SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 2
Downloaden Sie, um offline zu lesen
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
GEDUNG DJUANDA I LANTAI 3, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR 1, JAKARTA 10710, KOTAK POS 21
TELEPON (021) 3449230 Pes. 6000, (021) 3808388; FAKSIMILE (021) 3453710; SITUS www.depkeu.go.id
KETERANGAN PERS
PERTEMUAN KE-17 MENTERI KEUANGAN APEC DAN PERTEMUAN INFORMAL
MENTERI KEUANGAN ASEAN
Kyoto, Jepang, 5-6 November 2010
Menteri Keuangan Agus Martowardojo telah menghadiri rangkaian Pertemuan Para
Menteri Keuangan APEC ke-17 di Kyoto Jepang tanggal 5-6 November 2010. Dalam rangka
pertemuan tersebut juga diselenggarakan Pertemuan Informal Menteri Keuangan ASEAN,
Breakfast Meeting antara Menteri Keuangan ASEAN dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat,
dan pertemuan bilateral antara Menteri Keuangan RI dengan beberapa negara mitra utama.
Dalam Pertemuan Para Menteri Keuangan APEC dibicarakan isu mengenai
perkembangan ekonomi global dan regional, khususnya terkait dengan isu global imbalances,
nilai tukar, konsolidasi fiskal dan strategi pertumbuhan ekonomi yang mendukung konsep green
growth strategy. Menteri Keuangan Agus Martowardojo dalam pertemuan APEC tersebut telah
menyampaikan pandangan antara lain bahwa penyelesaian isu global imbalances dan kebijakan
nilai tukar harus dilaksanakan secara kredibel. Penyelesaian global imbalances diupayakan agar
dilaksanakan dalam perspektif jangka menengah panjang dan menghindari tujuan semu yang
hanya menguntungkan dalam jengka pendek. Hal ini karena isu global imbalance menyangkut
berbagai aspek perekonomian seperti defisit, surplus, tingkat utang, kebijakan fiskal, moneter,
dan juga perdagangan. Sementara itu, penyesuaian kebijakan nilai tukar menuju kepada nilai
fundamentalnya agar dilaksanakan secara gradual. Kebijakan moneter yang longgar harus
memperhatikan perspektif global karena hal tersebut dapat mendorong aliran modal jangka
pendek yang besar yang dapat mempunyai resiko tinggi terhadap stabilitas global. Disamping itu,
Menteri Keuangan juga menekankan perlunya Menteri Keuangan APEC untuk terus
mempertahankan stabilitas makroekonomi jangka pendek dan menengah panjang karena hal
tersebut merupakan pilar utama yang menopang pertumbuhan ekonomi yang kuat, sustainable,
dan berimbang.
Dalam kesempatan Pertemuan APEC tersebut juga telah disetujui beberapa inisiatif
kebijakan baru dalam kerangka APEC Finance Ministers Process, antara lain APEC Financial
Inclusion Initiative yang akan mengangkat isu perluasan pelayanan jasa keuangan dan
perbankan bagi kalangan tidak mampu dalam upaya membangun partisipasi mereka untuk
berkontribusi bagi pembangunan ekonomi nasional. Indonesia mendukung inisiatif financial
inclusion di APEC. Hal ini sangat penting mengingat mayoritas unit bisnis di Indonesia
merupakan UKM. Melalui inisiatif ini, Indonesia berharap bahwa akses bagi under-served people
terhadap financial services menjadi besar. Indonesia juga mengusulkan agar financial literacy
dan financial protection turut dimasukkan dalam inisiatif ini.
Para Menteri Keuangan juga telah menyetujui dilanjutkannya APEC Infrastructure
Pathfinder Initiative, dimana untuk tahun depan penekanan akan diberikan pada kerja sama
