SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
BAB I
                              PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah
menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan artinya peralatan dan
teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan
produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi
dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang
mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko
yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah
kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan
kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan
cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan
ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
       Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan mereka.Sasaran penelitian ergonomi ialahmanusia pada saat
bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk
menurunkan stress yang akan dihadapi.
       Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan
dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban
bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi
menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”,
sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia
dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan     kepuasan     kerja    yang    maksimal      selain   meningkatkan
produktivitasnya”. Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya.




                                                                                  1
1.2      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
      1. Untuk mengetahui definisi lingkungan kerja
      2. Untuk mengetahui faktor lingkungan kerja fisik
      3. Untuk mengetahui kajian tentang pencahayaan
      4. Untuk mendeskripsikan critical appraisal dari jurnal “Paparan Fisis
         Pencahayaan Terhadap Mata Dalam Kegiatan Pengelasan”




                                                                          2
BAB II
                              PEMBAHASAN


2.1    Definisi Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan, tetapi juga dapat menyebabkan suatu kegagalan
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi
pekerja.

       Faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti faktor fisik, faktor
kimia, faktor biologis, ergonomik termasuk psikologis. Semua faktor tersebut
dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Lingkungan kerja yang nyaman sangat
dibutuhkan oleh karyawan untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Oleh
karena itu, lingkungan kerja harus ditangani atau didesain sedemikian rupa
sehingga menjadi kondusif terhadap karyawan untuk melaksanakan kegiatan
dalam suasana yang aman dan nyaman.



2,2    Lingkungan Kerja Fisik

Adapun beberapa definisi mengenai lingkungan kerja fisik di bawah ini, yaitu:


Sedarmayanti (2007)
“Lingkungan kerja fisik adalah semua yang terdapat disekitar tempat kerja yang
dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung”.


Sarwono (2005)
“Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan aktivitasnya”.
Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan.
Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja,
kebisingan,   kepadatan,   dan   kesesakan.   Faktor-faktor   fisik   ini   sangat
mempengaruhi tingkah laku manusia.




                                                                                3
Sarwono (2005)
“Peningkatan suhu dapat menghasilkan kenaikan prestasi kerja tetapi dapat pula
malah menurunkan prestasi kerja.” Kenaikan suhu pada batas tertentu
menimbulkan semangat yang merangsang prestasi kerja tetapi setelah melewati
ambang batas tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh
yang mengakibatkan terganggunya pula prestasi kerja.


Robbins (2002)
“Lingkungan kerja fisik juga merupakan faktor penyebab stress kerja pegawai
yang berpengaruh pada prestasi kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi
lingkungan kerja fisik adalah: a) suhu, b) kebisingan, c) penerangan, d) mutu
udara.”


Faktor fisik dalam lingkungan kerja diantaranya kebisingan, getaran, suhu,
pencahayaan, tekanan panas/iklim, radiasi.


2.3       Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber
radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita,
contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave
oven), komputer, dan lain-lain.
          Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat
unsur alamiah dan berada di udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan
bumi. Beberapa di antaranya adalah Uranium dan Thorium di dalam lapisan bumi;
Karbon dan Radon di udara serta Tritium dan Deuterium yang ada di dalam air.


2.3.1 Jenis Radiasi
Secara garis besar radiasi terbagi menjadi:
a.        Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi
(terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi.



                                                                               4
Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta,
sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik
khusus. Yang termasuk radiasi pengion adalah partikel alfa (α), partikel beta (β),
sinar gamma (γ), sinar-X, partikel neutron.


   b. Radiasi Non Pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek
ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada
di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-pengion
antara lain adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan
melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave
oven dan transmisi seluler handphone); sinar inframerah (yang memberikan energi
dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang
dipancarkan matahari).
Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan
sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut :
 Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk
  mengenalinya diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut dengan
  detektor radiasi. Ada beberapa jenis detektor yang secara spesifik mempunyai
  kemampuan untuk melacak keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detektor
  alpha, detektor gamma, detektor neutron, dll.
 Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses
  ionisasi, eksitasi dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat tersebut
  kemudian digunakan sebagai dasar untuk membuat detektor radiasi.


2.3.2 Pengaruh Radiasi Terhadap Manusia
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic
adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel
somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka
efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau
efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang




                                                                                5
terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang
dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.
       Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat
bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek
segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu
dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi
(rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan
jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan
pasca iradiasi. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul
setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti
katarak dan kanker.
       Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek
radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik
adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi,
sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi
dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel.
       Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya
proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang
terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada
seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di
atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah
terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis
yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis
efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan
terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis
ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
       Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan
untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul
maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi
mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini
mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha
untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau



                                                                                6
transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik
terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang
lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek
stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis
yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-
sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul
efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel
tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari
bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi
jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan
resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu
populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.
       Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak contoh furnacesn
       Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit. Contoh pengelasan
       Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.
       Radiasi ultraviolet : pengelasan


2.3.3    Nilai Ambang Batas
Untuk melindungi pekerja dari pengaruh sinar ultraviolet, pemerintah telah
menetapkan Nilai Ambang Batas yang dikeluarkan melalui surat Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep- 51/MEN/1999
        Masa Pemaparan Per Hari               Iradiasi Efektif (eff)
                  8 jam                                     0,1
                  4 jam                                     0,2
                  2 jam                                     0,4
                  1 jam                                     0,8
               30 menit                                     1,7
               15 menit                                     3,3
               10 menit                                       5
                5 menit                                      10
                1 menit                                      50
                30 detik                                    100
                10 detik                                    300
                 1 detik                                   3000
               0,5 detik                                   6000
               0,1 detik                                  30000



                                                                                  7
2.3.4. Pengendalian
Untuk mengurangi atau mengatasi pencahayaan pada pekerja, dapat dilakukan
cara sebagai berikut:
    a. Pengendalian engineering:
Seperti intensitas atau kekuatan pencahayaan, jenis sumber cahaya, pengaturan
lokasi atau sumber cahaya, efisiensi dan efektifitas sumber cahaya, luas tempat
kerja, banyaknya jendela dan genting kaca, langit-langit dan dinding yang
berwarna gelap dan terang, bangunan yang tinggi disekitar tempat kerja.
   b. Pengendalian administratif
Seperti pengaturan shift kerja dan penyesuaian waktu dan istirahat
   c. Pengendalian personal protective equipment (PPE)
Seperti Helm dengan filter cahaya, topi, kacamata, baju keselamatan, sarung
tangan, sepatu dengan cap baja, proteksi pendengaran




                                                                             8
BAB III
                                        PENUTUP
3.1      Kesimpulan
Lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan, tetapi juga dapat menyebabkan suatu kegagalan
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi
pekerja. Lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu: lingkungan kerja fisik dan non
fisik.

