebaran agama, akan digambarkan dari informasi yang didapat dari dua tempat yaitu Kandis dan Minas Barat atau Minas I. Masuknya orang luar di Kandis telah berlangsung sebelum tahun 1960-an, ketika itu ada seseorang yang berasal dari Minangkabau menemukan sebuah Pos Tentara di Kandis. Setelah berlangsung beberapa tahun, tepatnya tahun 1962 di Kandis didirikan sebuah Mushalla dan Yayasan Pembinaan Suku Terasing. Selanjutnya diiringi dengan munculnya beberapa warung minum dan makan tempat perhentian orang yang melintasi jalan operasi Caltex dari Pekanbaru menuju Duri. Setelah Kandis mulai ramai, Bersamaan dengan himbauan pemerintah kepada orang-orang sakai agar pindah ke pinggir jalan, Kandis semakin hari semakin ramai ditempati oleh orang-orang sakai yang mulanya tingal dipedalaman. Pada tahun 1981/1982 Depsos mengadakan proyek pemukiman bagi 100 Kepala Keluarga orang-orang sakai di Kandis. Untuk melakukan pembinaan terhadap orang-orang sakai, lembaga dakwah yang sudah lebih dahulu terbentuk dilibatkan oleh Depsos dalam hal pembinaan. Missionaris Kristen Protestan masuk di Kandis berlangsung tahun 1970-an. Gereja Luther di Kandis didirikan pada tahun 1972. Pada waktu itu terdapat beberapa nama Pastor seperti Hutagalung, Satyo, Sitinjak dan Sihombing. Mereka memperkenalkan ajaran kristen terhadap orang-orang sakai. Menurut informasi dari salah seorang warga sakai yang telah dikristenkan bernama Kanak, ia disekolahkan oleh zending HKBP pada Sekolah Guru Huria (SGH) untuk menjadi Postur di Tarutung pada tahun 1972. Setalah 3 tahun mempelajari ajaran protestan, pada tahun 1975 Kanak pulang ke Kandis dan menja- 119
  • 9. di penyebar Injil dikalangan orang-orang sakai di Kandis dan sekitarnya. Pada waktu itu terdapat 20 KK orang-orang sakai yang sudah memeluk agama kristen. Setelah menjalani profesi sebagai pastor selama 4 tahun, pada bulan juni 1979 Kanak meminta berhenti secara hormat sebagai pastur kepada zending HKBP. Sejak berhentinya Kanak sebagai pastor pada tahun tersebut, warga sakai yang lain juga meninggalkan agama kristen. Sebagaimana halnya dengan Desa Kandis dan sekitarnya, kedatangan misionaris di Minas Barat waktunya hampir bersamaan. Menurut pengakuan Batin quot;Injinquot;, penyebaran ajaran Kristen Protestan dikalangan orang-orang sakai di Minas Barat berlangsung sejak tahun 1974 hingga tahun 1985. Ditempat ini, mereka tidak mendiri Gereja, tetapi sarana pendidi- kan untuk memperkenalkan ajaran kristus kepada orang-orang sakai, baik anak-anak maupun orang dewasa. D. PERKAMPUNGAN ORANG-ORANG SAKAI 1. Orang Sakai Di PKMST Desa Petani Suku Sakai yang menempati proyek quot;Petani I dan II di Desa Petani pada tahun 1992 berasal dari beberapa perkampungan kecil disekitar Desa Petani, diantaranya dari yang pada mulanya tinggal di tepi sungai petani. Umumnya mereka hidup secara berpindah-pindah dari lingkungan yang satu kelingkungan yang lain disekitar Petani . Pada mulanya proyek ini diperuntukan kepada 75 Kepala Keluarga (KK) atau 239 jiwa yang menempati 75 unit yang disediakan proyek. Beberapa fasilitas yang disediakan proyek untuk setiap keluarga diantaranya 1 unit rumah yang terbuat dari papan dan atap seng (Zink); tanah pekarang 25 lebar dan panjang 40 meter, dan dibelakang rumah pemukiman terdapat tanah lahan usaha 75 x 60 meter. Untuk modal berusaha mereka yang disamping itu mereka masih tetap melakukan pekerjaan sebelumnya yaitu mencari damar dan ikan. Lahan usaha tani yang disediakan proyek, hampir tidak dapat mereka manfaatkan untuk berusaha. Tanaman mereka sering diganggu oleh Gajah dan babi sementara mereka berjauhan tinggal dengan tanaman mereka. Karena itu, rumah yang disediakan proyek mereka tinggalkan dan dan mereka lebih lama waktunya tinggal di ladang. Di luar proyek kurang lebih jarak 1 kilo meter terdapat 1 unit Sekolah dasar yang pada dasarnya diperuntukan bagi anak-anak sakai yang tinggal di proyek. Sedangkan untuk melanjutkan pendidikan menengah, mereka harus ke luar proyek memasuki sekolah sebagaimana masyarakat umumnya di Kota Duri. Dalam hal pendidikan menengah ini, pada mulanya terjadi semacam tekanan psikologi bagi anak-anak sakai untuk beradaptasi dengan lingkungan yang lebih maju di luar lingkungan mereka. Dalam hal akses pada fasilitas lainnya seperti kesehatan, terlihat relatif minimal. Meskipun 120
