SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 99
Downloaden Sie, um offline zu lesen
SKRIPSI



           EVALUASI PENCAPAIAN PROGRAM
     SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
PILAR PERTAMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNGGING
        KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2008-2010




                      Oleh:

                 AULIYA JAYANTI




             UNIVERSITAS AIRLANGGA
        FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
                   SURABAYA
                      2012


                        i
SKRIPSI



           EVALUASI PENCAPAIAN PROGRAM
     SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
PILAR PERTAMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNGGING
        KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2008-2010




                      Oleh:

                 AULIYA JAYANTI
                  NIM 100710174




             UNIVERSITAS AIRLANGGA
        FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
                   SURABAYA
                      2012


                        ii
PENGESAHAN



           Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi
     Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan
diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
              Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
                  pada tanggal 23 Februari 2012




                         Mengesahkan
                    Universitas Airlangga
                Fakultas Kesehatan Masyarakat




                            Dekan,




                Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S.
                  NIP. 195603031987012001




                         Tim Penguji :
               1. Arief Hargono, drg., M.Kes
               2. Prof. Soedjajadi, dr., M.S., Ph.D
               3. Endah Yudiantini, dr., M.M




                               iii
SKRIPSI



         Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
                  Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
                    Departemen Kesehatan Lingkungan
                      Fakultas Kesehatan Masyarakat
                          Universitas Airlangga




                                  Oleh:

                           AULIYA JAYANTI
                            NIM 100710174




                                   Surabaya, 27 Februari 2012

Mengetahui,                        Menyetujui,

Ketua Departemen,                  Pembimbing,




Sudarmaji, S.KM., M.Kes            Prof. Soedjajadi Keman, dr., M.S., Ph.D
NIP 197212101997021001             NIP 195203151979031008




                                    iv
SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS



Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

       Nama                  : Auliya Jayanti

       NIM                   : 100710174

       Program Studi         : Kesehatan Masyarakat

       Fakultas              : Kesehatan Masyarakat

       Jenjang               : Sarjana (S1)

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi
saya yang berjudul :

“EVALUASI PENCAPAIAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2008-2010”

Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.



                                                  Surabaya, 27 Februari 2012




                                                  Auliya Jayanti
                                                  NIM 100710174




                                         v
KATA PENGANTAR



      Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya skripsi dengan judul “EVALUASI
PENCAPAIAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
(STBM) PILAR PERTAMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNGGING
KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2008-2010”, sebagai salah satu
persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga.
      Dalam skripsi ini dijabarkan bagaimana hasil evaluasi dari program STBM
di wilayah kerja Puskesmas Pungging. Sehingga dari hasil evaluasi dapat
diketahui faktor input, proses, dan output dari pelaksanaan program tersebut pada
tahun 2008-2010. Dari hasil tersebut disusun rekomendasi untuk pelaksanaan
program selanjutnya.
      Hasil dari penelitian ini pelaksanaan program Stop BABS belum berhasil
dikarenakan oleh empat faktor yaitu metode yang kurang baik, lingkungan baik
manusia maupun fisik, dan kurangnya anggaran. Padahal buang air besar
sembarangan dapat berakibat buruk bagi masyarakat itu sendiri, namun
masyarakat belum memprioritaskan pembangunan jamban.
      Pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Prof. Soedjajadi Keman, dr., M.S., Ph.D, selaku dosen
pembimbing yang telah sabar dan telaten memberikan petunjuk, koreksi, serta
saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan tidak lupa pula penulis
sampaikan terima kasih kepada:
     1. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
        Masyarakat Universitas Airlangga
     2. Sudarmaji, S.KM., M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan
        Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
     3. Kedua orang tua (Papa Anam dan Mama Elly), saudara saya yang tiada
        hentinya memberikan cinta, semangat serta bantuan yang sangat berarti. I
        always love my mom, pap, big bro, Rio dan keluarga besar Bani Sail.
     4. Bu Endik, Bu diah, Bu Titis, Pak Jaka, Pak Yusron atas izin penelitian di
        Kabupaten Mojokerto dan tak pernah lelah membantu dalam penyusunan
        skripsi ini. Peluk hangat untuk bapak dan ibu.
     5. Shelly, Mbak Dian, Raras, Slipi, d’coster (Irma, Wulan, Nana, Putu),
        indro, Novie Putri, Mbak Rizki plus Rara cantik, Mas Raka, Koko Tito
        atas dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. Love u all.
     6. Intan, Lilik, Retty, Sani, Mbak Nurma sebagai konsultan saya serta teman
        seperjuangan akhir, Anita, Eros, dan Icha sexy. Sukses buat kita semua..
     7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut
        membantu terselesaikannya penyusunan proposal skripsi ini.
      Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan
baik dari segi materi maupun penulisannya, oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat saya harapkan guna perbaikan.

                                                       Surabaya,   Februari 2012



                                       vi
ABSTRACT



        Construction of Water Supply and Sanitation in Indonesia in the last 15
years are still focused on the development of facilities but is not accompanied by
public awareness. While the government has set a decentralization in the hope of
community participation in health development increased. The aim of this study
was to evaluated national program in 2008 : the Community-Led Total Sanitation
(CLTS) program especially the first pillar and to identify factors causing the
failure of the implementation of the program.

        This type of research was the evaluation of qualitative approaches.
Interviews were conducted purposively to those who know the program was in the
working area of Pungging Public Health Center Mojokerto. Secondary data
obtained from the health profile of the district health office and Pungging public
health center Mojokerto.

       Achievement of program outcomes, managing the program has conducted
more than 6 triggers the village but there is no village that reached the state of
Open Defecation Free (ODF). MDGs target of 67%, Pungging public health
center still cover 65%. Identification of factor inputs and processes were still
founddiscrepancies with the guidelines.

         The conclusion could be drawn was the achievement of program CLTS
first pillar in the working area Pungging public health centers does not meet the
target number of ODF villages. The lack factors such as methods have not been
going well, the lack of budget and physical and human environments that does not
support.


Keywords: Program Evaluation, CLTS, and ODF




                                       vii
ABSTRAK



       Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) di
Indonesia dalam 15 tahun terakhir masih berfokus pada pembangunan sarana
namun tidak disertai kesadaran masyarakat. Sedangkan pemerintah telah
menetapkan desentralisasi dengan harapan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan kesehatan meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengevaluasi program nasional STBM tahun 2008: program Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) terutama pilar pertama dan mengidentifikasi faktor
penyebab dari kegagalan pelaksanaan program.

       Jenis penelitian ini adalah evaluasi dengan pendekatan kualitatif.
Wawancara dilakukan secara purposive kepada pihak yang mengetahui program
tersebut di wilayah kerja Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerto. Data
sekunder diperoleh dari profil kesehatan dari dinas kesehatan Kabupaten
Mojokerto dan Puskesmas Pungging.

       Hasil pencapaian program, Pelaksana program telah melaksanakan
pemicuan lebih dari 6 desa namun belum ada desa yang mencapai keadaan Open
Defecation Free (ODF). Dari target MDGs 67%, Puskesmas Pungging masih
mencakup 65%. Identifikasi faktor input dan proses didapatkan masih adanya
ketidaksesuaian dengan pedoman.

       Kesimpulan yang dapat ditarik adalah pencapaian program STBM pilar
pertama di wilayah kerja Puskesmas Pungging belum memenuhi target jumlah
desa ODF. Faktor penyebab kegagalah antara lain metode yang belum berjalan
dengan baik, kurangnya anggaran dan lingkungan fisik maupun manusia yang
belum mendukung.

Kata kunci: Evaluasi program, STBM, dan ODF




                                     viii
DAFTAR ISI

                                                                   Halaman
HALAMAN JUDUL                                                              ii
HALAMAN PENGESAHAN                                                       iii
HALAMAN PERSETUJUAN                                                       iv
SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS                                      v
KATA PENGANTAR                                                            vi
ABSTRACT                                                                 vii
ABSTRAK                                                                 viii
DAFTAR ISI                                                                ix
DAFTAR TABEL                                                              xi
DAFTAR GAMBAR                                                            xii
DAFTAR LAMPIRAN                                                         xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN                                       xiv
BAB I     PENDAHULUAN                                                      1
          1.1 Latar Belakang                                               1
          1.2 Identifikasi Masalah                                         5
          1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah                               8
BAB II    TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN                                    9
          2.1 Tujuan Umum                                                  9
          2.2 Tujuan Khusus                                                9
          2.3 Manfaat                                                      9
              2.3.1 Bagi peneliti lain                                     9
              2.3.2 Bagi masyarakat                                       10
              2.3.3 Bagi pemerintah                                       10
              2.3.4 Bagi peneliti                                         10
BAB III   TINJAUAN PUSTAKA                                                11
          3.1 Puskesmas                                                   11
              3.1.1 Konsep Puskesmas                                      11
              3.1.2 Fungsi Puskesmas                                      11
              3.1.3 Wilayah kerja Puskesmas                               12
              3.1.4 Fasilitas penunjang                                   12
          3.2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)                   14
              3.2.1 Sejarah STBM                                          14
              3.2.2 Pengertian STBM                                       15
              3.2.3 Pilar STBM                                            19
              3.2.4 Pilar pertama Stop BABS                               20
              3.2.5 Indikator pilar pertama STBM                          28
              3.2.6 Buang air besar sembarangan ditinjau dari kesehatan
                     lingkungan                                           28
          3.3 Evaluasi Program                                            32
              3.3.1 Pengertian evaluasi program                           32
              3.3.2 Macam evaluasi                                        33
              3.3.3 Tujuan evaluasi                                       34
              3.3.4 Mekanisme evaluasi                                    35


                                    ix
3.3.5 Formulasi sumber dan jenis informasi yang dibutuhkan36
BAB IV    KERANGKA KONSEP                                               38
BAB V     METODE PENELITIAN                                            41
          5.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian                      41
          5.2 Obyek Penelitian                                         41
          5.3 Lokasi Penelitian                                        42
          5.4 Waktu Penelitian                                         42
          5.5 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Cara
              Pengukuran Variabel                                      43
          5.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data                    45
          5.7 Teknik Analisis Data                                     46
BAB VI    HASIL                                                        47
          6.1 Input Pada Pelaksanaan Program Stop BABS di Wilayah
              Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010                 47
              6.1.1 Sumber daya manusia                                47
              6.1.2 Anggaran                                           49
              6.1.3 Sistem kebijakan operasional                       51
              6.1.4 Metode                                             51
              6.1.5 Peralatan                                          52
              6.1.6 Waktu                                              53
          6.1 Proses                                                   54
          6.2 Hasil                                                    60
          6.3 Penyebab                                                 63
BAB VII   PEMBAHASAN                                                   64
          7.1. Input Pada Pelaksanaan Program Stop BABS di Wilayah
               Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010                64
               7.1.1 Sumber daya manusia                               64
               7.1.2 Anggaran                                          65
               7.1.3 Sistem kebijakan operasional                      66
               7.1.4 Metode                                            71
               7.1.5 Peralatan                                         72
               7.1.6 Waktu                                             72
          7.2. Proses Pada Pelaksanaan Program Stop BABS di Wilayah
               Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010                73
          7.3. Hasil Cakupan Pada Pelaksanaan Program Stop BABS
               di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010     77
          7.4. Penyebab Tidak Berhasilnya Program Stop BABS
               di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010     77
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN                                          81
         8.1 Kesimpulan                                                81
         8.2 Saran                                                     81
DAFTAR PUSTAKA                                                         83
LAMPIRAN



                                     x
DAFTAR TABEL

Nomor                           Judul Tabel                       Halaman


 1.1    Jumlah Desa yang Terpicu Tiap Wilayah Kerja Puskesmas       4
        di Kabupaten Mojokerto Tahun 2010

 5.1    Variabel Penelitian,   Definisi Operasional,   dan Cara     43
        Pengukuran

 6.1    Rekapitulasi Hasil Monitoring Evaluasi Program Stop         60
        BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging


 6.2    Proporsi Jumlah KK yang Menggunakan Sarana Jamban di        61
        Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerto

 6.3    Hasil Cakupan Pelaksanaan Program Stop BABS di              62
        Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010




                                      xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor                          Judul Gambar                      Halaman


 3.1    Transmisi Penyakit Melalui Tinja                           30

        Kerangka Konseptual Evaluasi Pencapaian Program            38
 4.1    Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Wilayah
        Kerja Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerto Tahun
        2008-2010

6.1.    Hasil Cakupan Pelaksanaan Program Stop BABS (Sarana        61
        Jamban) di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Tahun
        2008-2010

6.2.    Hasil Cakupan Pelaksanaan Program Stop BABS (Jamban        62
        Sehat) di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-
        2010




                                      xii
DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1    Pedoman Pelaksanaan STBM

Lampiran 2    Kepmenkes RI nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang Strategi
              Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Lampiran 3    Surat Pengantar dari Kampus Universitas Airlangga untuk Ijin
              Penelitian di Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerto

Lampiran 4    Surat Keterangan Ijin Penelitian dari Kabupaten Mojokerto

Lampiran 5.   Lembar Panduan Wawancara Kepada Petugas Sanitarian
              Puskesmas Pungging dan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto




                                     xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN



Daftar Arti Lambang

%     : persen

Daftar Arti Singkatan

3R           : Reduce, Reuse, and Recycle
AMPL         : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
BAB          : Buang Air Besar
BABS         : Buang Air Besar Sembarangan
CLTS         : Community-Led Total Sanitation
CTPS         : Cuci Tangan Pakai Sabun
Depkes       : Departemen Kesehatan
Kepmenkes    : Keputusan Menteri Kesehatan
KK           : Kepala Keluarga
KLB          : Kejadian Luar Biasa
MDGs         : Millenium Development Goals
Menkes       : Menteri Kesehatan
NGO          : Non-Government Organization
No.          : Nomor
ODF          : Open Defecation Free
PAM-RT       : Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dan Makanan Sehat
PMD          : Pemberdayaan Masyarakat Desa
PSRT         : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Puskesmas    : Pusat Kesehatan Masyarakat
RI           : Republik Indonesia
SDM          : Sumber Daya Manusia
SK           : Surat Keputusan
SKN          : Sistem Kesehatan Nasional
STBM         : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
SToPS        : Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi
TOGA         : Tokoh Agama
TOMAS        : Tokoh Masyarakat
TPS          : Tempat Pengumpulan Sampah sementara
TSSM         : Total Sanitation and Sanitation Marketing
UU           : Undang-undang
VERC’s       : Village Education Resource
WSLIC II     : Water and Sanitation for Low Income Communities in Indonesia




                                    xiv
1



                                      BAB I

                                  PENDAHULUAN




1.1 Latar Belakang

         Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh

   semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan

   kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang

   sehingga diharapkan terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

   setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009). Pelaksanaan

   pembangunan kesehatan harus dilakukan secara berkesinambungan agar

   dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat. Upaya untuk meningkatkan

   derajat kesehatan yang setinggi-tingginya yang tersirat dalam UU RI No. 36

   Tahun 2009 tentang Kesehatan pada awalnya hanya dititikberatkan pada

   upaya kuratif kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah

   keterpaduan     upaya    kesehatan     untuk    seluruh   masyarakat    dengan

   mengikutsertakan masyarakat secara luas yang mencakup upaya promotif,

   preventif,    kuratif,   dan    rehabilitatif   yang   bersifat   terpadu   dan

   berkesinambungan.

         Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai lini terdepan pada

   pembangunan kesehatan juga memiliki tugas pembinaan peran serta

   masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat

   pertama yang menyelengarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan

   berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam

   suatu wilayah tertentu. Pelayanan yang dilaksanakan adalah upaya preventif
2



dan kuratif secara terpadu, menyeluruh, dan dijangkau oleh wilayah kerja

kecamatan atau sebagai kecamatan di kotamadya atau kabupaten (Chayatin

dan Wahid, 2009).

      Sejak tahun 1999 pemerintah telah mengeluarkan suatu ketetapan

desentralisasi.   Desentralisasi   merupakan     pemberian      kewenangan

pemerintahan atau urusan negara kepada rakyat. Desentralisasi digunakan

untuk pemerataan kesehatan melalui reformasi kesehatan atau merupakan alat

untuk meningkatkan kualitas pemerataan kesehatan, menjadi lebih efisien dan

efektif sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal. Hal tersebut ditandai

dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan

(Mishra, dalam Achmadi, 2008).

      Pemerintah telah memberikan ketetapan desentralisasi namun dari

masyarakat belum ada partisipasi dalam pembangunan kesehatan. Tidak

adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan menyebabkan

perencanaan pembangunan hanya sebuah perencanaan belaka dan tidak

memberikan hasil yang nyata. Contoh nyata pada pembangunan Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) di Indonesia 15 tahun terakhir masih

terfokus pada pembangunan sarana umum namun tidak disertai kesadaran

masyarakat dan pemerintah dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat. Hal

tersebut dapat dilihat dari rasa kepemilikan masyarakat terhadap sarana yang

terbangun masih rendah, sehingga berdampak pada penggunaan sarana yang

tidak efektif dan efisien, termasuk pemeliharaannya (Ditjen PP dan PL, 2010).

      Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melalui kementrian kesehatan

mencanangkan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai
3



program nasional. STBM merupakan program pemerintah dalam rangka

memperkuat upaya membudayakan hidup bersih dan sehat, mencegah

penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan

masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk

meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam

pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Upaya

sanitasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852 /Menkes

/SK /IX /2008 yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),

meliputi: tidak buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai

sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah

dengan benar, serta mengelola limbah air rumah tangga dengan aman (Ditjen

PP dan PL, 2011).

     Program STBM tergolong program yang baru dilaksanakan dan tidak

adanya subsidi pada program ini merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan.

Pelaksanaan program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu Stop Buang Air

Besar Sembarangan (Stop BABS). Fokus pertama dilakukan pada Stop BABS

karena pilar tersebut berfungsi sebagai pintu masuk menuju sanitasi total serta

merupakan upaya untuk memutus rantai kontaminasi kotoran manusia

terhadap air baku minum, makanan, dan lainnya. Program ini lebih

menekankan pada perubahan perilaku kelompok masyarakat dengan metode

pemicuan. Pemicuan dilaksanakan dengan cara fasilitasi kepada masyarakat

dalam upaya memperbaiki keadaan sanitasi di lingkungan mereka hingga

mencapai kondisi Open Defecation Free (ODF). Kondisi ODF ditandai

dengan 100% masyarakat telah mempunyai akses BAB di jamban sendiri,
4



 tidak adanya kotoran di lingkungan mereka, serta mereka mampu menjaga

 kebersihan jamban. Di Jawa Timur, sebanyak 19 kabupaten masih berada di

 bawah rata-rata desa ODF (10,28 desa). Dari 19 kabupaten tersebut tambahan

 akses ke jamban sehat di Kabupaten Mojokerto masih rendah yaitu 5.204 jiwa

 dimana jauh dibawah rata-rata jatim sebesar 40.363 jiwa. Berikut pelaksanaan

 program Stop BABS di Kabupaten Mojokerto sampai tahun 2010.

 Tabel 1.1 Jumlah Desa yang Terpicu Tiap Wilayah Kerja Puskesmas di
           Kabupaten Mojokerto Tahun 2010

 No. Puskesmas              Jumlah desa     Jumlah desa terpicu   Jumlah desa ODF
 1.   Sooko                      15                 0             0
 2.   Trowulan                   9                  0             0
 3.   Tawangsari                 7                  0             0
 4.   Puri                       16                 6             0
 5.   Gayaman                    12                 6             0
 6.   Bangsal                    17                 2             0
 7.   Gedeg                      10                 1             0
 8.   Lespadangan                4                  0             0
 9.   Kemlagi                    12                 6             0
 10. Kedungsari                  8                  0             0
 11. Dawarblandong               18                 10            2
 12. Kupang                      9                  0             0
 13. Jetis                       7                  2             0
 14. Mojosari                    11                 2             0
 15. Modopuro                    8                  0             0
 16. Pungging                    12                 7             0
 17. Watukenongo                 7                  0             0
 18. Ngoro                       13                 0             0
 19. Manduro                     6                  0             0
 20. Dlanggu                     16                 0             0
 21. Kutorejo                    9                  0             0
 22. Pesanggrahan                8                  0             0
 23. Pacet                       10                 4             0
 24. Pandan                      10                 0             0
 25. Trawas                      13                 0             0
 26. Gondang                     18                 0             0
 27. Jatirejo                    19                 0             0
 Jumlah                         304                 46            2
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2010
5



        Hampir sebagian besar (63%) Puskesmas belum melaksanakan program

    STBM di wilayah kerjanya. Puskesmas yang telah melaksanakan program

    antara lain Gedeg, Bangsal, Jetis, Mojosari, Pacet, Puri, Gayaman, Kemlagi,

    Pungging, dan Dawarblandong. Target pencapaian yang ditetapkan oleh

    MDGs adalah 67% masyarakat sudah mempunyai akses BAB di jamban sehat.

    Adanya target MDGs tersebut, Provinsi Jawa Timur melakukan program

    percepatan yaitu tahun 2014 sudah mencapai kondisi 100% ODF. Dari

    kebijakan provinsi ditindaklanjuti oleh Kabupaten Mojokerto dengan target

    pencapaian tiap tahun terdapat 2 desa ODF setiap Puskesmas di Mojokerto.

    Oleh karena program telah berjalan 3 tahun sehingga terpenuhinya target

    pada saat tiap Puskesmas telah berhasil melaksanakan pemicuan hingga

    tercapai ODF untuk 6 desa. Pada tabel 1.1 belum ada Puskesmas yang telah

    memenuhi target yaitu pemicuan pada 6 desa dan keenam desa mencapai

    kondisi ODF.

           Pelaksanaan program STBM pilar pertama di wilayah kerja Puskesmas

    Pungging belum mencapai target program. Hal ini mendorong penulis untuk

    mengevaluasi program tersebut, mengidentifikasi faktor penyebab masalah

    tidak tercapainya program melalui pendekatan sistem. Puskesmas yang akan

    menjadi obyek penelitian adalah Puskesmas Pungging karena sudah

    melakukan pemicuan lebih dari 6 desa namun belum sampai pada keadaan

    ODF.

1.2 Identifikasi Masalah

           Dalam model ekologi, faktor lingkungan yang terdiri dari fisik, biologi,

    dan sosial selalu berhubungan dengan faktor Host dan Agent. Lingkungan
6



fisik, biologi, dan sosial yang tidak baik dapat menyebabkan penyakit

(Mukono, 2006).

       Program STBM dilaksanakan pada tahun 2008. Salah satu kecamatan

yang     melaksanakan program tersebut     adalah Kecamatan Pungging.

Puskesmas Pungging terletak di Kecamatan Pungging dengan wilayah kerja

12 desa yaitu Desa Pungging, Tunggal Pager, Randuharjo, Sekar Gadung,

Kalipuro, Lebak Sono, Banjar Tanggul, Janti Langkung, Tempuran, Mojorejo,

Purworejo, dan Curahmojo. Luas wilayah kerja Puskesmas Pungging adalah

48,06 Km2 dengan jumlah penduduk 46.724. Penduduk perempuan lebih

banyak daripada penduduk laki-laki yaitu 28.048 penduduk wanita dan

18.796 penduduk laki-laki. Ditinjau dari ukuran komponen demografi, rasio

jenis kelamin penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pungging sebesar 67.

Angka tersebut jauh dari 100 dimana dapat menimbulkan masalah karena di

wilayah ini kekurangan penduduk laki-laki. Akibatnya antara lain kekurangan

tenaga      laki-laki untuk   melaksanakan pembangunan dalam       hal   ini

pembangunan jamban (Mantra, 2007 dan Slamet, 2006).

       Mayoritas penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pungging bekerja

sebagai petani dalam suatu kelompok tani. Menurut Sugiarto, tingkat

kesejahteraan rumah tangga petani masih belum masuk kategori sejahtera.