bantuan teknik di dalam pengelolaan proyek-proyek infrastruktur termasuk di dalamnya masalah
procurement dan risk management. Indonesia telah menyatakan dukungan untuk berpartisipasi
aktif dalam kedua inisiatif tersebut.
Para Menteri Keuangan APEC sesuai mandat dari Para Leaders APEC telah
mengeluarkan Kyoto Report on Growth Strategy and Finance. Laporan tersebut menekankan
pentingnya pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, dan berimbang di masa datang, dan
juga menekankan pentingnya memelihara kebijakan fiskal yang sehat, khususnya terkait dengan
pembiayaan publik bagi masyarakat lanjut usia dan jaminal sosial kesehatan masyarakat. Selain
itu, laporan tersebut juga menekankan pentingnya menjamin pembiayaan yang cukup terhadap
berbagai faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya saing, penyerapan
tenaga kerja dan penanggulangan kemiskinan, terutama melalui: penguatan pembiayaan
infrastruktur, perbaikan akses terhadap akses pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah dan
rumah tangga. Lebih dari itu, penguatan pembiayaan hijau (green finance) merupakan instrumen
yang penting untuk meningkatkan teknologi intensif karbon rendah (low-carbon technology
intensive) dan dalam memfasilitasi pertumbuhan berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Kyoto Report tersebut nantinya akan disampaikan pada Pertemuan Para Pemimpin
Ekonomi APEC di Yokohama tanggal 13-14 November mendatang. Sebagai hasil dari Pertemuan
Menteri Keuangan APEC tersebut, telah dihasilkan juga Joint Ministerial Statement yang pada
intinya adalah isu-isu yang tercantum di dalam Kyoto Report.
Dalam rangkaian pertemuan APEC di Kyoto juga telah dilaksanakan Pertemuan Informal
Para Menteri Keuangan ASEAN dan Pertemuan Menteri Keuangan ASEAN dengan Menteri
Keuangan Amerika Serikat. Menteri Keuangan Indonesia telah bertindak sebagai Ketua
Pertemuan. Isu-isu yang dibahas dalam pertemuan Informal para Menteri Keuangan ASEAN
tersebut antara lain ASEAN Infrastructure Fund (AIF) dan ASEAN Finance Ministers Seminar
(AFMIS) yang merupakan beberapa kerja sama kongkrit para menteri keuangan untuk
mengembangkan dan meningkatkan investasi, khususnya dalam bidang infrastruktur di kawasan
ASEAN. Adapun pertemuan para Menteri Keuangan ASEAN dengan Menteri Keuangan Amerika
Serikat yang dipimpin bersama oleh Menteri Keuangan Indonesia dan Menteri Keuangan
Amerika Serikat antara lain membicarakan masalah posisi ASEAN terkait agenda G20 Summit di
Seoul tanggal 11-12 November mendatang. Pada intinya ASEAN mendukung kebijakan G20
untuk pemulihan ekonomi dengan penekanan pada perlunya meng-address isu external
imbalances dan kebijakan nilai tukar. Aksi yang akan diambil tersebut juga harus memperhatikan
masukan dan kepentingan emerging market development countries.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo selama di Kyoto juga melakukan beberapa
pertemuan bilateral, yaitu dengan Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan Selandia Baru.
Pertemuan bilateral Indonesia dengan negara mitra pada intinya membicarakan upaya
memperkuat kerja sama kedua negara dalam bidang-bidang spesifik, antara lain yang terkait
dengan kebijakan fiskal, infrastuktur, perpajakan, energi geothermal, dan posisi masing-masing
negara terkait kondisi ekonomi global.
**********