         Lingkungan kerja fisik adalah semua yang terdapat disekitar tempat kerja
yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung.
Salah satu yang termasuk dalam lingkungan kerja fisik adalah radiasi.

         Radiasi ialah energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau
gelombang. Efek radiasi terhadap manusia dibedakan atas efek deterministik dan
efek stokastik. Salah satu pekerjaan yang menggunakan radiasi yaitu pekerja las.

         Pekerja las di Indonesia sangat minim kesadarannya untuk mengurangi
risiko paparan radiasi dari alat kerjanya ke tubuh. Beberpa diantaranya bekerja di
ruang terbuka dan seringkali tidak menggunakan alat pelindung diri (APD). Hal
ini dapat berdampak buruk terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Salah
satu dampaknya yaitu berkurangnya daya penglihatan bahkan dapat berakibat
lebih parah seperti terjadi kebutaan.

3.2.     Saran

      1. Para pekerja mampu mengetahui dan bberadaptasi dengan lingkunga
         kerjanya.
      2. Para pekerja harus memperhatikan paparan radiasi yang berbahaya dan
         menghindari kontak dengan paparan radiasi tersebut.
      3. Pengaruh paparan radiasi dapat berakibat pada manusia (dalam hal ini para
         pekerja) untuk itu perlunya perhatian dari pekerja untuk memakai APD
         (alat pelindung diri)
      4. Perhatian   khusus      dari   pihak   pemerintah   dan   perusahaan   agar
         memperhatikan keselamatan dan kesehatan para pekerja.



                                                                                   9
DAFTAR PUSTAKA

Angelina, C et Oginawati, K. 2013. Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata
      Dalam Kegiatan Pengelasan. Institut Teknologi Bandung.
Arief, L. 2013. Pengendalian Bahaya Radiasi Elektromagnetik Di tempat Kerja.
      Universitas Esa Unggul.
Kawatu, P. 2012. Bahan Ajar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Manado.
Kepmenker No. KEP–51/MEN/1999. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di
      Tempat Kerja. (online) http://qhseconbloc.files.wordpress.com/2011//1300
      758802-kepmenakerno51th1999ttgambangbatasfaktorfisikaditempatkerja.
      pdf, diakses pada 12 April pukul 09.25 WITA




                                                                           10
LAMPIRAN




           11
” CRITICAL APRAISSAL JOURNAL “
           PAPARAN FISIS PENCAHAYAAN TERHADAP MATA DALAM
 KEGIATAN PENGELASAN (STUDI KASUS: PENGELASAN DI JALAN
                                      BOGOR)


Judul              : Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata Dalam Kegiatan
                     Pengelasan (Studi Kasus di Jalan Bogor)
Peneliti           : Cory Angelina dan Katharina Oginawati
Publikasi          : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
                     Lingkungan, ITB
Tanggal Telaah : -


I.   Deskripsi Jurnal :
     1. Tujuan Utama Penelitian
           Mengetahui karakteristik lingkungan tempat bekerjanya para pekerja
           berupa data fisik intensitas sinar ultraviolet yang dihasilkan dalam
           pengelasan yang diukur dengan alat radiometer ultraviolet-B serta tingkat
           kesilauan sinar yang diukur dengan alat luminasi-meter.
     2. Hasil Penelitian
           Dari penelitian tersebut diketahui bahwa radiasi sinar ultraviolet
           melampaui nilai ambang batas yang ditentukan serta tingkat kesilauan
           yang tinggi yang diperoleh dari persamaan Skala deBoer.
     3. Kesimpulan Penelitian
           Saat pengelasan intensitas radiasi UV-B sangat tinggi dan jauh
           melampaui NAB baik untuk kondisi tanpa memakai ataupun memakai
           kacamata hitam. Penggunaan kacamata pekerja belum dapat meredam
           intensitas UV-B sesuai NAB yang ditetapkan. Tingkat kesilauan dari
           cahaya yang ditimbulkan sangat tinggi. Terbukti dari Skala deBoer dari
           hasil perhitungan yang menunjukkan angka <0. Artinya cahaya tampak
           yang dihasilkan menyebabkan kondisi mata pekerja tidak nyaman dan
           kondisi yang terus menerus dapat menyebabkan kelelahan mata sehingga
           berpotensi kecelakaan kerja.



                                                                                 12
II. Telaah jurnal
A. Fokus Utama Penelitian :
Rata-rata pengelas informal di Bandung bekerja di ruang terbuka dan kurang
peduli akan keselamatan kerjanya. Keadaan berbeda ditunjukkan oleh industri
pengelasan yang ada di luar negeri yang mengutamakan keamanan kerja di ruang
tertutup. Perbedaan ini tentunya akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan
mata. Untuk itu dilakukan penelitian untuk diketahui pengaruh dari sinar radiasi
las di ruang terbuka terhadap kesehatan mata pekerja (welder), apakah kondisi
pengelasan ini lebih buruk dengan pertimbangan kebiasaan industri informal yang
kurang peduli dan tidak memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
terutama dalam hal pemakaian alat pelindung diri.


B. Elemen yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Suatu Penelitian
1. Gaya Penulisan :
       Sistematika penulisan telah tersusun cukup baik dan jelas mulai dari judul
       penelitian, nama penulis, abstrak (konteks, tujuan penelitian, alat/bahan
       dan metode, analisis statistik, hasil, dan kata kunci), pendahuluan, bahan
       dan metode, hasil, pembahasan, kesimpulan. Meskipun tujuan dimasukkan
       ke dalam pendahuluan dan kesimpulan dimasukkan dalam pembahasan
       dalam artian tidak ada point besar tersendiri tentang tujuan penelitian dan
       kesimpulan.
       Tata bahasa yang dipergunakakan dalam penulisan jurnal ini cukup mudah
       dipahami sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti bagaimana
       penelitian tersebut dilaksanakan dan apa hasil yang diperoleh.
2. Penulis :
       Cory Angelina dan Katharina Oginawati, Fakultas Teknik Sipil dan
       Lingkungan, ITB, Bandung.
       Gelar akademik dari penulis sudah benar karena tidak di cantumkan.
       Menurut penelaah, dengan melihat latar belakang           penulis tersebut
       mempunyai kualifikasi yang cukup di bidang yang mereka teliti.