  • 10. tidak ditemukan adanya anak-anak sakai yang bekerja dalam hal pelayanan kesehatan, namun partisipasi mereka dalam pengobatan modern relatif tinggi. Mereka memanfaatkan fasilitas kesehatan pemerintah atau swasta dalam hal pengobatan. Meskipun demikian mereka juga masih menggunakan cara-cara pengobatan tradisonal yang berlaku pada suku sakai seperti berdikir (mantra/jampi-jampi) tergantung jenis penyakit yang mereka pahami (berlaku umum dalam komunitas sakai). Perkembangan pembangunan yang berkaitan dengan tanah pesat Awal tahun 1990-an, kota Duri semakin berkembang banyak diantara pendatang yang mencari tanah di desa ini dan membentuk perkampungan baru, termasuk beberapa perusahan seperti perkebunan Kelapa Sawit. Perkembangan yang terjadi di wilayah desa ini menjadikan warga suku sakai kesulitan untuk mencari lahan untuk berladang. Dan sekarang ini, tanah bekas ladang-ladang tersebut telah mereka jual dan dikuasai oleh pendatang. Di Desa ini, kelembagaan pemerintahan Desa dikuasai oleh suku pendatang. Kepala Desa dan Sekretaris Desa diisi oleh pendatang. Mereka ini telah menempuh pendidikan sekolah lanjutan pertama dan atas atau telah tinggal lama di daerah ini. 2.Orang Sakai Di PKMST Kelurahan Pematang Pudu Suku Sakai yang menempati proyek quot;Buluh Kasapquot; di Pematang Pudu pada tahun 1978 berasal dari beberapa perkampungan kecil disekitar kota Duri sekarang ini, diantaranya dari Air Jamban, Tanah Putih (Sebangar) dan Tanah Setupang. Umumnya mereka hidup secara berpindah-pindah dari lingkungan yang satu kelingkungan yang lain disekitar Duri. Pada mulanya proyek ini diperuntukan kepada 75 Kepala Keluarga (KK) atau 204 jiwa yang menempati 75 unit yang disediakan proyek. Beberapa fasilitas yang disediakan proyek untuk setiap keluarga diantaranya 1 unit rumah bertiang yang terbuat dari papan (lantai dan dinding) dan atap seng (Zink); tanah pekarang 25 lebar dan panjang 40 meter, dan dibelakang rumah pemukiman terdapat tanah lahan usaha 75 x 60 meter. Untuk modal berusaha mereka yang tinggal di proyek, mereka mendapatkan bantuan bibit padi, disamping itu mereka masih tetap melakukan pekerjaan sebelumnya yaitu mencari damar dan ikan. Lahan usaha tani yang disediakan proyek, hampir tidak dapat mereka manfaatkan untuk berusaha. Tanaman mereka sering diganggu oleh Gajah dan babi sementara mereka berjauhan tinggal dengan tanaman mereka. Karena itu, rumah yang disediakan proyek mereka tinggalkan dan dan mereka lebih lama waktunya tinggal di ladang. Di dalam proyek terdapat 1 unit Sekolah dasar yang pada dasarnya diperuntukan bagi anak-anak sakai yang tinggal di proyek. Sedangkan untuk melanjutkan pendidikan menengah, mereka harus ke luar proyek memasuki sekolah sebagaimana masyarakat umumnya di Kota Duri. Dalam hal pendidikan menengah ini, pada mulanya terjadi semacam tekanan psikologi bagi anak Sakai untuk beradaptasi dengan lingkungan yang lebih maju di luar lingkungannya. Dalam hal akses pada fasilitas lainnya seperti kesehatan, terlihat relatif minimal. Meskipun 121
  • 11. tidak ditemukan adanya anak-anak sakai yang bekerja dalam hal pelayanan kesehatan, namun partisipasi mereka dalam pengobatan modern relatif tinggi. Mereka memanfaatkan fasilitas kesehatan pemerintah atau swasta dalam hal pengobatan. Meskipun demikian mereka juga masih menggunakan cara-cara pengobatan tradisonal yang berlaku pada suku sakai seperti bedikie (yang diiringi dengan membaca mantra) tergantung jenis penyakit yang mereka pahami. Walaupun mereka berada dalam lingkungan yang relatif sudah maju, namun mereka tidak menguasai atau tidak tertarik dalam hal penguasai pasar maupun transportasi. Mereka memiliki beberapa kendaraan untuk mereka sendiri, bukan dijadikan sebagai usaha ekonomi. Awal tahun 1990-an, kota Duri semakin berkembang banyak diantara pendatang yang mencari tanah di Kelurahan ini dan membentuk perkampungan baru, termasuk beberapa perusahan seperti perkebunan Kelapa Sawit. Perkembangan yang terjadi di wilayah kelurahan ini menjadikan warga suku sakai kesulitan untuk mencari lahan untuk berladang. Dan sekarang ini, tanah bekas ladang-ladang tersebut telah mereka jual dan dikuasai oleh pendatang, termasuk tanah yang disediakan proyek sebagai lahan usaha. Di Kelurahan ini, kelembagaan pemerintahan Kelurahan dikuasai oleh warga suku Sakai. Terdapat 5 diantara 7 perangkat Kelurahan di tempati oleh warga Sakai, termasuk Lurah Kelurahan Pematang Pudu. Mereka ini telah menempuh pendidikan sekolah lanjutan pertama dan atas atau telah bekerja sebelumnya di kantor Kecamatan Mandau. 