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Perekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaPerekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaDio_irawan13
 
(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional
(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional
(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasionalithaisma
 
Hutang luar negeri indonesia
Hutang luar negeri indonesiaHutang luar negeri indonesia
Hutang luar negeri indonesiaAriyadi Prakoso
 
Konsep pendapatan nasional
Konsep pendapatan nasionalKonsep pendapatan nasional
Konsep pendapatan nasionalPatrick Harpon
 
Ancaman hutang luar negeri
Ancaman hutang luar negeriAncaman hutang luar negeri
Ancaman hutang luar negeriAnton Setyawan
 
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETERINDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETERHeny Larasatii
 
Makalah perhitungan pendapatan nasional
 Makalah perhitungan pendapatan nasional  Makalah perhitungan pendapatan nasional
Makalah perhitungan pendapatan nasional anditriapriadi
 

Was ist angesagt? (13)

Perekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaPerekonomian indonesia
Perekonomian indonesia
 
(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional
(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional
(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional
 
Makalah apbd
Makalah apbdMakalah apbd
Makalah apbd
 
Hutang luar negeri indonesia
Hutang luar negeri indonesiaHutang luar negeri indonesia
Hutang luar negeri indonesia
 
Konsep kebanksentralan
Konsep kebanksentralanKonsep kebanksentralan
Konsep kebanksentralan
 
Informasi APBN 2017 (071216)
Informasi APBN 2017 (071216)Informasi APBN 2017 (071216)
Informasi APBN 2017 (071216)
 
Makro1
Makro1Makro1
Makro1
 
Kelompok 16
Kelompok 16Kelompok 16
Kelompok 16
 
Konsep pendapatan nasional
Konsep pendapatan nasionalKonsep pendapatan nasional
Konsep pendapatan nasional
 
Ppt bi
Ppt biPpt bi
Ppt bi
 
Ancaman hutang luar negeri
Ancaman hutang luar negeriAncaman hutang luar negeri
Ancaman hutang luar negeri
 
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETERINDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
 
Makalah perhitungan pendapatan nasional
 Makalah perhitungan pendapatan nasional  Makalah perhitungan pendapatan nasional
Makalah perhitungan pendapatan nasional
 

Ähnlich wie Pertemuan ke-17 Menteri Keuangan APEC

20201202 bahan tayangan republika bi
20201202 bahan tayangan republika bi20201202 bahan tayangan republika bi
20201202 bahan tayangan republika biRepublikaDigital
 
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015alsalcunsoed
 
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanikMengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanikUmi Hanik
 
ASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyat
ASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyatASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyat
ASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyatFerie Sulistiono
 
Electric Vehicle Forum 2022- Ida Bagus Putu Siwa Adnyana, Kepala Bagian Peng...
Electric Vehicle Forum 2022-  Ida Bagus Putu Siwa Adnyana, Kepala Bagian Peng...Electric Vehicle Forum 2022-  Ida Bagus Putu Siwa Adnyana, Kepala Bagian Peng...
Electric Vehicle Forum 2022- Ida Bagus Putu Siwa Adnyana, Kepala Bagian Peng...zonaebt.com
 
Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)
Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)
Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)Irvan Berutu
 
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 20172017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017ThrustGen - Trust Generation
 
Globalisasi dan Regionalisasi.ppt
Globalisasi dan Regionalisasi.pptGlobalisasi dan Regionalisasi.ppt
Globalisasi dan Regionalisasi.pptHanifah54
 
Perekonomian di indonesia Kel 7
Perekonomian di indonesia Kel 7Perekonomian di indonesia Kel 7
Perekonomian di indonesia Kel 7AnnisaDinda5
 
Opportunites and Challenges AEC 2015
Opportunites and Challenges AEC 2015Opportunites and Challenges AEC 2015
Opportunites and Challenges AEC 2015Dede Putra Andika
 
KIB Tax Flash Dec 2022.pdf
KIB Tax Flash Dec 2022.pdfKIB Tax Flash Dec 2022.pdf
KIB Tax Flash Dec 2022.pdfkib-consulting
 
Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...
Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...
Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...Nur Anisa Rachmawati
 
Analisis Kebijakan Ekonomi Kreatif
Analisis Kebijakan Ekonomi KreatifAnalisis Kebijakan Ekonomi Kreatif
Analisis Kebijakan Ekonomi KreatifMila
 
Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01
Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01
Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01Operator Warnet Vast Raha
 
Opportunites and Challenges AEC 2015
Opportunites and Challenges AEC 2015Opportunites and Challenges AEC 2015
Opportunites and Challenges AEC 2015Dede Putra Andika
 

Ähnlich wie Pertemuan ke-17 Menteri Keuangan APEC (20)

TF KIB 0526 .pdf
TF KIB 0526 .pdfTF KIB 0526 .pdf
TF KIB 0526 .pdf
 
20201202 bahan tayangan republika bi
20201202 bahan tayangan republika bi20201202 bahan tayangan republika bi
20201202 bahan tayangan republika bi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
 
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanikMengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
 
ASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyat
ASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyatASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyat
ASEAN Free Trade Area dll yg pro rakyat
 
Electric Vehicle Forum 2022- Ida Bagus Putu Siwa Adnyana, Kepala Bagian Peng...
Electric Vehicle Forum 2022-  Ida Bagus Putu Siwa Adnyana, Kepala Bagian Peng...Electric Vehicle Forum 2022-  Ida Bagus Putu Siwa Adnyana, Kepala Bagian Peng...
Electric Vehicle Forum 2022- Ida Bagus Putu Siwa Adnyana, Kepala Bagian Peng...
 