                                                                               13
3. Judul :
       Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata Dalam Kegiatan Pengelasan
       (Studi Kasus di Jalan Bogor)
       Kelebihan dan kekurangannya:
       - Judul penelitian cukup jelas, akurat, tidak ambigu, dan menggambarkan
            apa yang akan diteliti.
       - Namun kekurangannya : belum memenuhi prinsip 5 W 1 H. Tidak
            dicantumkan tahun penelitian diadakan.
4. Abstrak :
    Kelebihan :
       Abstrak mampu menggambarkan secara jelas mengenai masalah
       penelitian, tujuan penelitian, metodologi dan hasil yang didapatkan.
       memenuhi IMRAD (Introduction, Metode, Result, Analize, Discussion).
       Mencantumkan kata kunci kurang dari 250 kata.
    Kekurangan : tidak ada pengaturan dan desain penelitian yang ditulis secara
    jelas    sehingga    penelaah     perlu   membaca   untuk   menentukan    jenis
    penilitiannya.


C. Elemen yang Mempengaruhi Kekuatan Suatu Penelitian
   1. Tujuan/ Masalah Penelitian :
       Tujuan dari penelitian diuraikan dengan jelas.
   2. Konsistensi logis :
       Laporan penelitian telah mengikuti langkah-langkah yang seharusnya
       yaitu: dimulai dari judul penelitian, nama penulis, abstrak (latar belakang,
       alat/bahan dan metode, analisis statistik, hasil, dan kata kunci),
       pendahuluan, bahan dan metode (metodologi), hasil dan pembahasan serta
       kesimpulan.
   3. Literatur review :
     - Penyusunan literatur menggunakan sistim harvard.
     - Penulisan jurnal menggunakan analitis kritis berdasarkan literatur yang ada
       dengan membandingkan temuan-temuan pada penelitian sebelumnya
       dengan hasil yang didapatkan oleh penulis.



                                                                                14
4. Theoritical kerangka :
    Baik kerangka konseptual maupun kerangka teori tidak digambarkan
    secara jelas dalam jurnal penelitian tersebut, namun pada bagian
    pendahuluan dan pembahasan diuraikan mengenai pengaruh paparan fisis
    pencahayaan sinar UV terhadap mata pada berbagai penelitian sebelumnya
    dijelaskan dengan cukup rinci.
5. Tujuan
  Tujuan dan sasaran penelitian tidak diberikan judul khusus namun tertulis
  dalam pendahuluan secara jelas.
6. Sampel :
      Sampel dalam penelitian ini dipilih secara acak (randomisasi)
      Kriteria pemilihan sampel
     Besar sampel tidak dipilih berdasarkan rumus. Tidak ada keterangan
      lebih rinci mengenai penentuan besar sampel.
7. Pertimbangan Ethical :
       Sebelum      mendapatkan   persetujuan     lisan   dari   peserta   (subjek
       penelitian), terlebih dahulu mereka diberikan penjelasan mengenai :
       tujuan, sasaran dan metodologi penelitian.
       Izin etik untuk penelitian terlebih dahulu diperoleh dari FTSL-ITB
       sebagai Pengelola Pendidikan, kerja sama dengan Labotarium Fisika
       Bangunan dan Akustik TF-ITB ITB serta izin dari Asosiasi Pengelas
       Jalan Bogor sebagai wakil dalam menyetujui kerja sama penelitian, dan
       pihak RSM. Cicendo Bandung yang terlibat dalam penelitian tersebut.
8. Definisi Operasional :
       Definisi operasional mengenai variabel penelitian diuraikan secara jelas
       dalam jurnal tersebut.
9. Metodologi :
        Settings and Design : kausal komparatif
        Lokasi dan waktu
        Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan daftar pedoman
        Pengujian reliability dan validitas instrumen dijelaskan dalam jurnal
        tersebut.


                                                                               15
10. Data analisis/ hasil :
        Penyajian tabel dan grafik disertai dengan narasi yang jelas mengenai
        isi tabel
        Penjelasan ringkat tentang hasil peneitian di dalam tabel dapat
        dimengerti
        Penampilan tabel mudah dipahami dan memberikan informasi yang
        lengkap
        Penjelasan ringkas dari hasil penelitian, terutama terkait tujuan
        penelitian
11. Pembahasan temuan hasil penelitian
Kelebihan :
   Bagian pembahasan mengacu kepada beberapa kriteria Hills :
   a. Kekuatan asosiasi
       Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa saat pengelasan intensitas
       radiasiUV-B sangat tinggi dan jauh melampaui NAB baik untuk kondisi
       tanpa memakai ataupun memakai kacamata hitam. Hal ini menunjukkan
       bahwa besarnya asosiasi yang menunjukkan bahwa antara variabel
       penelitian apakah tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
   b. Konsistensi
       Sebelum adanya pengelasan, intensitas sinar ultraviolet cukup tinggi
       dan menggunakan kacamata pun masih menyisakan intensitas sinar
       ultraviolet yang besar juga dan bila masuk ke dalam mata tentu akan
       membahayakan kesehatan mata pekerja tersebut maupun orang lain
       yang beraktivitas di sana. Hal ini konsisten dengan pendapat
       Andryansyah (2000), dalam jurnal Kesehatan dan Keselamatan Kerja
       Pengelasan dalam Ruang Terbatas yang menyatakan bahwa orang-
       orang di sekitar juru las juga akan menerima resiko walaupun tidak
       secara langsung menatap busur tersebut. Untuk itu siapa saja yang akan
       mendekati daerah kerja pengelasan harus menggunakan pengaman.
   c. Hubungan temporal

       Cahaya UV sebagai radiasi diketahui menjadi faktor kausa terjadinya
       kelelahan mata yang berpotensi terjadinya kecelakaan kerja.


                                                                          16
d. Spesifitas
         Tidak ada hubungan kausal dalam hal spesificity hal yang lebih khusus.
  e. Efek dosis respon
         Tidak ada efek dosis respon sebab penelitian ini bukan eksperimen
         sehingga tidak ada intervensi.
  f.     Plausibility
         Pada penelitian ini, unsur kausalitas dalam hal biological plausibility
         terpenuhi sebab-sebab dijelaskan dengan ringkas dimana pekerja yang
         terpapar oleh sinar akibat percikan las pada mata pekerja, kondisi
         intensitas cahaya yang terus-menerus tinggi menyebabkan kelelahan
         mata. Bila terjadi terus-menerus akan mengganggu konsentrasi kerja
         sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan trauma mata.
  g. Koherensi/Kesesuaian
         Pada penelitian ini, unsur coherence/ kesesuaian terpenuhi dalam hal
         pemilihan subjek dimana dalam penelitian ini telah disebutkan bahwa
         pekerja yang berisiko yang diambil dan sesuai dengan penelitian ini
         yang mengambil sampel pada pekerja tersebut.
  h. Bukti Eksperimen
         Penelitian ini bukan merupakan experimental study.
  i.     Analogi
         Dalam beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya
         hubungan yang nyata antara intensitas cahaya UV dengan kesehatan
         mata. Pada penelitian ini, unsur kausalitas dalam hal analogi terpenuhi.