Indikasi tersebut disebabkan karena total pengeluaran yang terdiri dari

pengeluaran untuk konsumsi (pangan, bukan makanan) dan biaya produksi

yang dikeluarkan rumah tangga lebih besar dari pendapatan. Hal ini juga

dapat memicu lemahnya kesanggupan masyarakat untuk memenuhi kondisi

sanitasi.
7



      Data    tahun   2010    yang    diperoleh    dari   Puskesmas     Pungging

menunjukkan, kepemilikan sarana jamban sebesar 71% dengan persentase

pengguna jamban sebesar 51%, persentase kepemilikan sarana air bersih

sebesar 59% dimana sebagian besar (68%) menggunakan sumur gali dan

persentase pengguna sebesar 71%, serta di wilayah kerja Puskesmas

pungging memiliki satu Tempat Pengumpulan Sampah sementara (TPS).

Data tersebut menunjukkan sarana air bersih masih belum menjangkau

seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pungging dan diikuti dengan

penggunaan sarana jamban yang rendah dimana belum memenuhi target

MDGs yaitu 67%. Hasil pelaksanaan evaluasi dari Mukherjee dan

Josodipoero (2000), ketersediaan supply air dalam rumah tangga merupakan

salah satu faktor motivator yang dapat mendorong naiknya permintaan

jamban keluarga.

    Rendahnya persentase pengguna jamban menunjukkan masih adanya

masyarakat yang buang air besar sembarangan. Menurut Chandra (2007),

Buang air besar sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air,

tanah, udara, makanan, dan perkembangbiakan lalat. Sesuai dengan model

ekologi, ketika lingkungan buruk akan menyebabkan penyakit. Penyakit yang

dapat terjadi akibat kontaminasi tersebut antara lain tifoid, paratiroid, disentri,

diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan beberapa penyakit infeksi

gastrointestinal lain, serta infeksi parasit lain. Pada daftar sepuluh penyakit

terbanyak pada pelayanan kesehatan rawat jalan Puskesmas Pungging,

penyakit diare termasuk di dalam daftar tersebut.
8



        Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) di Puskesmas

   Pungging yang berhubungan secara langsung dalam pelaksanaan program

   Stop BABS di wilayah kerja Puskesmas Pungging namun tidak aktif antara

   lain dana sehat, Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL), maupun

   Satuan Karya Bhakti Husada (SBH).

        Program nasional STBM pilar pertama bertujuan untuk mengajak

   masyarakat untuk menggunakan jamban sehingga tidak ada lagi masyarakat

   yang buang air besar sembarangan. Namun dari data sekunder yang

   didapatkan masih banyak masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang buang

   air besar sembarangan. Untuk mengetahui hasil program STBM yang lebih

   detail perlu dilakukan evaluasi. Tujuan dari evaluasi program STBM adalah

   sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan

   perencanaan program yang akan datang (Supriyanto dan Damayanti, 2007).

1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah

         Pelaksanaan program STBM masih fokus pada pilar pertama sehingga

   dalam proposal ini peneliti hanya akan mengevaluasi pilar pertama yaitu Stop

   BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Rumusan masalah dari penelitian ini

   antara lain:

   1.    Bagaimana Hasil Pencapaian Program Sanitasi Total Berbasis

         Masyarakat (STBM) khususnya pilar pertama di Wilayah Kerja

         Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerto?

   2.    Apabila hasil pencapaian program STBM pilar pertama belum

         mencapai target, apa saja penyebabnya?
BAB II

                  TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN



2.1 Tujuan Umum

           Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengevaluasi program Sanitasi

    Total Berbasis Masyarakat (STBM) pilar pertama, Stop BABS di wilayah

    kerja Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerto.

2.2 Tujuan Khusus

    1. Mendeskripsikan input dari program STBM pilar pertama di Wilayah

        kerja Puskesmas Pungging

    2. Mendeskripsikan proses dari program STBM pilar pertama di Wilayah

        kerja Puskesmas Pungging

    3. Mendeskripsikan output dari program STBM pilar pertama di Wilayah

        kerja Puskesmas Pungging dan membandingkan dengan target

    4. Mendeskripsikan faktor penyebab tidak berhasilnya program STBM pilar

        pertama di wilayah kerja Puskesmas Pungging

2.3 Manfaat

2.3.1 Bagi peneliti lain

      1.     Sebagai sarana pengaplikasian teori evaluasi dan sanitasi yang telah

             didapatkan selama perkuliahan.

      2.     Sebagai bahan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya yang

             berkaitan dengan program STBM




                                        9
10




2.3.2 Bagi masyarakat

      Sebagai sarana informasi tentang manfaat adanya program STBM bagi

      masyarakat sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

      pelaksanaan program STBM.

2.3.3 Bagi pemerintah

      1.   Sebagai sarana informasi tentang hasil evaluasi program nasional

           pemerintah yang dijalankan di wilayah kerja Puskesmas Pungging

           berdasarkan pencapaian program

      2.   Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan masyarakat

           untuk persiapan meningkatkan kesehatan masyarakat

      3.   Sebagai sarana pertimbangan untuk pihak lintas sektor program

           STBM terutama di wilayah kerja Puskesmas Pungging.

2.3.4 Bagi peneliti

      1.   Sebagai    sarana   mempelajari program   nasional   STBM   yang

           dicanangkan untuk kesehatan masyarakat

      2.   Sebagai sarana melatih kemampuan mengevaluasi program nasional

           kesehatan masyarakat yang dicanangkan oleh pemerintah pada

           pelaksanaannya di wilayah kerja Puskemas Pungging

      3.   Sebagai sarana untuk mempelajari pelaksanaan program terutama

           STBM, sehingga nantinya dalam dunia kerja dapat melaksanakan

           program dengan lebih baik.
BAB III

                           TINJAUAN PUSTAKA




3.1   Puskesmas

3.1.1 Konsep Puskesmas

              Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)        adalah     suatu    unit

       pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan

       kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang

       kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

       menyelenggarakan    kegiatannya     secara   menyeluruh,      terpadu,   dan

       berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam

       suatu wilayah tertentu (Chayatin dan Wahid, 2009).

3.1.2 Fungsi Puskesmas

              Ada tiga fungsi pokok Puskesmas, diantaranya adalah sebagai

       berikut (Chayatin dan Wahid, 2009):

       1.   Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya

       2.   Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

            meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

       3.   Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu

            kepada masyarakat di wilayah kerjanya

       Proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

       1.   Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan

            kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri




                                      11
12



      2.   Memberikan petunjuk kepada masyarakat bagaimana menggali dan

           menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

      3.   Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknik materi dan rujukan

           medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat

      4.   Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

      5.   Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam

           melaksasnakan program Puskesmas.


3.1.3 Wilayah kerja Puskesmas

           Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

      kecamatan. Dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas, terdapat faktor-

      faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor kepadatan penduduk, luas

      daerah    geografis,   dan   keadaan   infrastruktur   lainnya.   Puskesmas

      merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian

      wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati, dengan memperhatikan

      saran teknis dari Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi. Sasaran

      penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30 ribu

      penduduk pada setiap Puskesmas (Chayatin dan Wahid, 2009).

3.1.4 Fasilitas penunjang

               Wilayah kerja Puskesmas yang meliputi kecamatan, tidak dapat

      terjangkau apabila hanya ditangani oleh pihak Puskesmas sendiri. Oleh

      karena itu, perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih

      sederhana yang disebut Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling

      (Chayatin dan Wahid, 2009).
13



1.        Puskesmas pembantu

               Puskesmas pembantu lebih sering dikenal sebagai pustu atau

          pusban, merupakan unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan

          berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-

          kegiatan yang dilakukan puskesemas dalam ruang lingkup wilayah

          yang lebih kecil. Setiap Puskesmas memiliki beberapa Puskesmas

          pembantu di wilayah kerjanya, namun adakalanya Puskesmas tidak

          memiliki Puskesmas pembantu khususnya di daerah perkotaan.

2.        Puskesmas keliling

               Puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan

          keliling dilengkapi kendaraan bermotor roda empat atau perahu

          motor, peralatn kesehatan, peralatan komunikasi, serta sejumlah

          tenaga yang berasal dari Puskesmas. Puskesmas keliling berfungsi

          menunjang dan membantu kegiatan Puskesmas dalam wilayah yang

          belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.

           Kegiatan Puskesmas keliling diantaranya adalah sebagai berikut

     (Chayatin dan Wahid, 2009):

     a.    memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah

           terpencil atau daerah yang tidak atau sulit dijangkau oleh pelayanan

           Puskesmas

     b.    melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa (KLB)

     c.    Dapat diperguanakan sebagai alat transportasi penderita dalam

           rangka rujukan bagi kasus darurat
14



           d.    Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audio

                 visual.

      3.        Bidan desa

                  Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatannya,

           ditempatkan seorang bidan di desa tersebut dan bertanggung jawab

           langsung kepada kepala Puskesmas. Wilayah kerja bidan desa adalah

           satu desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3000 jiwa. Tugas utama

           bidan desa adalah membina peran serta masyarakat melalui pembinaan

           posyandu dan pembinaan kelompok dasawarsa serta pertolongan

           persalinan di rumah penduduk.


3.2   Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

3.2.1 Sejarah STBM

                  STBM merupakan adopsi dari keberhasilan pembangunan sanitasi

       total dengan menerapkan model CLTS (Community-Led Total Sanitation).

       Pendekatan CLTS berasal dari evaluasi oleh Kamal Kar mengenai

       WaterAid dari VERC’s (Village Education Resource). Hasil dari evaluasi

       adalah penemuan pendekatan CLTS dengan metode PRA pada tahun 2000.

       Sejak tahun 2000, melalui pelatihan langsung oleh Kamal Kar dan

       dukungan dari banyak lembaga serta dibantu dengan kunjungan lintas

       Negara, CLTS telah menyebar ke organisasi lain di Bangladesh dan Negara

       lain di Asia selatan dan asia tenggara, afrika, amerika latin, dan timur

       tengah. Lembaga atau instansi yang mensponsori pelatihan ini oleh Kamal

       Kar antara lain the WSP-World Bank, CARE, Concern, WSLIC II (Water

       and Sanitation for Low Income Communities in Indonesia), the Bill and
15



     Melinda Gates Foundation-supported Total Sanitation and Sanitation

     Marketing project in East Java, the Social Fund for Development in Yemen,

     the Irish NGO Vita Refugee Trust International working in Ethiopia, Plan

     International and UNICEF(Kar, K and Chambers, R, 2008).

            Uji coba implementasi CLTS di 6 kabupaten di Indonesia pada

     tahun 2005.   Pada Juni 2006, Departemen Kesehatan mendeklarasikan

     pendekatan CLTS sebagai strategi nasional untuk program sanitasi. Pada

     september 2006, program WSLIC memutuskan untuk menerapkan

     pendekatan CLTS sebagai pengganti pendekatan dana bergulir di seluruh

     lokasi program (36 kabupaten). Pada saat yang sama, beberapa LSM mulai

     mengadopsi pendekatan ini. Mulai Januari sampai Mei 2007, Pemerintah

     Indonesia   bekerja sama dengan Bank Dunia            merancang proyek

     PAMSIMAS di 115 kabupaten. Program ini mengadopsi pendekatan CLTS

     dalam rancangannya (Kepmenkes, 2008).

            Bulan Juli 2007 menjadi periode yang sangat penting bagi

     perkembangan CLTS di Indonesia, karena pemerintah bekerja sama dengan

     Bank Dunia mulai mengimplementasikan sebuah proyek yang mengadopsi

     pendekatan sanitasi total bernama Total Sanitation and Sanitation

     Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (SToPS),

     dan pada tahun 2008 diluncurkannya sanitasi total berbasis masyarakat

     (STBM) sebagai strategi nasional (Kepmenkes, 2008).