3. Orang Sakai Di Desa Pinggir Monografi Desa Pinggir mencatat bahwa penduduk desa ini berjumlah 5.375 jiwa atau 1. 060 Kepala Keluarga (KK). Terdiri dari 2. 709 jiwa laki-laki dan 2. 666 perempuan. Data Pemilu 1997 tercatat 4. 523 jiwa, terdiri dari 2. 330 jiwa laki-laki dan 2. 193 perempuan. Penduduk yang ikut dalam Pemilu tahun 1997 yang lalu berjumlah 2. 719 jiwa, terdiri dari 1. 579 laki-laki dan 1. 146 perempuan. Catatan pemuka masyarakat Desa Pinggir terdapat 134 KK orang Sakai, baik yang sudah dibina oleh instansi pemerintah maupun yang belum pernah mendapatkan pembinaan. Berdasarkan data Depsos Riau 1998, terdapat 42 KK suku Sakai yang belum dibina. Pinggir adalah nama satu diantara 25 Desa di Kecamatan Mandau. Terletak dipinggirar jalan raya antara Duri menuju Pekanbaru. Terdiri dari tiga Dusun yaitu 1. Jaya Mukti; 2. Pangkalan Libut; 3. Karya Maju. Orang-orang sakai yang menetap di Dusun Jaya Mukti dipandang telah mengalami perubahan ke arah kemajuan dibandingkan dengan yang menetap di Dusun Pangkalan Libut, terutama yang menetap di pinggir sungai Mandau dan sungan Sam-sam. Pemukiman orang-orang sakai terpencar di dua Dusun terakhir. Jarak Desa Pinggir ke kota Duri, sebagai pusat kegiatan di Kecamatan ini, sejauh 18 Km. Luas wilayah Desa Pinggir tercatat 230.000 Ha, Profil desa Pinggir membentuk huruf U (lihat sketsa desa) dari Timur ke Barat. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Balai Raja; sebelah selatan berbatasan dengan Desa Semunai; sebelah timur berbatasan dengan Desa 122
  • 12. Sontang Kecamatan Kunto Darussalam dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kandis Kecamatan Minas. Topografi wilayah desa ini sebagian besar dataran rendah, semakin ke selatan datarannya semakin rendah dan berawa-rawa. Dalam wilayah ini terdapat tiga sungai yang tergolong besar yaitu Sungai Air Godang; Sungai Mandau dan Sungai Sam-sam. Sebagian besar orang-orang Sakai yang terdapat di Desa Pinggir mengaku berasal dari Sungai Mandau. Penduduk Desa Pinggir tercatat dalam monografi desa per 1 April 1997 sejumlah 5. 375 Jiwa atau 1060 Kepala Keluarga. Terdiri dari 2.709 jiwa laki-laki dan 2.666 jiwa perempuan. Berdasarkan Data Pemilu 1997, tercatat 4523 Jiwa, terdiri 2.330 jiwa Laki-laki dan 2193 jiwa perempuan. Penduduk yang ikut dalam Pemilu tercatat 2719 Jiwa, pemilih laki-laki sejumlah 1579 dan 1146 pemilih perempuan. Penduduk Desa Pinggir dapat dibedakan atas 2 golongan besar. Pertama, Orang Sakai yang disebut sebagai penduduk setempat. Kedua, kelompok pendatang yang dibedakan atas 3 golongan, yaitu Etnik Jawa; Minangkabau dan Batak. Dusun Jaya Mukti (dusun I) sebagai pusat Desa ditempati oleh semua etnik. Etnik Jawa terkonsentrasi di RW. III dan RW. I (Bahorok); Minangkabau di RW. I; Batak di RW. II (Sinar Toba). Berdasarkan tokoh masyarakat sakai di Desa Pinggir, tercatat 134 Kepala Keluarga sakai di desa itu. Catatan Ketua RW. I Dusun I (Azhari Azwar), terdapat 72 Kepala Keluarga orang sakai ditempat tersebut. Catatan Ketua RW. IV Dusun Pangkalan Libut, terdapat 42 Kepala Keluarga Sakai di RW. IV, dan 20 KK di Dusun Sukamaju. Migrasi ke Desa pinggir diperkirakan dimulai sejak akhir tahun 80-an, yaitu tahun 1989 sebanyak 60 Kepala Keluarga (KK) dari sialang mudo wilayah Desa Muara Basung. Sialang Mudo terletak di sebelah PKSMT quot;Sialang Rimbunquot; Desa Muara Basung. Seluruh migrasi ini adalah etnis jawa yang terpaksa pindah karena lahan yang mereka tempati termasuk dalam areal PT. ADEI. Di Desa Pinggir mereka ini tinggal di Dusun Jaya Mukti (Dusun I) RW 3 yang lebih dikenal di desa ini dengan nama Bahorok. Selain di Dusun I ini, etnis Jawa juga menempati Dusun Suka Maju (Dusun III) membaur dengan orang-orang sakai. Daerah ini, lebih dikenal dengan Simpang Anggur. Etnis Batak mulai memasuki Desa Pinggir sekitar tahun 1992. Mereka tinggal di Desa ini dengan cara membeli hutan kepada penduduk asli (sakai). Umumnya etnik ini tinggal di Dusun Pangkalan Libut (Dusun II) RW 4. Setelah itu, mereka ini mengajak saudara lainnya untuk tingal dengan membentuk kelompok. Mereka ini pada mulanya menanam tanaman palawija pada lahan yang mereka beli itu. Dalam perkembangan berikutnya, setelah modal terkumpul lebih banyak, mereka kemudian beralih menanam kelapa sawit. Etnis Jawa dan Batak ini kabanyaka berasal dari Sumatera Utara. Etnis Batak masih terus melakukan migrasi sampai survai ini dilakukan, umumnya mereka bekerja di sektor perkebunan Kelapa Sawit. Etnis Minangkabau mulai masuk di Desa Pinggir pada tahun 1991, mereka ini menetap di kawasan pemukiman yang lebih ramai. Umumnya etnis Minang di desa ini membuka usaha sebagai pedagang makanan (warung nasi) dan warung yang menjual kebutuhan sehari-hari. Dalam sektor kelembagaan desa yaitu dalam bidang pemerintahan desa, banyak jabatan 123