   Pembahasan hasil temuan dikaitkan kembali dengan berbagai hasil temuan
   sebelumnya dari tinjauan pustaka yang diambil, baik yang hasil temuannya
   berkorelasi dengan hasil yang didapatkan maupun yang tidak.


Kekurangan :
       Kekuatan dan keterbatasan penelitian termasuk generalisasi tidak
       dijelaskan dalam jurnal tersebut.




                                                                               17
Jurnal ini juga tidak memberikan rekomendasi untuk penelitian
       selanjutnya.
12. Referensi :
      Literatur yang digunakan tidak dapat ditelaah/dinilai sebab penelitian
       dalam jurnal ini tidak dicantumkan waktu publikasi.
13. Kesimpulan dan Saran
Kelebihan :
  Isi kesimpulan peneliti merupakan jawaban dari tujuan penelitian.
  Kesimpulan ringkas, jelas dan padat.
Kekurangan :
  Tujuan penelitian dimasukkan dalam latar belakang, sedangkan kesimpulan
  dan saran dimasukkan dalam pembahasan, tidak menuliskan point besar
  tersendiri tentang tujuan, kesimpulan dan saran.
  Sebagai penutup, meskipun ditemukan berbagai kekurangan dan kelebihan
  dalam penelitian tersebut, namun penelitian tersebut telah memberikan
  kontribusi positif pada kemajuan dan pengembangan di bidang ilmu
  pengetahuan khususnya pada pengembangan karya ilmiah.
  Peneliti tidak memberikan rekomendasi kepada instansi terkait yang
  berhubungan dengan penelitiannya.
  Jurnal tidak mencantumkan saran yang merupakan harapan peneliti.




                                                                         18
JOURNAL




          19

More Related Content

What's hot

Laporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi TikusLaporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi Tikusdanivita
 
Laporan PKL Rekam Medis
Laporan PKL Rekam MedisLaporan PKL Rekam Medis
Laporan PKL Rekam Medishalimah uminur
 
sanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisatasanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisataaprinias
 
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular MalariaBAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular MalariaNajMah Usman
 
Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1HMRojali
 
Tinja dan Kesehatan.ppt
Tinja dan Kesehatan.pptTinja dan Kesehatan.ppt
Tinja dan Kesehatan.pptFKMAP13
 
Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1HMRojali
 
Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan LingkunganPerencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungannesyaazzura
 
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nyaPengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nyaChenk Alie Patrician
 
Early diagnosis and prompt treatment 2020
Early diagnosis and prompt treatment 2020Early diagnosis and prompt treatment 2020
Early diagnosis and prompt treatment 2020rickygunawan84
 
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa NegaraKonsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa NegaraCut Endang Kurniasih
 
Ppt kesehatan masyarakat
Ppt kesehatan masyarakatPpt kesehatan masyarakat
Ppt kesehatan masyarakatlis yulitasari
 
BAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular Ebola
BAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular EbolaBAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular Ebola
BAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular EbolaNajMah Usman
 
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...Adelina Hutauruk
 
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...Muhamad Imam Khairy
 
PerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
PerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air MinumPerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
PerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air MinumJoy Irman
 
form-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiform-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiSyaiful Bahri
 
Makalah penyakit menular
Makalah penyakit menularMakalah penyakit menular
Makalah penyakit menularWarnet Raha
 

What's hot (20)

Konsep dasar epidemiologi penyakit
Konsep dasar epidemiologi penyakitKonsep dasar epidemiologi penyakit
Konsep dasar epidemiologi penyakit
 
Laporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi TikusLaporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi Tikus
 
Laporan PKL Rekam Medis
Laporan PKL Rekam MedisLaporan PKL Rekam Medis
Laporan PKL Rekam Medis
 
sanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisatasanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisata
 
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular MalariaBAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
 
Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1
 
Tinja dan Kesehatan.ppt
Tinja dan Kesehatan.pptTinja dan Kesehatan.ppt
Tinja dan Kesehatan.ppt
 
Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1
 
Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan LingkunganPerencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
 
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nyaPengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
 
Early diagnosis and prompt treatment 2020
Early diagnosis and prompt treatment 2020Early diagnosis and prompt treatment 2020
Early diagnosis and prompt treatment 2020
 
Sanitasi industri
Sanitasi industriSanitasi industri
Sanitasi industri
 
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa NegaraKonsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
 
Ppt kesehatan masyarakat
Ppt kesehatan masyarakatPpt kesehatan masyarakat
Ppt kesehatan masyarakat
 
BAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular Ebola
BAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular EbolaBAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular Ebola
BAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular Ebola
 
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
 
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
 
PerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
PerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air MinumPerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
PerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
 
form-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiform-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasii
 
Makalah penyakit menular
Makalah penyakit menularMakalah penyakit menular
Makalah penyakit menular
 

Viewers also liked

Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1Thonce Thesia
 
Occupational epidemiology and exposure assessment
Occupational epidemiology and exposure assessmentOccupational epidemiology and exposure assessment
Occupational epidemiology and exposure assessmentRetired
 
Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini Raksanagara
Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini RaksanagaraKesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini Raksanagara
Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini RaksanagaraArdini Raksanagara
 
PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3Arfian Pratama
 
Epidemiologi Penyakit Menular
Epidemiologi Penyakit MenularEpidemiologi Penyakit Menular
Epidemiologi Penyakit MenularLilik Sholeha
 
Konsep hazard risk accident
Konsep hazard risk accidentKonsep hazard risk accident
Konsep hazard risk accidentRiza Daisuke
 
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKATILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKATPutri Indayani
 
Faktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerjaFaktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerjaDeby Andriany
 

Viewers also liked (12)

Epid k3sesi2
Epid k3sesi2Epid k3sesi2
Epid k3sesi2
 
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
 
Occupational epidemiology and exposure assessment
Occupational epidemiology and exposure assessmentOccupational epidemiology and exposure assessment
Occupational epidemiology and exposure assessment
 
Dasar dasar k3
Dasar   dasar k3Dasar   dasar k3
Dasar dasar k3
 
Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini Raksanagara
Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini RaksanagaraKesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini Raksanagara
Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini Raksanagara
 
PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
 
hazard di tempat kerja
hazard di tempat kerjahazard di tempat kerja
hazard di tempat kerja
 
Epidemiologi Penyakit Menular
Epidemiologi Penyakit MenularEpidemiologi Penyakit Menular
Epidemiologi Penyakit Menular
 
Konsep hazard risk accident
Konsep hazard risk accidentKonsep hazard risk accident
Konsep hazard risk accident
 
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKATILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
 
Presentasi K3 Proyek.
Presentasi K3 Proyek.Presentasi K3 Proyek.
Presentasi K3 Proyek.
 
Faktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerjaFaktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerja
 

Similar to Makalah Epidemiologi Kesehatan Kerja (isi)

BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITYBAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITYaanansor
 
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY aanansor
 
bahan ajar telkom university
bahan ajar telkom university bahan ajar telkom university
bahan ajar telkom university aanansor
 
Ppt faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Ppt faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)Ppt faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Ppt faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)Satria Anugerah Suhendra
 
manajemen sumber daya manusia K3
manajemen sumber daya manusia K3manajemen sumber daya manusia K3
manajemen sumber daya manusia K3EnvaPya
 
Dasar kesehatan kerja.sesi3
Dasar kesehatan kerja.sesi3Dasar kesehatan kerja.sesi3
Dasar kesehatan kerja.sesi3Agus Candra
 
Gangguan pada kesehatan dan daya kerja
Gangguan pada kesehatan dan daya kerjaGangguan pada kesehatan dan daya kerja
Gangguan pada kesehatan dan daya kerjaSaeful Malik Ginting
 
Bahaya Fisik dan Keshtn Kerja dan P3K.pdf
Bahaya Fisik dan Keshtn Kerja dan P3K.pdfBahaya Fisik dan Keshtn Kerja dan P3K.pdf
Bahaya Fisik dan Keshtn Kerja dan P3K.pdfssuserc8afba1
 
k3lh_x_tkj.pptx
k3lh_x_tkj.pptxk3lh_x_tkj.pptx
k3lh_x_tkj.pptxsarwoedi29
 
PPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptx
PPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptxPPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptx
PPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptxAlexBono3
 
K3 Lingkungan Kerja
K3 Lingkungan KerjaK3 Lingkungan Kerja
K3 Lingkungan KerjaJoko Isnanto
 
Ppt hiperkes
Ppt hiperkesPpt hiperkes
Ppt hiperkesrio246193
 
Slide-PRO205-PRO205-Slide-11-program.pdf
Slide-PRO205-PRO205-Slide-11-program.pdfSlide-PRO205-PRO205-Slide-11-program.pdf
Slide-PRO205-PRO205-Slide-11-program.pdfDimasBayuAdiPutra1
 
Identifikasi k3-pada-bengkel-dan-lab-sipil-dan-perencanaan
Identifikasi k3-pada-bengkel-dan-lab-sipil-dan-perencanaanIdentifikasi k3-pada-bengkel-dan-lab-sipil-dan-perencanaan
Identifikasi k3-pada-bengkel-dan-lab-sipil-dan-perencanaanAgus Witono
 
makalah lingkungan.docx
makalah lingkungan.docxmakalah lingkungan.docx
makalah lingkungan.docxRiRi625721
 
ergonomi-dan-kesehatan-kerja-terhadap-produktivitas.ppt
ergonomi-dan-kesehatan-kerja-terhadap-produktivitas.pptergonomi-dan-kesehatan-kerja-terhadap-produktivitas.ppt
ergonomi-dan-kesehatan-kerja-terhadap-produktivitas.pptAgengSPILTollIndones
 

Similar to Makalah Epidemiologi Kesehatan Kerja (isi) (20)

BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITYBAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR TELKOM UNIVERSITY
 
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY
BAHAN AJAR PK&E TELKOM UNIVERSITY
 
bahan ajar telkom university
bahan ajar telkom university bahan ajar telkom university
bahan ajar telkom university
 
Ppt faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Ppt faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)Ppt faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Ppt faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
manajemen sumber daya manusia K3
manajemen sumber daya manusia K3manajemen sumber daya manusia K3
manajemen sumber daya manusia K3
 
Dasar kesehatan kerja.sesi3
Dasar kesehatan kerja.sesi3Dasar kesehatan kerja.sesi3
Dasar kesehatan kerja.sesi3
 
Gangguan pada kesehatan dan daya kerja
Gangguan pada kesehatan dan daya kerjaGangguan pada kesehatan dan daya kerja
Gangguan pada kesehatan dan daya kerja
 
Bahaya Fisik dan Keshtn Kerja dan P3K.pdf
Bahaya Fisik dan Keshtn Kerja dan P3K.pdfBahaya Fisik dan Keshtn Kerja dan P3K.pdf
Bahaya Fisik dan Keshtn Kerja dan P3K.pdf
 
k3lh_x_tkj.pptx
k3lh_x_tkj.pptxk3lh_x_tkj.pptx
k3lh_x_tkj.pptx
 
PPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptx
PPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptxPPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptx
PPT_PENYAKIT AKIBAT KERJA.pptx
 
K3 Lingkungan Kerja
K3 Lingkungan KerjaK3 Lingkungan Kerja
K3 Lingkungan Kerja
 
Ppt hiperkes
Ppt hiperkesPpt hiperkes
Ppt hiperkes
 
Slide-PRO205-PRO205-Slide-11-program.pdf
Slide-PRO205-PRO205-Slide-11-program.pdfSlide-PRO205-PRO205-Slide-11-program.pdf
Slide-PRO205-PRO205-Slide-11-program.pdf
 
Identifikasi k3-pada-bengkel-dan-lab-sipil-dan-perencanaan
Identifikasi k3-pada-bengkel-dan-lab-sipil-dan-perencanaanIdentifikasi k3-pada-bengkel-dan-lab-sipil-dan-perencanaan
Identifikasi k3-pada-bengkel-dan-lab-sipil-dan-perencanaan
 
makalah lingkungan.docx
makalah lingkungan.docxmakalah lingkungan.docx
makalah lingkungan.docx
 
Laboratorium
LaboratoriumLaboratorium
Laboratorium
 
Keskerja
KeskerjaKeskerja
Keskerja
 
Materi plh huki
Materi plh hukiMateri plh huki
Materi plh huki
 
ergonomi-dan-kesehatan-kerja-terhadap-produktivitas.ppt
ergonomi-dan-kesehatan-kerja-terhadap-produktivitas.pptergonomi-dan-kesehatan-kerja-terhadap-produktivitas.ppt
ergonomi-dan-kesehatan-kerja-terhadap-produktivitas.ppt
 