Keuangan Inklusif
Keuangan InklusifKeuangan Inklusif
Keuangan Inklusif
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)
Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)
Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)
 
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 20172017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
2017 laporan perkembangan perekonomian bulan oktober 2017
 
Globalisasi dan Regionalisasi.ppt
Globalisasi dan Regionalisasi.pptGlobalisasi dan Regionalisasi.ppt
Globalisasi dan Regionalisasi.ppt
 
Perekonomian di indonesia Kel 7
Perekonomian di indonesia Kel 7Perekonomian di indonesia Kel 7
Perekonomian di indonesia Kel 7
 
Opportunites and Challenges AEC 2015
Opportunites and Challenges AEC 2015Opportunites and Challenges AEC 2015
Opportunites and Challenges AEC 2015
 
TF 1222.pdf
TF 1222.pdfTF 1222.pdf
TF 1222.pdf
 
KIB Tax Flash Dec 2022.pdf
KIB Tax Flash Dec 2022.pdfKIB Tax Flash Dec 2022.pdf
KIB Tax Flash Dec 2022.pdf
 
Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...
Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...
Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...
 
Analisis Kebijakan Ekonomi Kreatif
Analisis Kebijakan Ekonomi KreatifAnalisis Kebijakan Ekonomi Kreatif
Analisis Kebijakan Ekonomi Kreatif
 
Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01
Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01
Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01
 
Opportunites and Challenges AEC 2015
Opportunites and Challenges AEC 2015Opportunites and Challenges AEC 2015
Opportunites and Challenges AEC 2015
 

Mehr von Badan Kebijakan Fiskal

Global financial safety net: A three tier approach
Global financial safety net: A three tier approachGlobal financial safety net: A three tier approach
Global financial safety net: A three tier approachBadan Kebijakan Fiskal
 
Recent Economic Development: August 2010
Recent Economic Development: August 2010Recent Economic Development: August 2010
Recent Economic Development: August 2010Badan Kebijakan Fiskal
 
Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010
Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010
Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010Badan Kebijakan Fiskal
 
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal BorrowingStudi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal BorrowingBadan Kebijakan Fiskal
 

Mehr von Badan Kebijakan Fiskal (20)

Ministry of Finance Green Paper
Ministry of Finance Green PaperMinistry of Finance Green Paper
Ministry of Finance Green Paper
 
Global financial safety net: A three tier approach
Global financial safety net: A three tier approachGlobal financial safety net: A three tier approach
Global financial safety net: A three tier approach
 
Pidato Menkeu
Pidato MenkeuPidato Menkeu
Pidato Menkeu
 
Indonesia oecd
Indonesia   oecdIndonesia   oecd
Indonesia oecd
 
Rekonstruksi Kebijakan P3B Indonesia
Rekonstruksi Kebijakan P3B IndonesiaRekonstruksi Kebijakan P3B Indonesia
Rekonstruksi Kebijakan P3B Indonesia
 
Communique
CommuniqueCommunique
Communique
 
Pelantikan Eselon II
Pelantikan Eselon IIPelantikan Eselon II
Pelantikan Eselon II
 
Recent Economic Development: August 2010
Recent Economic Development: August 2010Recent Economic Development: August 2010
Recent Economic Development: August 2010
 
PMK Nomor 144/PMK.011/2010
PMK Nomor 144/PMK.011/2010PMK Nomor 144/PMK.011/2010
PMK Nomor 144/PMK.011/2010
 
PMK Nomor 131/PMK.011/2010
PMK Nomor 131/PMK.011/2010PMK Nomor 131/PMK.011/2010
PMK Nomor 131/PMK.011/2010
 
PMK Nomor 128/PMK.011/2010
PMK Nomor 128/PMK.011/2010PMK Nomor 128/PMK.011/2010
PMK Nomor 128/PMK.011/2010
 
Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010
Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010
Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010
 