  • 13. dalam lembaga tersebut yang di isi oleh penduduk asli/orang sakai, seperti Kepala Desa; Ketua I LKMD; Ketua LMD; Ketua PKK; Kepala Dusun II dan terdapat 2 orang asli yang menjadi ketua RW yaitu RW I Dusun Jaya Mukti dan RW 4 Dusun Pangkalan Libut. Bantuan dalam bentuk proyek-proyek, baik Pemerintah maupun swasta di desa ini umumnya dimanfaatkan bersama oleh seluruh penduduk desa. Misalnya, bantuan sumur bor dari Caltex Pacific Indonesia (CPI); semenisasi jalan desa dari PU. Di Desa Pinggir terdapat 2 Sekolah Dasar (SD). 1 Unit berstatus negeri terletak di Dusun Jaya Mukti dan 1 unit lagi SD swasta yang terletak di dusun Suka Maju. Umumnya anak-anak yang berada dalam usia sekolah, terutama di Dusun Suka Maju dan Jaya Mukti adalah bersekolah. Sedangkan di Dusun Pangkalan Libut, anak-anak penduduk asli umumnya tidak bersekolah. Hal itu oleh karena beberapa sebab: Pertama, faktor jarak, yaitu jarak dari dusun ke SD terdekat lebih kurang berjarang 4 kilo meter. Kedua, ekonomi keluarga yang relatif masih rendah dan tidak mendukung. Ketiga, kesadaran orang tua yang relatif rendah dalam hal pendidikan anak (di bandingkan dengan pendatang) . Untuk tingkat lanjutan, anak-anak Desa Pinggir umumnya melanjutkan ke SLTP di Desa Muara Basung dan sebagian kecil melanjutkan pendidikannya ke SLTP di Balai Raja. Umumnya yang melanjutkan pendidikan hingga SLTP adalah anak-anak etnis pendtang, sedangka anak-anak orang sakai sebagian kecil yang melanjutkan pendidikannya. Di Desa ini belum ada Pasar. Fasilitas Pasar desa sudah 3 tahun yang lalu dibangun, tetapi sampai sekarang ini belum selesai dan belum dimanfaatkan. Penduduk desa ini berbelanja ke Pasar Duri atau di warung-warung yang terdapat di desa tersebut. Sarana transportasi umum di ke atau dari Desa Pinggir dapat dikatakan sudah cukup lancar karena desa ini dilewati jalan lintas dan banyak angkutan yang melewati desa ini. bahkan ada beberapa orang penduduk asli yang memiliki angkutan (oplet). Di Desa Pinggir terdapat Puskesmas pembantu dengan seorang tenaga mantri kesehatan. Masyarakat sudah banyak yang memanfaatkan fasilitas ini. Meskipun demikian, orang-orang sakai masih menggunakan pengobatan secara tradisional seperti quot;bedikeiquot;. Kegiatan Posyandu diadakan dua kali seminggu dan petugas didatangkan dari Duri. Fasilitas umum lainnya yang terdapat di desa ini seperti Listrik PLN. Sedikit diantara penduduk asli di desa ini yang sudah memanfaatkan fasilita penerangan ini. Fasilitas lainnya adalah POS dan Giro. Surat yang masuk ke desa ini dititipkan petugas Pos melalui kantor desa, selanjutnya petugas kantor desaa yang mengantarkan ke rumah penduduk yang bersangkutan. Fasilitas lainnya adalah telepon, ada 5 sambungan pesawat telepon di desa ini, 4 sambungan merupakan atas nama pribadi dan 1 sambungan atas nama instansi pemerintah. Sebelum masuknya para migran spontan dan perusahan, lahan pertanian relatif masih tersdia luas. Sejak akhir tahun 1980-an, banyaknya pendatang ke desa ini dan membeli hutan sebagai lahan pertanian kepada penduduk dan selanjutnya mangajak saudara dan kenalan mereka menetap di desa ini. Selain itu, perusahan pemilik HPH dan perkebunan besar lainnya juga memulai usahanya di desa ini. Akibanynya, lahan penduduk menjadi semakin terbatas karena banyak diantara mereka yang menjual tanah dan mereka tidak dapat lagi membuka lahan karena telah dikuasai oleh HPH dan pendatang lainnya. 124