3.2.2 Pengertian STBM

            Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan,

     strategi dan program untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui
16



pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Perilaku higiene dan

sanitasi yang dimaksud antara lain tidak buang air besar sembarangan,

mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang

aman, mengelola sampah dengan benar dan mengelola limbah cair rumah

tangga dengan aman. Perilaku tersebut merupakan rangkaian kegiatan

sanitasi total. Selanjutnya rangkaian perilaku tersebut disebut sebagai pilar

STBM. Kelima pilar tersebut merupakan satu kesatuan kegiatan namun

perlu diprioritaskan pilar mana yang paling mendesak. Prioritas

berdasarkan criteria: 1) luasnya akibat (dampak) yang ditimbulkan oleh

prilaku itu; (2) kemampuan masyarakat untuk menanggulangi; (3)

keterdesakan untuk ditanggulangi; (4) keterdesakan, akibat yang akan

timbul apabila persoalan tidak segera ditanggulangi(Menkes, 2008 dan

Ditjen PP dan PL, 2011).

        STBM dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat dimana

masyarakat sadar, mau dan mampu untuk melaksanakan sanitasi total yang

timbul dari dirinya sendiri, bukan melalui paksaan. Melalui cara ini

diharapkan perubahan perilaku tidak terjadi pada saat pelaksanaan

program melainkan berlangsung seterusnya (Depkes RI, 2009).

       Metode yang digunakan dalam STBM adalah metode pemicuan.

Metode pemicuan ini dilaksanakan oleh tim fasilitator dengan cara

memicu masyarakat dalam lingkup komunitas terlebih dahulu untuk

memperbaiki sarana sanitasi sehingga tercapai tujuan dalam hal

memperkuat budaya perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat serta

mencegah penyakit berbasis lingkungan. Faktor-faktor yang harus dipicu
17



antara lain rasa jijik, rasa malu, takut sakit, aspek agama, privacy, dan

kemiskinan. Setelah pemicuan faktor tersebut terlaksana, dibentuklah

komite dari komunitas tersebut. Komite dibentuk agar rencana aksi dari

masyarakat yang terpicu dapat berjalan dengan baik. Selain itu monitoring

dari tim fasilitator juga harus diterapkan. Kegiatan terus dilakukan sampai

tercapai kondisi desa bebas buang air besar sembarangan (ODF/ Open

Defecation Free) (Ditjen PP dan PL, 2011).

       Terdapat 4 Parameter desa ODF antara lain:

1.    Semua rumah tangga mempunyai jamban yang memenuhi syarat

      kesehatan.

2.    Semua sekolah yang berada diwilayah tersebut mempunyai jamban

      yang memenuhi syarat kesehatan dan program perbaikan hygiene.

3.    Semua sarana jamban digunakan dan dipelihara.

4.    Lingkungan tempat tinggal bebas dari kotoran manusia.

       Tujuan umum dari program STBM adalah memicu masyarakat

sehingga dengan kesadarannya sendiri mau menghentikan kebiasaan

buang air besar di tempat terbuka pindah ke tempat tertutup dan terpusat.

       Sedangkan tujuan khusus dari program STBM antara lain (Dinas

Kesehatan Profinsi Jatim):

1.   Memfasilitasi masyarakat sehingga masyarakat dapat mengenali

     permasalahan kesehatan lingkungannya sendiri

2.   Memfasilitasi masyarakat untuk menganalisis masalah kesehatan

     lingkungan mereka dengan memicu perasaan jijik, malu, takut sakit,

     rasa dosa, dan lain sebagainya sehingga muncul kesadaran untuk
18



     merubah perilakunya kearah perilaku hidup bersih dan sehat dengan

     meninggalkan kebiasaan bab di tempat terbuka.

3.   Memunculkan kemauan keras masyarakat untuk membangun jamban

     yang sesuai dengan keinginannya dan kemamuan mereka tanpa

     menunggu bantuan.

     Fasilitasi didefinisikan sebagai tindakan yang mempromosikan,

membantu,     menyederhanakan,    atau   mempermudah      suatu   tugas.

Keterampilan fasilitasi pendidik kesehatan akan membantu membentuk

keseluruhan pengalaman peserta menjadi lebih berarti, bermanfaat, dan

produktif, membantu peserta untuk memberikan kontribusinya dan bekerja

sebagai suatu kelompok, serta menyederhanakan tugas kelompok sehingga

mudah tercapai dan dilaksanakan (Widyastuti, 2008).

     Dalam program ini masyarakat dilibatkan dalam suatu aktivitas.

Keadaan ini dapat memberi stimulasi, sehingga terjadi partisipasi.

Partisipasi selanjutnya menimbulkan interaksi antar anggota masyarakat

sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sehingga timbul

kesadaran tentang keadaan dirinya tersebut atau terjadi realisasi.

Kesadaran atau realisasi inilah yang kemudian menimbulkan keinginan

ataupun dorongan untuk berubah, yakni mengubah keadaannya yang jelek

menjadi baik. Keadaan inilah yang menunjukkkan motif pada diri seorang

telah terbentuk. Atas dasar motif inilah akan terjadi perubahan perilaku

(Slamet, 2006).

     Prinsip dari program nasional STBM antara lain non-subsidi,

kebersamaan, keberpihakan terhadap kelompok miskin, keberpihakan pada
19



     lingkungan, prinsip tanggap kebutuhan, kesetaraan jender, pembangunan

     berbasis masyarakat, dan keberlanjutan (Kepmenkes RI, 2010 dan Ditjen

     PP dan PL, 2011).

3.2.3 Pilar STBM

          Tujuan STBM dapat tercapai dengan terpenuhinya beberapa pilar

     agar kondisi sanitasi total sebagai prasyarat keberhasilan STBM tercapai.

     Beberapa pilar tersebut antara lain (Kemenkes RI, 2010 dan Ditjen PP dan

     PL,2011):

     a) Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)

         Kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak

         membuang air besar di ruang terbuka atau di sembarang tempat.

         Tujuan dari pilar ini adalah mencegah dan menurunkan penyakit diare

         dan penyakit lainnya yang berbasis lingkungan.

     b) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

            Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang

         mengalir pada 5 waktu kritis. Lima waktu kritis tersebut antara lain

         sebelum makan, sesudah makan, setelah BAB atau kontak dengan

         kotoran, setelah mengganti popok bayi, dan sebelum memberikan

         makan bayi. Tujuan jangka panjang dari pilar kedua adalah untuk

         berkontribusi terhadap penurunan kasus diare pada anak balita di

         Indonesia.
20



      c) Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dan Makanan Sehat (PAM-

          RT)

          Suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan pemanfaatan air minum

          dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral

          lainnya. Tujuan dari pilar ketiga adalah untuk mengurangi kejadian

          penyakit yang ditularkan melalui air minum.

      d) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT)

          Proses pengelolaan sampah pada tingkat rumah tangga dengan prinsip

          3R (Reduce, Reuse, and Recycle)

      e) Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (PALRT)

          Proses pengolahan air limbah pada tingkat rumah tangga untuk

          menghindari terciptanya genangan yang berpotensi menimbulkan

          penyakit berbasis lingkungan

          Kelima pilar tersebut diatas perlu dilakukan untuk menjamin

      tercapainya kondisi sanitasi total. Namun, pada pelaksanaan STBM di

      wilayah kerja Puskesmas Pungging, dari kelima pilar masih melaksanakan

      pilar pertama. Pelaksanaan kegiatan hanya dilakukan pada pilar pertama

      atau Stop BABS dimaksudkan agar fokus pada satu kegiatan dan

      mendapatkan hasil yang maksimal. Pada saat masyarakat telah sadar

      bahwa berperilaku hidup bersih dan sehat sangat perlu dilakukan, maka

      pelaksanaan keempat pilar selanjutnya akan lebih mudah dijalankan.

3.2.4 Pilar pertama Stop BABS

          Standar teknis pemicuan dan promosi Stop BABS terdiri dari

      persiapan, pemicuan, dan paska pemicuan.
21



1.   Tahap perencanaan

        Tahap    perencanaan   meliputi:   Advokasi kepada      Pemangku

     kepentingan secara berjenjang, Identifikasi Masalah dan Analisis

     situasi, Penyiapan fasilitator dan Peningkatan kapasitas kelembagaan.

     a. Advokasi kepada pemangku kepentingan secara berjenjang

                Advokasi dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari

        Pemerintah Daerah, Tokoh Masyarakat (TOMAS), Tokoh Agama

        (TOGA), dan penyandang dana agar stakeholder yang terlibat

        dalam kegiatan ini memahami prinsip-prinsip yang berlaku pada

        pengelolaan Stop BABS. Dukungan mereka sangat penting karena

        merupakan panutan masyarakat. Sehingga para tokoh masyarakat

        perlu ditumbuhkan kesadaran dan pemahaman tentang konsep

        STBM terlebih dahulu sebelum melaksanakan pemicuan. Upaya

        menggalang dukungan tokoh masyarakat diharapkan adanya

        kontribusi dalam proses pelaksanaan program mulai perencanaan

        hingga terwujudnya desa ODF (Ditjen PP dan PL, 2011).

                Advokasi adalah upaya persuasi yang mencakup kegiatan-

        kegiatan penyadaran dan rasionalisasi terhadap orang lain yang

        dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu

        program atau kegiatan yang dilaksanakan. Tujuan umum dari

        advokasi adalah diperolehnya komitmen dan dukungan dalam

        upaya kesehatan baik berupa kebijakan, tenaga, dana, saran,

        kemudahan, keikutsertaan dalam kegiatan maupun berbagai bentuk

        lainnya sesuai keadaan dan suasana (Wijono, 2010).
22



b. Identifikasi masalah, kebutuhan dan analisis situasi

            Bersama masyarakat mengidentifikasi masalah yang terjadi

   di wilayah kerja Puskesmas Pungging terutama tentang kejadian

   diare yang cukup tinggi. Tidak semua desa dapat mejadi lokasi

   pemicuan. Lokasi pemicuan lebih efektif apabila daerah itu penuh

   dengan kekumuhan, belum pernah ada pembangunan sarana

   sanitasi dengan pendekatan subsidi, dan pernah menjadi daerah

   dengan angka kejadian diare yang cukup tinggi (Ditjen PP dan PL,

   2011).

            Identifikasi masalah dilakukan dengan menemukan suatu

   kesenjangan antara apa yang diharapkan atau yang telah

   direncanakan. Sedangkan analisis situasi merupakan langkah yang

   sangat diperlukan dalam suatu proses perencanaan karena jika

   dilakukan dengan tepat maka kita dapat mendefinisikan masalah

   sesuai dengan realita yang kita harapkan (Supriyanto dan

   Damayanti, 2007)

c. Penyiapan Fasilitator

            Dalam     rangka     mensosialisasikan        program     dan

   meningkatkan partisipasi masyarakat untuk kegiatan Stop BABS,

   maka diperlukan tenaga fasilitator yang handal, trampil dan

   memahami prinsip fasilitasi yang benar. Tugas utama fasilitator

   adalah    mempersiapkan     dan    melakukan      pemicuan       kepada

   masyarakat. Proses penyiapan fasilitator dapat dilakukan melalui

   seleksi yang dilanjutkan dengan pelatihan. Substansi pelatihan
23



   adalah ketrampilan, pengetahuan, dan sikap sebagai fasilitator serta

   langkah pemicuan untuk pilar Stop BABS. Pelatihan fasilitator ini

   biasanya ada dua macam yaitu pelatihan bagi pelatih (Training Of

   Trainers) dan pelatihan bagi fasilitator.

           Pengembangan SDM kesehatan melalui pendidikan dan

   pelatihan (diklat) merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan

   dalam suatu departemen, instansi, atau organisasi agar pengetahuan

   (knowledge), kemampuan (ability), dan ketrampilan(skill) mereka

   sesuai tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan. Tenaga yang telah

   menduduki suatu jabatan atau pekerjaan tertentu di instansi yang

   bersangkutan perlu mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan

   kemampuan dan ketrampilan. Diklat merupakan suatu bentuk

   investasi pada sumber daya manusia untuk mencapai tingkat

   produktivitas yang optimum (Adisasmito, 2008).

d. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

           Peningkatan kapasitas kelembagaan yang dimaksud adalah

   proses pemahaman lebih lanjut mengenai kebijakan nasional

   AMPL, STBM dan pilar Stop BABS. Sasarannya adalah

   lembaga/institusi   (Pemerintah     dan     Non   Pemerintah)   yang

   mempunyai kaitan langsung dengan program STBM.