Policy Paper Nomor 1 Agustus 2010
Policy Paper Nomor 1 Agustus 2010Policy Paper Nomor 1 Agustus 2010
Policy Paper Nomor 1 Agustus 2010
 
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal BorrowingStudi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
 
Permen ESDM Nomor 07 Tahun 2010
Permen ESDM Nomor 07 Tahun 2010Permen ESDM Nomor 07 Tahun 2010
Permen ESDM Nomor 07 Tahun 2010
 
PMK Nomor 44 Tahun 2008
PMK Nomor 44 Tahun 2008PMK Nomor 44 Tahun 2008
PMK Nomor 44 Tahun 2008
 
Perpres Nomor 91 Tahun 2007
Perpres Nomor 91 Tahun 2007Perpres Nomor 91 Tahun 2007
Perpres Nomor 91 Tahun 2007
 
PMK Nomor 30 Tahun 2007
PMK Nomor  30 Tahun 2007PMK Nomor  30 Tahun 2007
PMK Nomor 30 Tahun 2007
 
PP Nomor 1 Tahun 2007
PP Nomor 1 Tahun 2007PP Nomor 1 Tahun 2007
PP Nomor 1 Tahun 2007
 
Perpres Nomor 103 Tahun 2006
Perpres Nomor 103 Tahun 2006Perpres Nomor 103 Tahun 2006
Perpres Nomor 103 Tahun 2006
 