  • 14. Penduduk asli yang mulanya membuka hutan dan menjualnya kepada pendatang, sekarang ini tidak memungkinkan lagi. Perusahaan HPH (PT. Rokan Permai Timber) yang sebagian arealnya terdapat di desa ini, menjadi bapak angkat bagi 50 KK penduduk dalam penanaman sengon. Lahan untuk penanaman ini terletak di luar kawasan HPH, yaitu di kawasan hutan desa. Luas lahan penanaman sengon ini adalah 100 Ha dan tersebar dibeberapa tempat. 4. Orang Sakai Di Desa Semunai Monografi Desa Semunai tercatat bahwa penduduk desa ini berjumlah 2209 jiwa atau 560 Kepala Keluarga (KK). Penduduk tersebut tersebar di 2 RW dan 6 RT. Berdasarkan Data Depsos Riau (1998), terdapat 32 Kepala Keluarga orang Sakai di Desa Semunai. Sementara catatan aparat pemerintah desa, di desa ini terdapat 46 Kepala Keluarga orang Sakai yang belum mendapatkan pembinaan. Desa semunai terletak dipinggiran jalan raya antara Duri menuju Pekanbaru, tepat Km 20 dari kota Duri. Desa ini terdiri dari 1 Dusun; 2 RW dan 6 RT. Orang-orang sakai yang menetap di desa ini, dipandang relatif belum mengalami perubahan ke arah kemajuan dibandingkan dengan orang sakai yang menetap di Desa Pinggir. Pemukiman orang-orang sakai di Desa Semunai, umumnta terletak dipinggir jalan raya. Luas wilayah Desa Semunai tercatat 2200 Ha, Profil desa ini memanjang (lihat sketsa desa) dari Utara ke Selatan. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Semunai; sebelah sela- tan berbatasan dengan desa Kecamatan Kunto Darussalam; sebelah timur berbatasan dengan desa Balai Raja dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kandis Kecamatan Minas. Topografi wilayah desa ini sebagian besar dataran rendah yang bergelombang, semakin ke selatan datarannya semakin rendah dan berawa-rawa. Dalam wilayah desa ini terdapat lima sungai yang tergolong besar yaitu Sei Air Godang; Sei Sikai; Sei Lebuai; Sei Dalam dan Sei Bakulo. Sebagian besar orang-orang Sakai yang terdapat di Desa Semunai mengaku berasal dari Air Godang. Penduduk Desa Pinggir tercatat dalam Monografi Desa per 22 Oktober 1996 penduduk desa ini berjumlah 2209 Jiwa atau 560 Kepala Keluarga. Terdiri dari 1124 jiwa laki-laki dan 1085 jiwa perempuan. Penduduk Desa Semunai dapat dibedakan atas 2 golongan besar. Pertama, Orang Sakai yang umumnya menetap dipinggir jalan raya Kedua, kelompok pendatang yang dibedakan atas 2 golongan utama, yaitu Etnik Jawa dan Batak. Etnik Jawa umumnya terkonsentrasi di RW. II dan Batak di RW. I. Berdasarkan catatan aparat pemerintah desa, tercatat 46 Kepala Keluarga sakai di desa ini dan menetap di RW.I. Migrasi ke Desa Semunai dimulai sejak tahun 1984 ketika Etnik Batak marga Simamora, Purba dan Sihite membeli tanah penduduk setempat. Tahun berikutnya, beberapa marga yang lain seperti Sinaga, Munthe dan Siregar mengikuti kenalan mereka yang sudah lebih dahulu menetap di desa ini. Menurut catatan mantan Kepala Desa Semunai (Pak Pintau), Ketika pertama sekali Ia menjabat sebagai Kepala Desa tahun 1983, tercatat sebanyak 17 125
  • 15. marga etnik Batak atau 193 jiwa etnik Batak di desa ini. Mereka ini umumnya berasal langsung dari Sumatera Utara. Pada mulanya tanah yang mereka beli dari penduduk setempat digunakan sebagai lahan menanam palawija dan buah-buahan seperti semangka, pisang dan kacang-kacangan. Etnik Jawa mulai masuk di Desa Semunai pada tahun 1991, mereka ini lebih banyak memilih tinggal di kawasan belakang desa atau pada lapisan kedua pinggir jalan raya. Meskipun masih ada penduduk setempat yang menjual tanah yang terletak dipinggir jalan, tapi pada waktu itu harga tanah tersebut sudah cukup tinggi. Dalam sektor kelembagaan desa yaitu dalam bidang pemerintahan desa, jabatan dalam lembaga tersebut yang di isi oleh orang sakai, seperti Kepala Desa; Ketua I LKMD; Ketua LMD; Ketua RW.I. Bantuan dalam bentuk proyek-proyek, baik Pemerintah maupun swasta di desa ini umumnya dimanfaatkan bersama oleh seluruh penduduk desa. Misalnya, bantuan sumur bor dari Caltex Pacific Indonesia (CPI) dan sekarang ini sudah tidak lagi berfungsi. Di Desa Semunai terdapat 1 unit Sekolah Dasar Negeri (SDN), yang terletak di RW. I. Banyak diantara anak-anak mereka yang tidak bersekolah ataupun tidak melanjutkan ke sekolah lanjutan. Hal itu disebabkan oleh latarbelakang kemampuan orang tua mereka yang tidak memungkinkan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Meskipun mereka menyadari bahwa pendidikan akan dapat meningkatkan status atau mereka berubah, namun pendidikan tersebut tidak memberi daya tarik bagi kehiduapan mereka. Di Desa Semunai belum ada Pasar. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka berbelanja ke Pasar Duri atau di warung-warung yang terdapat di desa tersebut. Sarana transportasi umum di ke atau dari desa ini dapat dikatakan sudah cukup lancar karena desa ini dilewati jalan lintas dan banyak angkutan yang melewati desa ini. Demikian juga halnya dengan fasilitas kesehatan, di desa ini tidak terdapat sarana kesehatan seperti Puskesmas pembantu. Untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam hal pengibatan modern, mereka harus berobat di Puskesmas Pembantu yang terletak di Desa Pinggir. Sebagaimana orang-orang Sakai di desa lainnya, di desa ini mereka juga masih menggunakan pengobatan secara tradisional seperti quot;bedikeiquot;. Dalam hal penerangan, di Desa Semunai mereka menggunakan listrik desa ataupun milik perorangan. Umumnya yang memiliki listrik perorangan adalah pendatang. Jumlah mereka yang menggunaka listrik nini sangat terbatas. Hanya beberapa rumah orang-orang Sakai yang memanfaatkan fasilitas listrik, mereka umumnya masih menggunakan lampu dinding (teplok). Sebelum masuknya Perusahan Besar Swasta (PBS) seperti PT. ADEI dan migran spontan di desa ini, lahan usaha pertanian tersdia cukup luas. Sejak akhir tahun 1980-an, banyakn- ya pendatang ke desa ini yang membeli hutan sebagai lahan pertanian kepada penduduk, selanjutnya mangajak saudara dan kenalan mereka menetap di desa ini dan masuknya perusahan perkebunan karet tersebut, menjadi orang-orang Sakai di Desa Semunai menjadi terdesak. Akibanynya, lahan penduduk menjadi semakin terbatas dan mereka tidak dapat lagi membuka lahan karena telah dikuasai dan diolah oleh pendatang dan perusahan besar. 126
  • 16. 5. Orang Sakai Di Desa Kandis Data Dasar Profil Desa/ Kelurahan Tahun 1998 Desa Kandis mencatat bahwa penduduk desa ini berjumlah 5.439 jiwa atau Kepala Keluarga (KK). Terdiri dari 2. 607 jiwa laki-laki dan 2. 832 perempuan. Data Pemilu 1997 tercatat 2. 988 penduduk yang punya hak pilih, dan yang menggunakan hak pilihnya berjumlah 2. 903 pemilih. Catatan pemuka masyarakat Desa Kandis terdapat 75 KK orang Sakai, baik yang sudah dibina oleh instansi pemerintah maupun yang belum pernah mendapatkan pembinaan. Berdasarkan data Depsos Riau 1998, terdapat 100 KK atau 551 jiwa orang Sakai yang sudah dibina, tepatnya Tahun 1982/1983. Kandis adalah nama satu diantara 16 Desa di Kecamatan Minas. Terletak dipinggir jalan raya antara KM 73 Pekanbaru menuju Duri. Terdiri dari tiga Dusun yaitu 1. Indah ; 2. Cendana ; 3. Tantaro; 7 RW dan 22 RT. Di Desa ini terdapat proyek pemukiman ayang diperuntukan 100 KK pada tahun 1982/83. Desa Kandis berbatas dengan: Sebelah Utara dengan Desa Pinggir Sebelah Selatan dengan Desa Sam-sam Sebelah Barat dengan Desa Sam-sam Sebelah Timur dengan Desa Belutu Topografi wilayah desa ini sebagian besar dataran rendah, semakin ke Barat datarannya semakin rendah dan berawa-rawa. Dalam wilayah ini terdapat empat (4) sungai yang tergolong besar yaitu Sungai Sam-Sam; Sungai Mandau; Sungai Tantaro dan sungai Kandis. Sebagian besar orang-orang Sakai yang terdapat di Desa Kandis mengaku berasal dari Sungai Pauh, Kandis dan Sungai Mandau. Penduduk Desa Kandis dapat dibedakan atas 2 golongan besar. Pertama, Orang Sakai yang disebut sebagai penduduk setempat. Kedua, kelompok pendatang yang dibedakan atas 3 golongan, yaitu Etnik Batak; Jawa dan Minangkabau. Dusun Indah (Dusun I) sebagai pusat Desa ditempati oleh semua etnik, terutama Sakai dan Batak. Etnik Jawa terkonsentrasi di Dusun Tantaro, mereka ini umumnya pekerja pada perusahan perkebunan Ivo Mas Kebun II a. Etnik Minangkabau banyak ditemukan di Dusun Cendana (II), tepatnya di RW. IV Dusun Cendana. Etnik Batak, disamping di Dusun I juga ditemukan terkonsentrasi di RW. III Dusun Cendana. Berdasarkan catatan tokoh masyarakat sakai di Desa Kandis, tercatat 75 Kepala Keluarga sakai di desa itu, termasuk yang tinggal di luar proyek PKMT. Migrasi ke tempat itu (sekarang Desa Kandis) diperkirakan telah berlangsung sebelum tahun 1960-an, ketika itu migran dari Minangkabau yang datang ketempat itu pada tahun 1962 menemukan ada sebuah pos tentara dengan lima (5) orang yang sedang menjalankan tugas. Selanjutnya migran tersebut menetap ditempat itu dan membaur dengan orang-orang sakai yang lebih dikenal dengan quot;banjar empatquot; (ada 4 keluarga yang membuka ladang). Tahun-tahun selanjutnya, Banjar Empat mengalami perkembangan, banyak orang-orang Sakai yang mula tinggal di pedalaman pindah di sekitar Banjar Empat, dan pada tahun 1962 beberapa migran mendirikan sebuah mushalla an-Naba'di tempat itu. Banjar empat merupakan cikal-bakal terbentuknya sebuah dusun dan 127