           Untuk kegiatan peningkatan kapasitas kelembagaan ini

   Pemerintah Daerah melalui SKPD-nya dapat bekerja sama dengan

   kabupaten lain atau lembaga lain yang bertanggung jawab terhadap

   program AMPL dan STBM. Proses pelaksanaannya dapat
24



          menyertakan personil dari semua SKPD terkait seperti dari unsur

          Dinas Kesehatan, Bappeda, Pemberdayaan Masyarakat Desa

          (PMD) atau nama lain yang sejenis, Dinas Pekerjaan Umum,

          Perguruan Tinggi, LSM dan organisasi masyarakat lainnya (Ditjen

          PP dan PL, 2011).

                  Kerjasama lintas sektor diperlukan karena program-

          program mereka langsung bersentuhan dengan masyarakat yang

          notabene memiliki multimasalah, sehingga dalam penanganannya

          pun harus multidimensi dari berbagai peran institusi yang sinergis.

          Beberapa program pembangunan akan dapat tercapai apabila ada

          kerjasama dengan sektor lain (Adisasmito, 2008).

2.   Tahap pemicuan

     Tahap pemicuan terdiri dari 10 langkah antara lain:

     a.    Pengantar pertemuan

                  Ketua tim fasilitator menyampaikan tujuan kedatangan,

          menjalin keakraban dengan komunitas. Tim fasilitator terdiri dari:

          1.   Leader fasilitator : fasilitator utama

          2.   Co fasilitator     : membantu fasilitator dalam berproses

          3.   Process fasilitator : perekam proses dan hasil

          4.   Environment setter: penjaga suasana diskusi

                  Tujuan dari kedatangan tim fasilitator yaitu belajar tentang

           kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan

           lingkungan dan menyampaikan dengan tegas bahwa kegiatan ini

           tanpa subsidi.
25



b.   Pencairan suasana

     Bertujuan untuk menciptakan suasana akrab antara fasilitator

     dengan komunitas sehingga setiap individu dalam komunitas bisa

     terbuka/ jujur tentang kondisi lingkungan mereka. Pencairan

     suasana bisa dilakukan dengan permainan.

c.   Identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi(sanitasi

     umum dan kotoran manusia)

     Leader fasilitator menanyakan beberapa pertanyaan yang dapat

     menarik perhatian komunitas untuk mengeluarkan suaranya.

     Komunitas       menyebutkan   penggunaan     bahasa    sehari-hari

     mengenai buang air besar dan kotoran manusia.

d.   Pemetaan sanitasi

     Pemetaan sanitasi adalah pemetaan sederhana yang dilakukan

     oleh komunitas untuk mengetahui lokasi BABS. Hal yang ada di

     peta antara lain lokasi rumah, batas kampong, jalan desa, lokasi

     kebun, sawah, kali, lapangan, rumah penduduk (diberi tanda mana

     yang punya dan tidak punya jamban), serta lokasi BABS.

e.   Transect walk

     Transect walk berfungsi untuk memicu rasa jijik. Transect

     dilakukan dengan cara mengajak masyarakat untuk menganalisis

     keadaan sanitasi secara langsung di lapangan dengan menelusuri

     lokasi pemicuan dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

     Memicu rasa jijik bisa dengan cara menawarkan air minum yang
26



     telah dikotori dengan rambut. Kemudian rambut dianalogikan

     sebagai kaki lalat yg telah hinggap di kotoran manusia.

f.   Menghitung volume kotoran tinja

     Perhitungan kotoran adalah menghitung bersama jumlah kotoran

     manusia yang dihasilkan dapat membantu mengilustrasikan

     betapa besarnya permasalahan sanitasi. Perhitungan dilakukan

     dengan satuan gram.

g.   Alur kontaminasi

     Penentuan alur kontaminasi yang dilakukan oleh komunitas

     menggunakan media gambar sketsa kontaminasi dari kotoran ke

     mulut. Tim fasilitator memberikan kebebasan kepada komunitas

     dalam menyusun alur kontaminasi.

h.   Simulasi air yang terkontaminasi

     Tim fasilitator menggunakan rambut ditempelkan ke tinja yang

     dianalogikan seperti kaki lalat yang hinggap di tinja. Kemudian

     rambut dicelupkan ke air minum. Tim fasilitator memicu rasa jijik

     ke peserta dengan meminta mereka untuk meminum air tersebut.

i.   Diskusi dampak (sakit, malu, takut, dosa)

     Setelah dilakukan langkah sebelumnya, tim fasilitator mengajak

     diskusi dengan komunitas berupa pertanyaan-pertanyaan yang

     dapat membakar rasa sakit, malu, takut dan dosa. Pertanyaan

     mengenai kemana mereka BAB keesokan hari, siapa saja yang

     akan mandi di sungai yang banyak orang BAB.
27



     j.   Menyusun rencana program sanitasi

                Tujuan dari tahap ini adalah memfasilitasi masyarakat

          untuk menyusun rencana kerja kegiatan. Mulai dari membentuk

          kelompok kegiatan sanitasi (yang selanjutnya disebut KOMITE).

          Anggota masyarakat yang telah lebih dulu berkeinginan merubah

          kebiasaan BABnya dapat menjadi calon kuat untuk menjadi

          natural leader. Demikian pula para tokoh masyarakat, tokoh

          agama atau kader yang ada di desa.

                Mencatat semua rencana individu tiap keluarga untuk

          menghentikan kebiasaan buang air besar di tempat terbuka sesuai

          dengan komitmen mereka. Gambar peta pada saat pemetaan

          disalin dalam kertas. Pada sesi ini terdapat kendala pada komite

          yaitu masalah dana untuk keluarga yang tidak mampu. Maka

          tugas fasilitator adalah membantu memecahkan masalah dengan

          memberitahukan cara yang telah dilakukan di desa lainnya dalam

          kabupaten.

3.   Paska pemicuan

           Tahap ini tim fasilitator melakukan pendampingan untuk

     menjaga komitmen komite mengenai rencana pembangunan sarana

     sanitasi. Hal yang dilakukan adalah memantau perkembangan

     perubahan perilaku, bimbingan teknis dengan menyampaikan tangga

     sanitasi dan opsi teknologi. Pendampingan dilaksanakan selambat-

     lambatnya 5 hari setelah pemicuan. Selain kepada komite, tim

     fasilitator juga mengadvokasi sasaran tidak langsung yaitu kepala desa
28



          dan perangkatnya. Pendampingan dilakukan hingga desa mencapai

          kondisi ODF. Desa yang telah mencapai status ODF akan

          mendapatkan sertifikasi dan penghargaan. Upaya untuk menjaga

          kondisi ODF dengan mengadakan lomba tingkat kecamatan.

             pemantauan dilaksanakan melalui 2 (dua) mekanisme yaitu:

          Pemantauan yang dilaksanakan oleh masyarakat secara partisipatif

          untuk menilai kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat, dan

          pemantauan yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari

          kecamatan sampai ke pusat.

3.2.5 Indikator pilar pertama STBM

             Terkait dengan penilaian kinerja program, maka diperlukan

      indikator yang dapat dijadikan acuan dalam penilaiannya. Indikator pilar

      pertama / Stop BABS yang digunakan sebagai acuan di Kabupaten

      Mojokerto adalah sebagai berikut:

          1. Proporsi KK yang BAB di jamban sehat sebesar 67%

          2. Jumlah desa yang telah ODF (Open Defecation Free) yaitu dalam

              satu tahun setiap wilayah kerja Puskesmas terdapat 2 desa yang

              telah dipicu dan mencapai keadaan ODF (Open Defecation Free)

              yaitu dalam satu desa 100% bebas dari perilaku buang air besar

              sembarangan.


3.2.6 Buang air besar sembarangan ditinjau dari kesehatan lingkungan

             Ekskreta manusia terutama feses merupakan hasil akhir dari proses

      yang berlangsung dalam tubuh manusia dimana terjadi pemisahan dan

      pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Ditinjau dari
29



kesehatan lingkungan, feses dapat menjadi masalah apabila dalam

pembuangannya         tidak   baik    dan sembarangan.         Buang   air    besar

sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, udara,

makanan, dan perkembangbiakan lalat. Penyakit yang dapat terjadi akibat

kontaminasi tersebut antara lain tifoid, paratiroid, disentri, diare, kolera,

penyakit    cacing,    hepatitis     viral,   dan   beberapa    penyakit     infeksi

gastrointestinal lain, serta infeksi parasit lain. Penyakit tersebut dapat

menjadi beban kesakitan pada komunitas dan juga menjadi penghalang

bagi tercapainya kemajuan di bidang sosial dan ekonomi. Pembuangan

kotoran manusia yang baik merupakan hal yang mendasar bagi keserasian

lingkungan (Chandra, 2009).

         Faktor yang mendorong kegiatan pembuangan tinja secara

sembarangan antara lain tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan

di bidang kesehatan lingkungan yang kurang, dan kebiasaan buruk dalam

pembuangan tinja yang diturunkan dari generasi ke generasi (Chandra,

2007).

         Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan

manusia sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai

perantara, antara lain air , tangan, serangga, tanah, makanan, susu serta

sayuran. Menurut Anderson dan Arnstein (Suparmin dan Soeparman,

2002), terjadinya proses penularan penyakit diperlukan faktor sebagai

berikut :

1. Kuman penyebab penyakit

2. Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab
30



           3. Cara keluar dari sumber

           4. Cara berpindah dari sumber ke inang

           5. Cara masuk ke inang yang baru

           6. Inang yang peka (susceptible)


                             Air

                           Tangan                                                mati
    Tinja                                     Makanan,             Manusia
(Sumber infeksi)                              susu, sayuran      (inang baru)
                                                                                    sakit

                          Serangga/ tikus


                           Tanah

              Gambar 3.1 Transmisi Penyakit Melalui Tinja

                   Sumber: Suparmin dan Soeparman, 2002


                   Sumber terjadinya penyakit, dengan melihat gambar 3.1 Transmisi

          penyakit melalui tinja adalah tinja. Dengan demikian untuk memutus

          terjadinya penularan penyakit dapat dilaksanakan dengan memperbaiki

          sanitasi lingkungan. Tersedianya jamban merupakan usaha untuk

          memperbaiki sanitasi dasar dan dapat memutus rantai penularan penyakit

          (Suparmin dan Soeparman, 2002).

                   Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk

          digunakan sebagai tempat buang air besar. Jamban sehat adalah fasilitas

          pembuangan tinja yang mencegah kontaminasi ke badan air, kontak antara

          manusia dan tinja, bau yang tidak sedap, membuat tinja tidak dapat
31



dihinggapi serangga, serta binatang lainnya, dan konstruksi dudukannya

dibuat dengan baik, aman, dan mudah dibersihkan (WSP-EAP, 2009).

         Faktor yang mempengaruhi ukuran jarak yang aman antara jamban

dengan sumber air minum (Chandra, 2007):

1.   Faktor Hidrobiologi

     faktor hidrobiologi ini meliputi kedalaman air tanah, arah dan

     kecepatan aliran tanah serta lapisan tanah yang berbatu dan berpasir

     memerlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang

     diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah

     liat.

2.   Topografi Tanah

     topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan sudut

     kemiringan tanah.

3.   Metereologi

     Di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus lebih jauh

     dari jamban.

4.   Jenis Mikroorganisme

     bakteri pathogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab. Cacing

     dapat bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan,

     sedangkan pada tanah yang kering hanya dapat bertahan selama 1

     bulan.