More from Azmi Nur Rabrusun

More from Azmi Nur Rabrusun (11)

@amiazmie
@amiazmie@amiazmie
@amiazmie
 
Laporan Magang-5
Laporan Magang-5Laporan Magang-5
Laporan Magang-5
 
Laporan Magang-4
Laporan Magang-4Laporan Magang-4
Laporan Magang-4
 
Laporan Magang-3
Laporan Magang-3Laporan Magang-3
Laporan Magang-3
 
Laporan Magang-1
Laporan Magang-1Laporan Magang-1
Laporan Magang-1
 
Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan II (cover)
Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan II (cover)Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan II (cover)
Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan II (cover)
 
Makalah MKP NAPZA (isi)
Makalah MKP NAPZA (isi)Makalah MKP NAPZA (isi)
Makalah MKP NAPZA (isi)
 
Cover MKP NAPZA
Cover MKP NAPZACover MKP NAPZA
Cover MKP NAPZA
 
Cover Makalah Epidemiologi Kesehatan Kerja
Cover Makalah Epidemiologi Kesehatan KerjaCover Makalah Epidemiologi Kesehatan Kerja
Cover Makalah Epidemiologi Kesehatan Kerja
 
Makalah Pullorum
Makalah PullorumMakalah Pullorum
Makalah Pullorum
 
Penyakit Pullorum.
Penyakit Pullorum.Penyakit Pullorum.
Penyakit Pullorum.
 

Makalah Epidemiologi Kesehatan Kerja (isi)