Pertemuan ke-17 Menteri Keuangan APEC

  • 1. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA GEDUNG DJUANDA I LANTAI 3, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR 1, JAKARTA 10710, KOTAK POS 21 TELEPON (021) 3449230 Pes. 6000, (021) 3808388; FAKSIMILE (021) 3453710; SITUS www.depkeu.go.id KETERANGAN PERS PERTEMUAN KE-17 MENTERI KEUANGAN APEC DAN PERTEMUAN INFORMAL MENTERI KEUANGAN ASEAN Kyoto, Jepang, 5-6 November 2010 Menteri Keuangan Agus Martowardojo telah menghadiri rangkaian Pertemuan Para Menteri Keuangan APEC ke-17 di Kyoto Jepang tanggal 5-6 November 2010. Dalam rangka pertemuan tersebut juga diselenggarakan Pertemuan Informal Menteri Keuangan ASEAN, Breakfast Meeting antara Menteri Keuangan ASEAN dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat, dan pertemuan bilateral antara Menteri Keuangan RI dengan beberapa negara mitra utama. Dalam Pertemuan Para Menteri Keuangan APEC dibicarakan isu mengenai perkembangan ekonomi global dan regional, khususnya terkait dengan isu global imbalances, nilai tukar, konsolidasi fiskal dan strategi pertumbuhan ekonomi yang mendukung konsep green growth strategy. Menteri Keuangan Agus Martowardojo dalam pertemuan APEC tersebut telah menyampaikan pandangan antara lain bahwa penyelesaian isu global imbalances dan kebijakan nilai tukar harus dilaksanakan secara kredibel. Penyelesaian global imbalances diupayakan agar dilaksanakan dalam perspektif jangka menengah panjang dan menghindari tujuan semu yang hanya menguntungkan dalam jengka pendek. Hal ini karena isu global imbalance menyangkut berbagai aspek perekonomian seperti defisit, surplus, tingkat utang, kebijakan fiskal, moneter, dan juga perdagangan. Sementara itu, penyesuaian kebijakan nilai tukar menuju kepada nilai fundamentalnya agar dilaksanakan secara gradual. Kebijakan moneter yang longgar harus memperhatikan perspektif global karena hal tersebut dapat mendorong aliran modal jangka pendek yang besar yang dapat mempunyai resiko tinggi terhadap stabilitas global. Disamping itu, Menteri Keuangan juga menekankan perlunya Menteri Keuangan APEC untuk terus mempertahankan stabilitas makroekonomi jangka pendek dan menengah panjang karena hal tersebut merupakan pilar utama yang menopang pertumbuhan ekonomi yang kuat, sustainable, dan berimbang. Dalam kesempatan Pertemuan APEC tersebut juga telah disetujui beberapa inisiatif kebijakan baru dalam kerangka APEC Finance Ministers Process, antara lain APEC Financial Inclusion Initiative yang akan mengangkat isu perluasan pelayanan jasa keuangan dan perbankan bagi kalangan tidak mampu dalam upaya membangun partisipasi mereka untuk berkontribusi bagi pembangunan ekonomi nasional. Indonesia mendukung inisiatif financial inclusion di APEC. Hal ini sangat penting mengingat mayoritas unit bisnis di Indonesia merupakan UKM. Melalui inisiatif ini, Indonesia berharap bahwa akses bagi under-served people terhadap financial services menjadi besar. Indonesia juga mengusulkan agar financial literacy dan financial protection turut dimasukkan dalam inisiatif ini. Para Menteri Keuangan juga telah menyetujui dilanjutkannya APEC Infrastructure Pathfinder Initiative, dimana untuk tahun depan penekanan akan diberikan pada kerja sama bantuan teknik di dalam pengelolaan proyek-proyek infrastruktur termasuk di dalamnya masalah procurement dan risk management. Indonesia telah menyatakan dukungan untuk berpartisipasi aktif dalam kedua inisiatif tersebut.
  • 2. Para Menteri Keuangan APEC sesuai mandat dari Para Leaders APEC telah mengeluarkan Kyoto Report on Growth Strategy and Finance. Laporan tersebut menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, dan berimbang di masa datang, dan juga menekankan pentingnya memelihara kebijakan fiskal yang sehat, khususnya terkait dengan pembiayaan publik bagi masyarakat lanjut usia dan jaminal sosial kesehatan masyarakat. Selain itu, laporan tersebut juga menekankan pentingnya menjamin pembiayaan yang cukup terhadap berbagai faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya saing, penyerapan tenaga kerja dan penanggulangan kemiskinan, terutama melalui: penguatan pembiayaan infrastruktur, perbaikan akses terhadap akses pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah dan rumah tangga. Lebih dari itu, penguatan pembiayaan hijau (green finance) merupakan instrumen yang penting untuk meningkatkan teknologi intensif karbon rendah (low-carbon technology intensive) dan dalam memfasilitasi pertumbuhan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Kyoto Report tersebut nantinya akan disampaikan pada Pertemuan Para Pemimpin Ekonomi APEC di Yokohama tanggal 13-14 November mendatang. Sebagai hasil dari Pertemuan Menteri Keuangan APEC tersebut, telah dihasilkan juga Joint Ministerial Statement yang pada intinya adalah isu-isu yang tercantum di dalam Kyoto Report. Dalam rangkaian pertemuan APEC di Kyoto juga telah dilaksanakan Pertemuan Informal Para Menteri Keuangan ASEAN dan Pertemuan Menteri Keuangan ASEAN dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat. Menteri Keuangan Indonesia telah bertindak sebagai Ketua Pertemuan. Isu-isu yang dibahas dalam pertemuan Informal para Menteri Keuangan ASEAN tersebut antara lain ASEAN Infrastructure Fund (AIF) dan ASEAN Finance Ministers Seminar (AFMIS) yang merupakan beberapa kerja sama kongkrit para menteri keuangan untuk mengembangkan dan meningkatkan investasi, khususnya dalam bidang infrastruktur di kawasan ASEAN. Adapun pertemuan para Menteri Keuangan ASEAN dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat yang dipimpin bersama oleh Menteri Keuangan Indonesia dan Menteri Keuangan Amerika Serikat antara lain membicarakan masalah posisi ASEAN terkait agenda G20 Summit di Seoul tanggal 11-12 November mendatang. Pada intinya ASEAN mendukung kebijakan G20 untuk pemulihan ekonomi dengan penekanan pada perlunya meng-address isu external imbalances dan kebijakan nilai tukar. Aksi yang akan diambil tersebut juga harus memperhatikan masukan dan kepentingan emerging market development countries. Menteri Keuangan Agus Martowardojo selama di Kyoto juga melakukan beberapa pertemuan bilateral, yaitu dengan Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan Selandia Baru. Pertemuan bilateral Indonesia dengan negara mitra pada intinya membicarakan upaya memperkuat kerja sama kedua negara dalam bidang-bidang spesifik, antara lain yang terkait dengan kebijakan fiskal, infrastuktur, perpajakan, energi geothermal, dan posisi masing-masing negara terkait kondisi ekonomi global. **********