  • 17. selanjutnya berkembang menjadi Desa Kandis. Setelah berdirinya proyek PKMT Kandis oleh Departemen Sosial pada tahun 1981/1982 untuk 100 KK Sakai, sebuah Yayasan/lembaga dakwah yang sudah lebih dulu beridir di tempat itu dilibatkan oleh Depsos untuk memberikan pemahaman agama Islam kepada orang-prang sakai yang pada waktu itu masih menganut kepercayaan pebatin. Dalam sektor kelembagaan desa yaitu dalam bidang pemerintahan desa, banyak jabatan dalam lembaga tersebut yang di isi oleh penduduk asli/orang sakai, seperti Kepala Desa; Sekretaris Desa (campuran Minang-Sakai); Ketua LMD; dan terdapat 2 orang asli yang menjadi ketua RW yaitu RW 02 dan RW 07 Dusun Indah. Bantuan dalam bentuk proyek-proyek, baik Pemerintah maupun swasta di desa ini umumnya dimanfaatkan bersama oleh seluruh penduduk desa. Misalnya; semenisasi jalan desa yang berasal dari proyek padat karya, Pembangunan Mesjid yang diperuntukan bagi orang-orang sakai, tetapi pemanfaatan dan perawatannya dilakukan atas nama masyarakat desa. Meskipun Di Desa Kandis terdapat Sekolah Dasar (SD), namun banyak diantara anak-anak sakai dalam usaia Sekolah Dasar yang tidak bersekolah. Umumnya orang tua mereka punya alasan yang sama tentang pendidikan anak-anaknya, karena alasan ekonomi mereka tidak memanfaatkan fasilitas pendidikan yang tersedia disekitar mereka. Demikian juga halnya untuk kelanjutan pendidikan seperti pendidikan lanjutan. Di Desa Kandis terdapat sebuah Pasar yang mereka sebut dengan Pasar Minggu. Transaksi jual-beli di tempat in hanya tejadi pada hari inggu, sedangkan selain hari minggu kebu- tuhan sehari-hari diperoleh dari warung-warung yang ada di Desa Kandis. Sarana transportasi umum di ke atau dari Desa Kandis dapat dikatakan sudah cukup lancar karena desa ini dilewati jalan lintas dan banyak angkutan yang melewati desa ini. Karena posisi desa ini yang terletak antara Pekanbaru-Duri, transportasi tidak menjadi hambatan untuk memasuki desa Kandis. Sebelum masuknya para migran spontan dan perusahan (khususnya Perkebunan PT. Ivo Mas Tunggal, kebun II a dan II b, lahan pertanian relatif masih tersdia luas. Sejak masukn- ya perusahan perkebuna tersebut pada tahun 1989, memaksa penduduk setempat ke luar wialyah desanya untuk berladang atau membuka hutan. 6.Orang Sakai Di Desa Minas Barat Data Monografi Desa Minas Barta Tahun 1997 mencatat bahwa penduduk desa ini berjumlah 1.439 jiwa atau 305 Kepala Keluarga (KK). Catatan pemuka masyarakat Desa Minas Barat terdapat 126 KK orang Sakai, baik yang sudah dibina oleh instansi pemerintah maupun yang belum pernah mendapatkan pembinaan, 86 KK diantaranya bertempat tinggal di Dusun Rantau Bertuah (Desa Persiapan) sebagai peserta program HTI. Umumnya lingkungan tempat tinggal orang-orang Sakai di Minas Barat sudah menyatu dengan kehidupan pendatang lainnya seperti Melayu Mandau, Minang, Batak dan sebagian kecil Jawa. Walaupun mereka berada dalam lingkungan yang relatif sudah maju, 128
  • 18. namun mereka tidak menguasai atau tidak tertarik dalam hal penguasan pasar maupun transportasi. Mereka memiliki beberapa kendaraan untuk mereka sendiri, bukan dijadikan sebagai usaha ekonomi (dalam hal ini prilakunya sama dengan desa lain). Desa Minas Barta berbatas dengan Desa Beringin Kecamatan Siak Sri Indrapura sebelah Utara. Desa Minas Timur sebelah Selatan. Desa Belutu sebelah Barat. Desa Muara Bungkal dan Desa Selodang sebelah Timurnya. Topografi wilayah desa ini sebagian besar dataran rendah, semakin ke Timur datarannya semakin rendah dan berawa-rawa. Dalam wilayah ini terdapat empat sungai yang tergolong besar yaitu Sungai Mandau; Sungai Mandi Angin; Sungai Minas dan Sungai Lebuai. Sebagian orang-orang Sakai yang menempati Desa Minas Barat sekarang ini berasal dari berbagai perkampungan kecil disekitar Minas Barat (sebelumnya lebih populer dengan sebutan Minas 1) seperti Minas asal dan sei Arang, mereka hidup secara berpindah-pindah dari lingkungan yang satu kelingkungan yang lain disekitar Minas Barat. Sebagaimana penduduk desa lainnya di Kecamatan Minas, penduduk Desa Minas Barat dapat dibedakan atas 2 golongan besar. Pertama, Orang Sakai yang disebut sebagai penduduk setempat. Kedua, kelompok pendatang yang dibedakan atas 3 golongan, yaitu Melayu, Minangkabau dan Batak. Desa Minas Barat terdiri dari 2 Dusun yaitu Dusun Bukit Keramat dan Rantau Bertuah dan, 4 RW masing-masing; 