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka.Sasaran penelitian ergonomi ialahmanusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”. Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya. 1
  • 2. 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui definisi lingkungan kerja 2. Untuk mengetahui faktor lingkungan kerja fisik 3. Untuk mengetahui kajian tentang pencahayaan 4. Untuk mendeskripsikan critical appraisal dari jurnal “Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata Dalam Kegiatan Pengelasan” 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Lingkungan Kerja Lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tetapi juga dapat menyebabkan suatu kegagalan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi pekerja. Faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis, ergonomik termasuk psikologis. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh karyawan untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Oleh karena itu, lingkungan kerja harus ditangani atau didesain sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif terhadap karyawan untuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman dan nyaman. 2,2 Lingkungan Kerja Fisik Adapun beberapa definisi mengenai lingkungan kerja fisik di bawah ini, yaitu: Sedarmayanti (2007) “Lingkungan kerja fisik adalah semua yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung”. Sarwono (2005) “Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan aktivitasnya”. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan. Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor-faktor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusia. 3
  • 4. Sarwono (2005) “Peningkatan suhu dapat menghasilkan kenaikan prestasi kerja tetapi dapat pula malah menurunkan prestasi kerja.” Kenaikan suhu pada batas tertentu menimbulkan semangat yang merangsang prestasi kerja tetapi setelah melewati ambang batas tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh yang mengakibatkan terganggunya pula prestasi kerja. Robbins (2002) “Lingkungan kerja fisik juga merupakan faktor penyebab stress kerja pegawai yang berpengaruh pada prestasi kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah: a) suhu, b) kebisingan, c) penerangan, d) mutu udara.” Faktor fisik dalam lingkungan kerja diantaranya kebisingan, getaran, suhu, pencahayaan, tekanan panas/iklim, radiasi. 2.3 Radiasi Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain. Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur alamiah dan berada di udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan bumi. Beberapa di antaranya adalah Uranium dan Thorium di dalam lapisan bumi; Karbon dan Radon di udara serta Tritium dan Deuterium yang ada di dalam air. 2.3.1 Jenis Radiasi Secara garis besar radiasi terbagi menjadi: a. Radiasi Pengion Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. 4
  • 5. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi pengion adalah partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X, partikel neutron. b. Radiasi Non Pengion Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler handphone); sinar inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari). Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut :  Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk mengenalinya diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut dengan detektor radiasi. Ada beberapa jenis detektor yang secara spesifik mempunyai kemampuan untuk melacak keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detektor alpha, detektor gamma, detektor neutron, dll.  Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses ionisasi, eksitasi dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat tersebut kemudian digunakan sebagai dasar untuk membuat detektor radiasi. 2.3.2 Pengaruh Radiasi Terhadap Manusia Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang 5
  • 6. terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker. Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi, sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel. Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%. Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau 6
  • 7. transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat- sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.  Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak contoh furnacesn  Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit. Contoh pengelasan  Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.  Radiasi ultraviolet : pengelasan 2.3.3 Nilai Ambang Batas Untuk melindungi pekerja dari pengaruh sinar ultraviolet, pemerintah telah menetapkan Nilai Ambang Batas yang dikeluarkan melalui surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep- 51/MEN/1999 Masa Pemaparan Per Hari Iradiasi Efektif (eff) 8 jam 0,1 4 jam 0,2 2 jam 0,4 1 jam 0,8 30 menit 1,7 15 menit 3,3 10 menit 5 5 menit 10 1 menit 50 30 detik 100 10 detik 300 1 detik 3000 0,5 detik 6000 0,1 detik 30000 7
  • 8. 2.3.4. Pengendalian Untuk mengurangi atau mengatasi pencahayaan pada pekerja, dapat dilakukan cara sebagai berikut: a. Pengendalian engineering: Seperti intensitas atau kekuatan pencahayaan, jenis sumber cahaya, pengaturan lokasi atau sumber cahaya, efisiensi dan efektifitas sumber cahaya, luas tempat kerja, banyaknya jendela dan genting kaca, langit-langit dan dinding yang berwarna gelap dan terang, bangunan yang tinggi disekitar tempat kerja. b. Pengendalian administratif Seperti pengaturan shift kerja dan penyesuaian waktu dan istirahat c. Pengendalian personal protective equipment (PPE) Seperti Helm dengan filter cahaya, topi, kacamata, baju keselamatan, sarung tangan, sepatu dengan cap baja, proteksi pendengaran 8
  • 9. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tetapi juga dapat menyebabkan suatu kegagalan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi pekerja. Lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu: lingkungan kerja fisik dan non fisik. Lingkungan kerja fisik adalah semua yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu yang termasuk dalam lingkungan kerja fisik adalah radiasi. Radiasi ialah energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. Efek radiasi terhadap manusia dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Salah satu pekerjaan yang menggunakan radiasi yaitu pekerja las. Pekerja las di Indonesia sangat minim kesadarannya untuk mengurangi risiko paparan radiasi dari alat kerjanya ke tubuh. Beberpa diantaranya bekerja di ruang terbuka dan seringkali tidak menggunakan alat pelindung diri (APD). Hal ini dapat berdampak buruk terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Salah satu dampaknya yaitu berkurangnya daya penglihatan bahkan dapat berakibat lebih parah seperti terjadi kebutaan. 3.2. Saran 1. Para pekerja mampu mengetahui dan bberadaptasi dengan lingkunga kerjanya. 2. Para pekerja harus memperhatikan paparan radiasi yang berbahaya dan menghindari kontak dengan paparan radiasi tersebut. 3. Pengaruh paparan radiasi dapat berakibat pada manusia (dalam hal ini para pekerja) untuk itu perlunya perhatian dari pekerja untuk memakai APD (alat pelindung diri) 4. Perhatian khusus dari pihak pemerintah dan perusahaan agar memperhatikan keselamatan dan kesehatan para pekerja. 9
  • 10. DAFTAR PUSTAKA Angelina, C et Oginawati, K. 2013. Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata Dalam Kegiatan Pengelasan. Institut Teknologi Bandung. Arief, L. 2013. Pengendalian Bahaya Radiasi Elektromagnetik Di tempat Kerja. Universitas Esa Unggul. Kawatu, P. 2012. Bahan Ajar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Manado. Kepmenker No. KEP–51/MEN/1999. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. (online) http://qhseconbloc.files.wordpress.com/2011//1300 758802-kepmenakerno51th1999ttgambangbatasfaktorfisikaditempatkerja. pdf, diakses pada 12 April pukul 09.25 WITA 10
  • 11. LAMPIRAN 11
  • 12. ” CRITICAL APRAISSAL JOURNAL “ PAPARAN FISIS PENCAHAYAAN TERHADAP MATA DALAM KEGIATAN PENGELASAN (STUDI KASUS: PENGELASAN DI JALAN BOGOR) Judul : Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata Dalam Kegiatan Pengelasan (Studi Kasus di Jalan Bogor) Peneliti : Cory Angelina dan Katharina Oginawati Publikasi : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB Tanggal Telaah : - I. Deskripsi Jurnal : 1. Tujuan Utama Penelitian Mengetahui karakteristik lingkungan tempat bekerjanya para pekerja berupa data fisik intensitas sinar ultraviolet yang dihasilkan dalam pengelasan yang diukur dengan alat radiometer ultraviolet-B serta tingkat kesilauan sinar yang diukur dengan alat luminasi-meter. 2. Hasil Penelitian Dari penelitian tersebut diketahui bahwa radiasi sinar ultraviolet melampaui nilai ambang batas yang ditentukan serta tingkat kesilauan yang tinggi yang diperoleh dari persamaan Skala deBoer. 3. Kesimpulan Penelitian Saat pengelasan intensitas radiasi UV-B sangat tinggi dan jauh melampaui NAB baik untuk kondisi tanpa memakai ataupun memakai kacamata hitam. Penggunaan kacamata pekerja belum dapat meredam intensitas UV-B sesuai NAB yang ditetapkan. Tingkat kesilauan dari cahaya yang ditimbulkan sangat tinggi. Terbukti dari Skala deBoer dari hasil perhitungan yang menunjukkan angka <0. Artinya cahaya tampak yang dihasilkan menyebabkan kondisi mata pekerja tidak nyaman dan kondisi yang terus menerus dapat menyebabkan kelelahan mata sehingga berpotensi kecelakaan kerja. 12