5.   Kebudayaan

     Terdapat   kebiasaan masyarakat     yang   membuat    sumur   tanpa

     dilengkapi dengan dinding sumur.
32



      6.   Frekuensi Pemompaan

           akibat makin banyaknya air sumur yang diambil untuk keperluan

           orang banyak, laju aliran air tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi

           kekosongan.

              Pada program STBM, tidak berfokus pada membangun jamban

       melainkan menyadarkan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dan

       kemudian   dengan    kesadaran    tersebut    mereka   berinisiatif   untuk

       membangun jamban sesuai dengan kemampuannya. Pemilihan jamban

       tidak tergantung pada pelaksana program, melainkan berdasarkan

       kemampuan kelompok terpicu. Kelompok terpicu diberikan kebebasan

       dalam menentukan jenis jamban yang akan mereka bangun.

3.3   Evaluasi Program

3.3.1 Pengertian evaluasi program

              Evaluasi   program   STBM      perlu   dilaksanakan    sejak   awal

       perencanaan, saat pelaksanaan, dan hasilnya. Hal ini dimaksudkan agar

       dapat mengetahui gambaran menyeluruh tentang upaya yang telah

       dilakukan dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Adanya

       evaluasi dapat digunakan untuk mengetahui pelaksanaan dan hasil

       program telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau belum, dan

       untuk mengetahui adanya peluang, hambatan, dan kendala yang dihadapi

       untuk bahan pertimbangan pelaksanaan program yang akan datang.

              Evaluasi terutama didasarkan atas pemikiran yang rasional dan

       data yang terukur, agar dalam pengambilan keputusan dalam upaya

       menyelesaikan persoalan atau upaya peningkatan pelayanan berdasarkan
33



     penilaian obyektif yang dapat diperjanggungjawabkan. Kegiatan evaluasi

     adalah melakukan penilaian dengan membandingkan antara hasil yang

     didapat dengan rencana nilai standar atau dengan membandingkan suatu

     nilai sebelum dan sesudah eksperimen atau intervensi program (Wijono,

     2007).


3.3.2 Macam evaluasi

      Secara umum evaluasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu evaluasi

     formatif dan evaluasi sumatif.

     1.   Evaluasi formatif : evaluasi yang dilakukan pada tahap pelaksanaan

          program dengan tujuan memperbaiki program yang sedang berjalan

          dan didasarkan oleh kegiatan sehari-hari, bulan bahkan tahun atau

          waktu relative pendek. Evaluasi formatif dapat dilakukan setiap saat

          selama program berjalan. Manfaat utama dari evaluasi formatif adalah

          untuk memberikan umpan balik pada manajer program tentang

          kemajuan hasil yang dicapai beserta hambatan-hambatan yang

          dihadapi.

     2.   Evaluasi sumatif : evaluasi yang dilakukan untuk melihat hasil

          keseluruhan dari suatu program yang telah selesai dilaksanakan atau

          pada saat tahun anggaran selesai. Hasil dari evaluasi sumatif adalah

          penilaian keberhasilan program. Evaluasi sumatif dilakukan pada

          akhir program atau sekurang-kurangnya 5 tahun setelah program

          dijalankan untuk jenis hasil program yang berupa dampak.
34



3.3.3 Tujuan evaluasi

                     Tujuan diadakannya evaluasi program STBM yang khusus

           pada pilar pertama antara lain (Wijono, 2007; Supriyanto dan

           Damayanti, 2007):

      1.   Supaya penyandang dana yang berkepentingan mengetahui bahwa

           program terlaksana sesuai dengan pembiayaan yang telah dikeluarkan.

      2.   sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program

           dan pengalaman mengenai hambatan atau pelaksanaan program dan

           perencanaan program yang akan datang. Hasil evaluasi akan

           memberikan pengalaman mengenai hambatan atau pelaksanaan

           program yang lalu selanjutnya dapat dipergunakan untuk memperbaiki

           kebijaksanaan dan pelaksanaan program yang akan datang.

      3.   sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber dana, daya, dan

           manajemen (resources) saat ini serta di masa-masa mendatang. Tanpa

           adanya evaluasi akan terjadi pemborosan penggunaan sumber dana

           dan daya yang sebenarnya dapat diadakan penghematan serta

           penggunaan untuk program-program lain.

      4.   Memperbaiki pelaksanaan dan perencanaan kembali suatu program.

           Sehubungan dengan hal ini perlu adanya kegiatan-kegiatan yang

           dilakukan antara lain mengukur kemajuan terhadap target yang

           direncanakan, menentukan sebab dan faktor di dalam maupun di luar

           yang mempengaruhi pelaksanaan program.
35



3.3.4 Mekanisme evaluasi

               Proses kegiatan evaluasi secara keseluruhan dapat disimpulkan atas

      empat dimensi atau langkah kegiatan yaitu (Supriyanto dan Damayanti,

      2007):

      1.   Dimensi kegiatan berpikir secara konseptual

           Kegiatan disini meliputi: a). formulasi tujuan, sasaran, dan manfaat

           evaluasi. b). formulasi sumber dan informasi yang dibutuhkan. c).

           formulasi kriteria yang akan digunakan. d). formulasi model atau

           kerangka kerja atau rancang bangun.

      2.   Dimensi kegiatan operasional

           Kegiatan disini meliputi kegiatan pengumpulan informasi baik melalui

           kegiatan wawancara, observasi, nominal group technique, dan lain-

           lain. Jenis informasi bisa primer maupun sekunder.

      3.   Dimensi kegiatan penilaian

           Kegiatan disini meliputi kegiatan: a). formulasi derajat keberhasilan.

           b). formulasi dan identifikasi masalah. c). formulasi faktor-faktor

           penunjang    dan    penghambat     program.   d).    formulasi   sebab

           ketidakberhasilan program.

      4.   Dimensi kegiatan tindak lanjut

           Kegiatan disini meliputi kegiatan: a). formulasi atau rekomendasi

           tindak pemecahan. b). mekanisme umpan balik. c). Mekanisme

           kebutuhan informasi tambahan. d). Feedback hasil evaluasi kepada

           institusi yang membutuhkan. d). follow up atau monitoring dari

           pelaksanaan tindak koreksi atau pemecahan masalah.
36



3.3.5 Formulasi sumber dan jenis informasi yang dibutuhkan

              Semua informasi yang masuk perlu dianalisis dan dipilih menurut

      kebutuhan dan tujuan dilaksanakan kegiatan evaluasi. Untuk mendapatkan

      informasi yang tepat, adekuat, dan sesuai dengan tujuan evaluasi, dapat

      digunakan beberapa pendekatan. Salah satu pendekatan tersebut adalah

      pendekatan sistem manajemen. Komponen yang ada pada sistem adalah

      input, proses, output, effect atau outcome, dan impact atau dampak. Dalam

      penelitian ini evaluasi hanya sampai pada output. Berikut penjelasan dari

      setiap komponen sistem (Wijono, 2007; Supriyanto dan Damayanti, 2007):

      1.   Masukan (input)

           Yaitu komponen atau unsur program yang diperlukan, termasuk

           metode, peralatan, anggaran, sumber daya manusia, dan sistem

           kebijaksanaan nasional yang harus dikembangkan.

      2.   Proses

           Kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan kebijaksanaan, sesuai

           dengan strategi umum atau operasional. Hal ini mengenai frekuensi

           kegiatan, siapa yang terlibat di dalam masing-masing program.

           Dipandang dari sudut manajemen yang diperlukan adalah pelaksanaan

           dari fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan, dan

           penilaian.

      3.   Keluaran (output)

           Kegiatan yang telah dilaksanakan (dalam jumlah dan waktu) sesuai

           dengan target yang ditetapkan, diukur hasil pencapaian dari program.
37



    Masalah ada pada hasil kerja (output, efek, dan dampak), maka

penyebab masalah ada pada upaya orgranisasi (proses dan input)

(Supriyanto dan Damayanti, 2007).
BAB IV

                             KERANGKA KONSEP




              Input                Proses                  Output

     Sumber         daya           Perencanaan    1. Proporsi KK yang
     manusia     ( man )                             BAB di jamban sehat
                                   pemicuan       2. Proporsi desa yang telah
     Anggaran (money)                                ODF (Open Defecation
                                   Paska
                                   pemicuan          Free)
     Sistem
     kebijaksanaan                                 2. proporsi rumah tangga
     nasional                                         mengelola sampahnya
                                                      dengan benar
     Metode ( Method )
     Peralatan( Machine)                           3. proporsi rumah tangga
                                                      telah menerapkan PAM
     Waktu      ( Time )                              dan makanan yang
                                                      aman
                                                   4. proporsi fasilitas cuci
                                                      tangan (air, sabun,
                                                      sarana cuci tangan),
                                                      sehingga semua orang
                                                      mencuci tangan dengan
                                                      benar
                                                   5. proporsi rumah tangga
                                                      mengelola limbah
                                                      dengan benar




Gambar 4.1     Kerangka Konseptual Evaluasi Pencapaian Program Sanitasi Total
               Berbasis Masyarakat (STBM) di Wilayah Kerja Puskesmas
               Pungging Kabupaten Mojokerto Tahun 2008-2010
Keterangan:
                      : Diteliti

                      : Tidak diteliti


                                           38
39



       Evaluasi yang akan dilakukan menggunakan pendekatan sistem yaitu input

proses  output. Pencapaian suatu program dipengaruhi input yang meliputi:

a. sumber daya manusia (Man)

    sumber daya manusia dalam program Stop BABS merupakan pelaksana dari

    program termasuk pemegang program beserta tim fasilitator.

b. anggaran (Money)

    anggaran yang digunakan dalam melaksanakan program Stop BABS mulai

    dari persiapan hingga tercapainya kondisi ODF

c. sistem kebijaksanaan nasional

    sistem kebijaksanaan nasional merupakan aturan tertulis yang digunakan

    sebagai acuan dalam pelaksanaan program Stop BABS

d. Metode (Method)

    Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara

    kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Metode yang

    digunakan dalam proses yaitu metode pemicuan

e. Peralatan (Machine)

    Semua peralatan yang digunakan untuk mempermudah dan memperlancar

    pelaksanaan program Stop BABS serta menciptakan efisiensi kerja

f. Waktu (Time)

    Waktu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah waktu yang telah

    ditetapkan untuk mencapai kondisi ODF.
40



       Input akan ditransformasikan menjadi output melalui proses yang meliputi:

  1.      Perencanaan

                 Perencanaan dilakukan sebelum melaksanakan pemicuan dengan

           mengacu pada input. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini

           antara lain Advokasi kepada Pemangku kepentingan secara berjenjang,

           Identifikasi Masalah dan Analisis situasi, Penyiapan fasilitator dan

           Peningkatan kapasitas kelembagaan.

  2.      Pemicuan

          Pemicuan meliputi pengantar pertemuan, pencairan suasana, identifikasi

          istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi, pemetaan sanitasi, transect

          walk, menghitung volume kotoran tinja, alur kontaminasi, simulasi air

          yang terkontaminasi, diskusi dampak dan menyusun rencana program

          sanitasi.

  3.      Paska pemicuan

          Paska pemicuan meliputi pendampingan dalam pelaksanaan rencana

          program dari komite, bimbingan teknis, serta advokasi sasaran tidak

          langsung.

        Output dari program STBM dibagi menjadi lima sesuai dengan pilar STBM.

Namun, karena pelaksanaan baru pada pilar pertama sehingga output yang akan

diteliti adalah proporsi KK yang BAB di jamban sehat sebesar 67% dan jumlah

desa yang telah Open Defecation Free (ODF) yaitu dalam satu tahun setiap

wilayah kerja Puskesmas terdapat 2 desa yang telah dipicu dan mencapai keadaan

Open Defecation Free (ODF) yaitu dalam satu desa 100% bebas dari perilaku

buang air besar sembarangan.
BAB V

                         METODE PENELITIAN

5.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian

       Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian evaluatif yakni menilai

   output suatu program yang sedang dilakukan dibandingkan dengan target

   yang telah ditentukan. Hasil dari penilitian ini dapat digunakan untuk

   perbaikan dan atau peningkatan program tersebut (Notoatmodjo, 2010).

       Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dimana lebih

   bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar,

   tidak menekankan pada angka. Alasan menggunakan metode ini karena

   masalah penelitian belum jelas serta untuk memastikan kebenaran data. Pada

   program STBM belum diketahui permasalahannya maka peneliti akan

   melakukan evaluasi program tersebut juga memastikan kebenaran data STBM

   yang ada (Sugiyono, 2011).

       Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan tentang pelaksanaan

   program STBM khususnya pilar pertama yaitu Stop BABS. Pedoman yang

   digunakan   sebagai    alat   evaluasi   adalah   KEPMENKES        RI    No.

   852/MENKES/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis

   Masyarakat dan Pedoman pelaksanaan sanitasi total berbasis masyarakat

   (STBM) yang disusun oleh Dirjen PP dan PL Tahun 2011.

5.2 Obyek Penelitian

      Obyek penelitian diambil secara purposif yaitu semua yang berperan pada

   pelaksanaan program Stop BAB antara lain kepala sub bidang penyehatan

   lingkungan Dinkes Kabupaten Mojokerto, petugas penanggung jawab



                                      41
42



    program STBM di wilayah kerja Puskesmas Pungging, penerima program

    Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau komite pemicuan, dan

    perangkat desa di wilayah kerja Puskesmas Pungging yang telah

    melaksanakan program.


5.3 Lokasi Penelitian

        Lokasi penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto,

    Puskesmas Pungging, tepatnya di wilayah kerja Puskesmas Pungging.

        Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut adalah:

    a. Kabupaten Mojokerto telah melaksanakan program STBM sejak tahun

        2008 namun belum ada Puskesmas yang memenuhi target program

    b. Puskesmas Pungging telah melakukan pemicuan lebih dari 6 desa namun

        adalah Puskesmas Dawarblandong dan Puskesmas Pungging. Namun

        kedua Puskesmas tersebut belum ada desa yang mencapai kondisi ODF.

        Diantara kedua Puskesmas tersebut, Puskesmas Pungging belum pernah

        berhasil menciptakan kondisi ODF di satu desa.

5.4 Waktu Penelitian

          Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2011.

    Kemudian dilanjutkan penyusunan hasil skripsi pada bulan November 2011

    sampai Januari 2012.
43



5.5 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel

Tabel 5.1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Cara Pengukuran

                                                   Cara
No.      Variabel      Definisi Operasional                         Indikator
                                                Pengukuran
1.    Input            Komponen           atau
                       unsur program yang
                       diperlukan
      1) Sumber        Pelaksana          dari wawancara      Berjumlah 5 dan
         daya          program termasuk                       aktif          sampai
         manusia       pemegang program                       tercapainnya kondisi
                       beserta tim fasilitator                ODF. Terdiri dari
                                                              Leader fasilitator,
                                                              Co         fasilitator,
                                                              Process fasilitator ,
                                                              Environment setter:
      2) Anggaran      Anggaran        yang wawancara         Berdasarkan
                       digunakan     dalam                    pengajuan ke dinas
                       melaksanakan                           kesehatan          baik
                       program Stop BABS                      berasal dari APBN,
                       mulai dari persiapan                   APBD,            Pihak
                       hingga tercapainya                     Swasta, BLN, dan
                       kondisi ODF                            Sumber lain yang
                                                              sah dan           tidak
                                                              mengikat.
      3) Peralatan     Semua        peralatan   Wawancara     Adanya        gambar
                       yang        digunakan    dan           sketsa kontaminasi
                       untuk mempermudah        observasi     dari kotoran ke
                       dan memperlancar                       mulut, daftar hadir,
                       pelaksanaan program                    dan     peta      hasil
                       Stop BABS serta                        pemetaan
                       menciptakan
                       efisiensi kerja
      4) Waktu         Waktu yang telah         wawancara     Sampai tahun 2011
                       direncanakan untuk                     dengan    2    kali
                       mencapai       kondisi                 pemicuan    hingga
                       ODF hingga 67%                         mencapai    kondisi
                                                              ODF
      5) Sistem        Aturan tertulis yang     Wawancara     Sesuai dengan yang
         Kebijak-      digunakan sebagai        dan           ada di pedoman
         sanaan        acuan          dalam     penelusuran   STBM
         operasional   pelaksanaan program      dokumen
                       Stop BABS
      6) Metode        Cara kerja untuk         Wawancara     Pelaksanaan
                       mencapai tujuan                        pemicuan



                                                                                Dilanjutan ke …
44

Lanjutan Tabel 5.1.


No.      Variabel     Definisi Operasional         Cara           Indikator
                                                Pengukuran
2.    Proses          Jalannya          suatu
                      rogram mulai dari
                      perencanaan hingga
                      monitoring
      1) Perencana-   Advokasi       kepada     Wawancara    Dilaksanakannya
         an           Pemangku                               program         oleh
                      kepentingan secara                     fasilitator      dan
                      berjenjang,                            adanya      dukungan
                      Identifikasi Masalah                   pemangku
                      dan Analisis situasi,                  kepentingan
                      Penyiapan fasilitator
                      dan      Peningkatan
                      kapasitas
                      kelembagaan
      2) Pemicuan     meliputi pengantar        Wawancara    Adanya         daftar
                      pertemuan,                dan          anggota yang terpicu
                      pencairan suasana,        observasi
                      identifikasi istilah-
                      istilah yang terkait
                      dengan        sanitasi,
                      pemetaan sanitasi,
                      transect          walk,
                      menghitung volume
                      kotoran tinja, alur
                      kontaminasi,
                      simulasi air yang
                      terkontaminasi,
                      diskusi dampak dan
                      menyusun rencana
                      program sanitasi.
      3) Paska        pendampingan              Wawancara    - Dilaksanakan
         pemicuan     dalam pelaksanaan         dan            selambat-
                      rencana      program      observasi      lambatnya 5 hari
                      dari           komite,                   setelah pemicuan
                      bimbingan       teknis,                - Adanya        data
                      serta        advokasi                    pemetaan terbaru
                      sasaran           tidak
                      langsung.




                                                                           Dilanjutan ke …
45
 Lanjutan Tabel 5.1.

No.        Variabel      Definisi Operasional      Cara             Indikator
                                                Pengukuran
3.         Output        Hasil     pencapaian
                         dari program
      1) Proporsi        Perbandingan jumlah    Data          Sebesar 67% pada
         KK yang         KK yang BAB di         sekunder      tahun 2010
         BAB di          jamban sehat dengan
         jamban          jumlah           KK
         sehat           keseluruhan
      2) Jumlah          Banyaknya       desa   Data          dua desa tiap tahun
         desa yang       yang telah mencapai    sekunder      mulai tahun 2008
         telah ODF       kondisi ODF


5.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

             Dalam mengumpulkan data digunakan teknik wawancara dengan

      menggunakan panduan indepth interview dan dokumen sebagai instrumen

      penelitian.

             Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu:

      1.   Data primer

                Data primer yang diperlukan diperoleh dari wawancara indepth

           interview. Wawancara tidak terstruktur ditujukan pada petugas sanitarian,

           dan masyarakat yang telah mengikuti pemicuan dengan panduan indepth

           interview. Sedangkan dalam melakukan identifikasi penyebab masalah

           dilakukan diskusi dengan beberapa pihak yang sangat memahami

           program Stop BABS untuk membuat diagram ishikawa.

      2.   Data sekunder

                Data sekunder yaitu data pencapaian hasil program STBM

           khususnya pilar pertama tahun 2008-2010 yang diambil dari Puskesmas

           Pungging serta data geografi, topografi dan kependudukan dari kantor

           Kecamatan Pungging.
46



5.7 Teknik Analisis Data

      Data yang telah diperoleh dari wawancara akan dianalisis secara deskriptif

   yaitu tentang evaluasi program Stop BABS di wilayah kerja Puskesmas

   Pungging. Evaluasi dilaksanakan dengan menilai faktor input, proses dan

   output dibandingkan dengan target. Hasil pencapaian program Stop BABS

   dari tahun 2008 hingga 2010 disajikan dalam bentuk grafik tren. Sehingga

   dapat diliat sejauh mana tujuan program Stop BABS telah dicapai. Hasil

   pencapaian juga dibandingkan dengan target program Stop BABS. Dari hasil

   tersebut dapat diketahui sejauh mana pencapaian program Stop BABS di

   wilayah kerja Puskesmas Pungging. Kemudian disusun faktor penyebab dari

   tidak berhasilnya    program menggunakan        metode diagram ishikawa

   berdasarkan hasil penilaian input dan proses.
BAB VI

                                   HASIL




6.1 Input Pada Pelaksanaan Program Stop BABS di Wilayah Kerja
    Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010

       Input merupakan komponen atau unsur program yang diperlukan,

   termasuk metode, peralatan, anggaran, sumber daya manusia, dan sistem

   kebijaksanaan nasional yang harus dikembangkan.


   6.1.1 Sumber daya manusia

            Dalam pelaksanaan program Stop BABS di wilayah kerja

        Puskesmas Pungging dibutuhkan beberapa tenaga sanitarian. Program

        Stop BABS dapat berjalan dengan adanya pemegang program.

        Pemegang program Stop BABS bekerja sebagai sanitarian di

        Puskesmas Pungging. Pendidikan terakhir yang telah ditempuh tenaga

        sanitarian adalah D1 SPPH sanitasi. Petugas sanitarian bekerja sebagai

        tenaga sanitarian sejak tahun 1985, Namun baru menangani program

        STBM pada tahun 2008 karena program tersebut baru dicanangkan

        pada tahun tersebut. Sebelum tahun 2008, program yang berkaitan

        dengan sarana sanitasi hanya inspeksi sarana sanitasi. Petugas sanitarian

        saat ini selain mempunyai tugas dalam hal penyehatan lingkungan juga

        menangani keuangan yaitu JPSBK (Jaring Pengaman Sosial Bidang

        Kesehatan).




                                      47
48



    Pelaksanaan program STBM dilakukan dengan cara pemicuan di

lapangan, petugas sanitarian dibantu tenaga sanitarian dari Puskesmas

lainnya dalam satu kabupaten. Selain tenaga sanitarian, bidan desa,

kader, PKK, dan bagian pemberdayaan di kecamatan ikut menjadi

fasilitator. Jumlah tenaga sanitarian yang dibutuhkan dalam satu tim

minimal 5 orang dengan pembagian tugas sebagai leader fasilitator, co-

fasilitator , environment center, content fasilitator, dan process

fasilitator. Satu orang tenaga sanitarian dapat merangkap dua tugas

sekaligus. Fasilitator yang akan melakukan pemicuan di lapangan sudah

pernah mengikuti pelatihan sebelumnya baik dilatih oleh provinsi

maupun dari dinas kesehatan Kabupaten Mojokerto sendiri. Berikut

hasil wawancara di Puskesmas Pungging:

    “…minimal kan 5 orang, ada yang jadi apa, lead, co lead,
    maringono bagian itu suasana, gitu lho. Pokoknya lima itu
    terpakai semua kan. Minimal kan 5….”
    “…ini yang pernah ikut pelatihan ini dari PKK ada, sama
    dari bangdes itu apa y, kaurbang itu lho, yang dilatih. Yang
    nglatih dari dinkes..”

    Menurut pihak dinas kesehatan, Puskesmas Pungging termasuk

aktif pada program STBM. Petugas sanitarian Puskesmas Pungging

sudah melaksanakan dengan baik. Berkaitan dengan jumlah fasilitator,

sesuai dengan pedoman yang ada yaitu terdapat leader fasilitator , co-

fasilitator, environment center, content fasilitator, dan process

fasilitator. Walaupun menurut dinas kesehatan Kabupaten Mojokerto,

fasilitator tidak harus sejumlah 5 orang, karena keterbatasan dana.