0I. Kemuning; 02. Bukit Keramat; 03. Rantau Bertuah; 04. KM 45. Dusun Bukit Keramat merupakan pusat kegiatan pemerintahan desa dan terdiri atas 2 RW yaitu Kemuning dan Bukit Keramat. RW 02 (Bukit Keramat) sebagai pusat kegiatan desa ditempati oleh semua etnik, terutama Sakai dan Minangkabau. Orang Melayu terkonsentrasi di RW. OI; Batak di RW. O4 (kilo meter 45). Informasi dari tokoh masyarakat sakai di Desa Minas Barat, tercatat 40 Kepala Keluarga sakai yang terdapat di Dusun Bukit Keramat. Sedangkan 86 KK lainnya sudah menempati lahan HTI di Desa persiapan quot;Rantau Bertuahquot;. Migrasi ke Desa Minas Barat pinggir diperkirakan dimulai sebelum kemerdekaan, yaitu ketika eksplorasi menemukan sumur minyak tanah pertama kali ditemukan di Minas I tahun 1940-an. Setelah dibukanya jalan antara Pekanbaru menju Duri, banyak orang-orang sakai pindah ke pinggir jalan raya termasuk disekitar Minas I. Perkembangan migrasi selanjutnya adalah etnis Minagkabau yang membuka warung dan pedagang kecil. Etnis Minangkabau dalam jumlah yang lebih besar masuk di Desa Minas Barat pada tahun 1970-an, mereka ini menetap di kawasan pemukiman yang lebih ramai. Etnis Batak mulai memasuki Desa Minas Barat sekitar tahun 1987. Mereka tinggal di Desa ini dengan cara membeli hutan kepada penduduk asli (sakai). Umumnya etnik ini tinggal di RW. 04 (KM 45). Setelah itu, mereka ini mengajak saudara lainnya untuk tingal dengan membentuk kelompok. Mereka ini pada mulanya bekerja pada perusahan yang ada di sekitarnya dan menanam tanaman palawija pada lahan yang mereka beli itu. Dalam perkembangan berikutnya, mereka kemudian beralih menanam kelapa sawit. Di Desa ini, kelembagaan pemerintahan banyak dikuasai oleh orang Sakai. Mereka menempati posisi Kepala Desa (Bungsu DJ); Ketua RW. II dan 2 orang Ketua RT. Di Desa 129
  • 19. ini juga terdapat lembaga kemsyarakatan yang menjadi tempat perjuangan orang-orang Sakai. Misalnya, Ikatan Keluarga Sakai Batin 5 Minas (IKSBLM). Ketua lembaga ini dijabat oleh Sekretaris Desa yang bernama A. Sidik J. Sebenarnya sekretaris desa tersebut berasal dari suku Melayu Mandau, tetapi karena penguasaannya terhadap kehidupan Batin 5, orang-orang Sakai menunjuk A. Sidik tersebut sebagai ketua ikatan orang-orang Sakai Batin Lima. Sarana transportasi umum ke atau dari Desa Minas Barat dapat dikatakan sudah cukup lancar karena desa ini dilewati jalan lintas dan banyak angkutan yang melewati desa ini. bahkan banyak penduduk Desa Minas yang memiliki angkutan (oplet) yang dioperasikan Minas-Pekanbaru setiap harinya. Sebelum masuknya para migran spontan dan perusahan, lahan pertanian relatif masih tersdia luas. Sejak akhir tahun 1980-an, banyaknya pendatang ke desa ini dan membeli hutan sebagai lahan pertanian kepada penduduk dan selanjutnya mangajak saudara dan kenalan mereka menetap di desa ini. Selain itu, perusahan pemilik HPH dan perkebunan besar lainnya juga memulai usahanya di desa ini. Akibanynya, lahan penduduk menjadi semakin terbatas karena banyak diantara mereka yang menjual tanah dan mereka tidak dapat lagi membuka lahan karena telah dikuasai oleh HPH dan pendatang lainnya. Penduduk asli yang mulanya membuka hutan dan menjualnya kepada pendatang, sekarang ini tidak memungkinkan lagi. Perusahaan HPH (PT. Arara Abadi dengan segala anak perusahannya) yang sebagian arealnya terdapat di desa ini, menjadi bapak angkat bagi 300 KK penduduk dalam penanaman Akasia, 86 KK diantaranya adalah orang-orang sakai. Penanaman akasia ini sebenarnya diadakan tahun 1993, tetapi sampai sekarang ini belum terealisir sebagai mana disepakati dengan perusahan PT. Arara Abadi. Mereka yang masuk dalam program HTI ini baru menempati lahan pekarangan yang jumlahnya 0,5 Ha, sedangkan lahan usaha belum terealisir. 130
  • 20. Lampiran: Peta/Sketsa Kecamatan Kecamatan Mandau Kecamatan Minas Sketsa masing-masing Desa Distribusi suku sakai 131
  • 21. Daftar Isi I. Pendahuluan A. Latar Belakang B. Alasan pemilihan lokasi II. Gambaran Umum A. Kondisi Geografis B. Administratif Pemerintahan dan Kependudukan C. Pola Mata pencarian D. Kepemimpinan Tradisonal E. PKMT, keuntungan dan masalahnya F. Persepsi orang sakai terhadap masalah yang akan datang G. Sejarah Perjuangan orang luar III. Perkampungan orang-orang Sakai A. Desa Petani B. Kelurahan Pematang Pudu C. Desa Pinggir D. Desa Semunai E. Desa Kandis F. Desa Minas Barat Lampiran: 132