  • 13. II. Telaah jurnal A. Fokus Utama Penelitian : Rata-rata pengelas informal di Bandung bekerja di ruang terbuka dan kurang peduli akan keselamatan kerjanya. Keadaan berbeda ditunjukkan oleh industri pengelasan yang ada di luar negeri yang mengutamakan keamanan kerja di ruang tertutup. Perbedaan ini tentunya akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan mata. Untuk itu dilakukan penelitian untuk diketahui pengaruh dari sinar radiasi las di ruang terbuka terhadap kesehatan mata pekerja (welder), apakah kondisi pengelasan ini lebih buruk dengan pertimbangan kebiasaan industri informal yang kurang peduli dan tidak memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terutama dalam hal pemakaian alat pelindung diri. B. Elemen yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Suatu Penelitian 1. Gaya Penulisan : Sistematika penulisan telah tersusun cukup baik dan jelas mulai dari judul penelitian, nama penulis, abstrak (konteks, tujuan penelitian, alat/bahan dan metode, analisis statistik, hasil, dan kata kunci), pendahuluan, bahan dan metode, hasil, pembahasan, kesimpulan. Meskipun tujuan dimasukkan ke dalam pendahuluan dan kesimpulan dimasukkan dalam pembahasan dalam artian tidak ada point besar tersendiri tentang tujuan penelitian dan kesimpulan. Tata bahasa yang dipergunakakan dalam penulisan jurnal ini cukup mudah dipahami sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan dan apa hasil yang diperoleh. 2. Penulis : Cory Angelina dan Katharina Oginawati, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Bandung. Gelar akademik dari penulis sudah benar karena tidak di cantumkan. Menurut penelaah, dengan melihat latar belakang penulis tersebut mempunyai kualifikasi yang cukup di bidang yang mereka teliti. 13
  • 14. 3. Judul : Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata Dalam Kegiatan Pengelasan (Studi Kasus di Jalan Bogor) Kelebihan dan kekurangannya: - Judul penelitian cukup jelas, akurat, tidak ambigu, dan menggambarkan apa yang akan diteliti. - Namun kekurangannya : belum memenuhi prinsip 5 W 1 H. Tidak dicantumkan tahun penelitian diadakan. 4. Abstrak : Kelebihan : Abstrak mampu menggambarkan secara jelas mengenai masalah penelitian, tujuan penelitian, metodologi dan hasil yang didapatkan. memenuhi IMRAD (Introduction, Metode, Result, Analize, Discussion). Mencantumkan kata kunci kurang dari 250 kata. Kekurangan : tidak ada pengaturan dan desain penelitian yang ditulis secara jelas sehingga penelaah perlu membaca untuk menentukan jenis penilitiannya. C. Elemen yang Mempengaruhi Kekuatan Suatu Penelitian 1. Tujuan/ Masalah Penelitian : Tujuan dari penelitian diuraikan dengan jelas. 2. Konsistensi logis : Laporan penelitian telah mengikuti langkah-langkah yang seharusnya yaitu: dimulai dari judul penelitian, nama penulis, abstrak (latar belakang, alat/bahan dan metode, analisis statistik, hasil, dan kata kunci), pendahuluan, bahan dan metode (metodologi), hasil dan pembahasan serta kesimpulan. 3. Literatur review : - Penyusunan literatur menggunakan sistim harvard. - Penulisan jurnal menggunakan analitis kritis berdasarkan literatur yang ada dengan membandingkan temuan-temuan pada penelitian sebelumnya dengan hasil yang didapatkan oleh penulis. 14
  • 15. 4. Theoritical kerangka : Baik kerangka konseptual maupun kerangka teori tidak digambarkan secara jelas dalam jurnal penelitian tersebut, namun pada bagian pendahuluan dan pembahasan diuraikan mengenai pengaruh paparan fisis pencahayaan sinar UV terhadap mata pada berbagai penelitian sebelumnya dijelaskan dengan cukup rinci. 5. Tujuan Tujuan dan sasaran penelitian tidak diberikan judul khusus namun tertulis dalam pendahuluan secara jelas. 6. Sampel : Sampel dalam penelitian ini dipilih secara acak (randomisasi) Kriteria pemilihan sampel Besar sampel tidak dipilih berdasarkan rumus. Tidak ada keterangan lebih rinci mengenai penentuan besar sampel. 7. Pertimbangan Ethical : Sebelum mendapatkan persetujuan lisan dari peserta (subjek penelitian), terlebih dahulu mereka diberikan penjelasan mengenai : tujuan, sasaran dan metodologi penelitian. Izin etik untuk penelitian terlebih dahulu diperoleh dari FTSL-ITB sebagai Pengelola Pendidikan, kerja sama dengan Labotarium Fisika Bangunan dan Akustik TF-ITB ITB serta izin dari Asosiasi Pengelas Jalan Bogor sebagai wakil dalam menyetujui kerja sama penelitian, dan pihak RSM. Cicendo Bandung yang terlibat dalam penelitian tersebut. 8. Definisi Operasional : Definisi operasional mengenai variabel penelitian diuraikan secara jelas dalam jurnal tersebut. 9. Metodologi : Settings and Design : kausal komparatif Lokasi dan waktu Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan daftar pedoman Pengujian reliability dan validitas instrumen dijelaskan dalam jurnal tersebut. 15
  • 16. 10. Data analisis/ hasil : Penyajian tabel dan grafik disertai dengan narasi yang jelas mengenai isi tabel Penjelasan ringkat tentang hasil peneitian di dalam tabel dapat dimengerti Penampilan tabel mudah dipahami dan memberikan informasi yang lengkap Penjelasan ringkas dari hasil penelitian, terutama terkait tujuan penelitian 11. Pembahasan temuan hasil penelitian Kelebihan : Bagian pembahasan mengacu kepada beberapa kriteria Hills : a. Kekuatan asosiasi Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa saat pengelasan intensitas radiasiUV-B sangat tinggi dan jauh melampaui NAB baik untuk kondisi tanpa memakai ataupun memakai kacamata hitam. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya asosiasi yang menunjukkan bahwa antara variabel penelitian apakah tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. b. Konsistensi Sebelum adanya pengelasan, intensitas sinar ultraviolet cukup tinggi dan menggunakan kacamata pun masih menyisakan intensitas sinar ultraviolet yang besar juga dan bila masuk ke dalam mata tentu akan membahayakan kesehatan mata pekerja tersebut maupun orang lain yang beraktivitas di sana. Hal ini konsisten dengan pendapat Andryansyah (2000), dalam jurnal Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pengelasan dalam Ruang Terbatas yang menyatakan bahwa orang- orang di sekitar juru las juga akan menerima resiko walaupun tidak secara langsung menatap busur tersebut. Untuk itu siapa saja yang akan mendekati daerah kerja pengelasan harus menggunakan pengaman. c. Hubungan temporal Cahaya UV sebagai radiasi diketahui menjadi faktor kausa terjadinya kelelahan mata yang berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. 16
  • 17. d. Spesifitas Tidak ada hubungan kausal dalam hal spesificity hal yang lebih khusus. e. Efek dosis respon Tidak ada efek dosis respon sebab penelitian ini bukan eksperimen sehingga tidak ada intervensi. f. Plausibility Pada penelitian ini, unsur kausalitas dalam hal biological plausibility terpenuhi sebab-sebab dijelaskan dengan ringkas dimana pekerja yang terpapar oleh sinar akibat percikan las pada mata pekerja, kondisi intensitas cahaya yang terus-menerus tinggi menyebabkan kelelahan mata. Bila terjadi terus-menerus akan mengganggu konsentrasi kerja sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan trauma mata. g. Koherensi/Kesesuaian Pada penelitian ini, unsur coherence/ kesesuaian terpenuhi dalam hal pemilihan subjek dimana dalam penelitian ini telah disebutkan bahwa pekerja yang berisiko yang diambil dan sesuai dengan penelitian ini yang mengambil sampel pada pekerja tersebut. h. Bukti Eksperimen Penelitian ini bukan merupakan experimental study. i. Analogi Dalam beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara intensitas cahaya UV dengan kesehatan mata. Pada penelitian ini, unsur kausalitas dalam hal analogi terpenuhi. Pembahasan hasil temuan dikaitkan kembali dengan berbagai hasil temuan sebelumnya dari tinjauan pustaka yang diambil, baik yang hasil temuannya berkorelasi dengan hasil yang didapatkan maupun yang tidak. Kekurangan : Kekuatan dan keterbatasan penelitian termasuk generalisasi tidak dijelaskan dalam jurnal tersebut. 17
  • 18. Jurnal ini juga tidak memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. 12. Referensi : Literatur yang digunakan tidak dapat ditelaah/dinilai sebab penelitian dalam jurnal ini tidak dicantumkan waktu publikasi. 13. Kesimpulan dan Saran Kelebihan : Isi kesimpulan peneliti merupakan jawaban dari tujuan penelitian. Kesimpulan ringkas, jelas dan padat. Kekurangan : Tujuan penelitian dimasukkan dalam latar belakang, sedangkan kesimpulan dan saran dimasukkan dalam pembahasan, tidak menuliskan point besar tersendiri tentang tujuan, kesimpulan dan saran. Sebagai penutup, meskipun ditemukan berbagai kekurangan dan kelebihan dalam penelitian tersebut, namun penelitian tersebut telah memberikan kontribusi positif pada kemajuan dan pengembangan di bidang ilmu pengetahuan khususnya pada pengembangan karya ilmiah. Peneliti tidak memberikan rekomendasi kepada instansi terkait yang berhubungan dengan penelitiannya. Jurnal tidak mencantumkan saran yang merupakan harapan peneliti. 18
  • 19. JOURNAL 19