Berikut hasil wawancara di dinas kesehatan Kabupaten Mojokerto,
49



         “…tergantung, gak ada minimal. Tapi idealnya ada yang
         namanya leader, co, recordernya. Ada 5 orang itu. Ideal lho
         ya…”

         “ …Gak semuanya dilatih. Tapi sanitariannya semua sudah
         dilatih, ada yang sekali ada yang dua kali. Rata-rata sudah
         semua. Yang memberi pelatihan dari provinsi dan
         kabupaten. Dari program CLTS…”
         “ …fasilitator tu sebelum turun ke lapangan, dia akan
         mendapatkan pelatihan dulu dan sertifikat fasilitator. Seperti
         itu …”

             Pada pedoman pelaksanaan STBM, dalam melaksanakan

      kegiatan PHBS dan Stop BABS diperlukan tenaga fasilitator yang

      handal, trampil dan memahami prinsip fasilitasi yang benar. Fasilitator

      harus mengikuti pelatihan baik pelatihan bagi pelatih/ Training of

      Trainers maupun pelatihan bagi fasilitator. Hal ini sudah dilaksanakan

      oleh pemegang program Stop BABS di Puskesmas Pungging.

      Pemegang program telah mengikuti pelatihan bersama semua tenaga

      sanitarian di Kabupaten Mojokerto. Semua fasilitator yang berperan

      dalam pelaksanaan program yaitu bidan desa, kader, PKK, dan bagian

      kaurbang kecamatan juga sudah mengikuti pelatihan fasilitator oleh

      dinas kesehatan provinsi Jawa Timur maupun dinas kesehatan

      Kabupaten Mojokerto.

6.1.2 Anggaran

         Anggaran dalam melaksanakan program Stop BABS digunakan

    mulai dari persiapan hingga tercapainya kondisi ODF. Anggaran untuk

    melaksanakan program ini tidak ada secara khusus. Tiap tahun dana

    berasal dari sumber yang berbeda. Tahun 2009 berasal dari APBD 1

    dan tahun 2011 berasal dari dana Bantuan Operasional Kesehatan
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm
Evaluasi program stbm

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Diseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologiDiseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologiAfina Permatasari
 
Kebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadis
Kebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadisKebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadis
Kebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadisOca Malawat
 
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...infosanitasi
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)Dhenok Citra Panyuluh
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malariavirgananda
 
Penyediaan air minum pasca bencana
Penyediaan air minum pasca bencana Penyediaan air minum pasca bencana
Penyediaan air minum pasca bencana Gilang Rupaka
 
Analisis Situasi Masalah Kesehatan
Analisis Situasi Masalah KesehatanAnalisis Situasi Masalah Kesehatan
Analisis Situasi Masalah KesehatanMimi S Munadi
 
4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhan
4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhan4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhan
4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhanELFTV
 
Indikator strata-posyandu - copy
Indikator strata-posyandu - copyIndikator strata-posyandu - copy
Indikator strata-posyandu - copymoh ramli
 
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptxPedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptxErniChan1
 
SOP DAMIU.docx
SOP DAMIU.docxSOP DAMIU.docx
SOP DAMIU.docxdayatali1
 
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...Oswar Mungkasa
 
Proses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan Masyarakat
Proses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan MasyarakatProses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan Masyarakat
Proses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan MasyarakatYohanita Tengku
 

Was ist angesagt? (20)

Lokmin puskesmas
Lokmin puskesmasLokmin puskesmas
Lokmin puskesmas
 
Diseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologiDiseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologi
 
Kebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadis
Kebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadisKebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadis
Kebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadis
 
Jamban
JambanJamban
Jamban
 
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
 
Kota sehat
Kota sehatKota sehat
Kota sehat
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malaria
 
Penyediaan air minum pasca bencana
Penyediaan air minum pasca bencana Penyediaan air minum pasca bencana
Penyediaan air minum pasca bencana
 
Analisis Situasi Masalah Kesehatan
Analisis Situasi Masalah KesehatanAnalisis Situasi Masalah Kesehatan
Analisis Situasi Masalah Kesehatan
 
4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhan
4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhan4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhan
4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhan
 
Soal posyandu
Soal posyanduSoal posyandu
Soal posyandu
 
Sanitasi tempat
Sanitasi tempatSanitasi tempat
Sanitasi tempat
 
Pokok bahasan SKD KLB
Pokok bahasan SKD KLBPokok bahasan SKD KLB
Pokok bahasan SKD KLB
 
Indikator strata-posyandu - copy
Indikator strata-posyandu - copyIndikator strata-posyandu - copy
Indikator strata-posyandu - copy
 
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptxPedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptx
 
STBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.pptSTBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.ppt
 
SOP DAMIU.docx
SOP DAMIU.docxSOP DAMIU.docx
SOP DAMIU.docx
 
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
 
Proses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan Masyarakat
Proses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan MasyarakatProses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan Masyarakat
Proses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan Masyarakat
 

Andere mochten auch

Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012Sekretariat STBM
 
Stbm di plan indonesia maret 2012
Stbm di plan indonesia maret 2012Stbm di plan indonesia maret 2012
Stbm di plan indonesia maret 2012Sekretariat STBM
 
02 2 Pilar 2 Ctps Ida Rafiqah
02 2 Pilar 2 Ctps Ida Rafiqah02 2 Pilar 2 Ctps Ida Rafiqah
02 2 Pilar 2 Ctps Ida RafiqahESP Indonesia
 
Roadshow Stbm Wslic2 Bali 130709
Roadshow Stbm Wslic2 Bali 130709Roadshow Stbm Wslic2 Bali 130709
Roadshow Stbm Wslic2 Bali 130709guest0650b0
 
Data terkini cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi indonesia stbm 2011
Data terkini cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi indonesia stbm 2011Data terkini cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi indonesia stbm 2011
Data terkini cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi indonesia stbm 2011Sekretariat STBM
 
P. Wan Alkadri Stbm Indowater
P. Wan Alkadri Stbm IndowaterP. Wan Alkadri Stbm Indowater
P. Wan Alkadri Stbm IndowaterESP Indonesia
 
Implementasi Stbm Di Kab.Smd Juni 2009.Copy
Implementasi Stbm Di Kab.Smd Juni 2009.CopyImplementasi Stbm Di Kab.Smd Juni 2009.Copy
Implementasi Stbm Di Kab.Smd Juni 2009.CopyESP Indonesia
 
Pilar 2 C T P S Ida Rafiqah
Pilar 2  C T P S  Ida  RafiqahPilar 2  C T P S  Ida  Rafiqah
Pilar 2 C T P S Ida RafiqahESP Indonesia
 
Kiat sukses menyusun proposal pkm
Kiat sukses menyusun proposal pkmKiat sukses menyusun proposal pkm
Kiat sukses menyusun proposal pkmSEISMIK BEM UNAIR
 
Pedoman Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Pedoman Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Pedoman Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Pedoman Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Joy Irman
 
151 evaluasi pendidikan
151 evaluasi pendidikan151 evaluasi pendidikan
151 evaluasi pendidikandwicantik
 
Tipe evaluasi program dan kebijakan konsep
Tipe evaluasi program dan kebijakan  konsepTipe evaluasi program dan kebijakan  konsep
Tipe evaluasi program dan kebijakan konsepAgus Dwiyanto
 
Proposal pamstbm
Proposal pamstbmProposal pamstbm
Proposal pamstbmIsmail Bara
 
D E S E N T R A L I S A S I S T B M M U A R A E N I M
D E S E N T R A L I S A S I   S T B M  M U A R A  E N I MD E S E N T R A L I S A S I   S T B M  M U A R A  E N I M
D E S E N T R A L I S A S I S T B M M U A R A E N I MESP Indonesia
 
Dampak, Evaluasi, dan Perubahan Kebijakan
Dampak, Evaluasi, dan Perubahan KebijakanDampak, Evaluasi, dan Perubahan Kebijakan
Dampak, Evaluasi, dan Perubahan KebijakanFahrul Azmi
 
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydrInstitution
 

Andere mochten auch (20)

Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
 
Stbm di plan indonesia maret 2012
Stbm di plan indonesia maret 2012Stbm di plan indonesia maret 2012
Stbm di plan indonesia maret 2012
 
02 2 Pilar 2 Ctps Ida Rafiqah
02 2 Pilar 2 Ctps Ida Rafiqah02 2 Pilar 2 Ctps Ida Rafiqah
02 2 Pilar 2 Ctps Ida Rafiqah
 
Roadshow Stbm Wslic2 Bali 130709
Roadshow Stbm Wslic2 Bali 130709Roadshow Stbm Wslic2 Bali 130709
Roadshow Stbm Wslic2 Bali 130709
 
Data terkini cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi indonesia stbm 2011
Data terkini cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi indonesia stbm 2011Data terkini cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi indonesia stbm 2011
Data terkini cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi indonesia stbm 2011
 
P. Wan Alkadri Stbm Indowater
P. Wan Alkadri Stbm IndowaterP. Wan Alkadri Stbm Indowater
P. Wan Alkadri Stbm Indowater
 
Implementasi Stbm Di Kab.Smd Juni 2009.Copy
Implementasi Stbm Di Kab.Smd Juni 2009.CopyImplementasi Stbm Di Kab.Smd Juni 2009.Copy
Implementasi Stbm Di Kab.Smd Juni 2009.Copy
 
Pilar 2 C T P S Ida Rafiqah
Pilar 2  C T P S  Ida  RafiqahPilar 2  C T P S  Ida  Rafiqah
Pilar 2 C T P S Ida Rafiqah
 
Kiat sukses menyusun proposal pkm
Kiat sukses menyusun proposal pkmKiat sukses menyusun proposal pkm
Kiat sukses menyusun proposal pkm
 
Pedoman Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Pedoman Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Pedoman Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Pedoman Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
 
151 evaluasi pendidikan
151 evaluasi pendidikan151 evaluasi pendidikan
151 evaluasi pendidikan
 
Tipe evaluasi program dan kebijakan konsep
Tipe evaluasi program dan kebijakan  konsepTipe evaluasi program dan kebijakan  konsep
Tipe evaluasi program dan kebijakan konsep
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
Proposal pamstbm
Proposal pamstbmProposal pamstbm
Proposal pamstbm
 
D E S E N T R A L I S A S I S T B M M U A R A E N I M
D E S E N T R A L I S A S I   S T B M  M U A R A  E N I MD E S E N T R A L I S A S I   S T B M  M U A R A  E N I M
D E S E N T R A L I S A S I S T B M M U A R A E N I M
 
Dampak, Evaluasi, dan Perubahan Kebijakan
Dampak, Evaluasi, dan Perubahan KebijakanDampak, Evaluasi, dan Perubahan Kebijakan
Dampak, Evaluasi, dan Perubahan Kebijakan
 
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
 
Sanitasi total berbasis masyarakat lampung tengah
Sanitasi total berbasis masyarakat lampung tengahSanitasi total berbasis masyarakat lampung tengah
Sanitasi total berbasis masyarakat lampung tengah
 
Sri rahayu
Sri rahayuSri rahayu
Sri rahayu
 
Cover depan
Cover depanCover depan
Cover depan
 

Ähnlich wie Evaluasi program stbm

Kurikulum dan modul pelatihan stbm bagi dosen jurusan kesling poltekes di ind...
Kurikulum dan modul pelatihan stbm bagi dosen jurusan kesling poltekes di ind...Kurikulum dan modul pelatihan stbm bagi dosen jurusan kesling poltekes di ind...
Kurikulum dan modul pelatihan stbm bagi dosen jurusan kesling poltekes di ind...Purwowidi Astanto
 
Dhita ayu pratami 110810301006 1
Dhita ayu pratami   110810301006 1Dhita ayu pratami   110810301006 1
Dhita ayu pratami 110810301006 1indanaputri
 
Wahyu Manggala Putra - fkik.pdf
Wahyu Manggala Putra - fkik.pdfWahyu Manggala Putra - fkik.pdf
Wahyu Manggala Putra - fkik.pdfPedroDaSilvaTL
 
Kel 1A Penyehatan Permukommjmi;' (1).pdf
Kel 1A Penyehatan Permukommjmi;' (1).pdfKel 1A Penyehatan Permukommjmi;' (1).pdf
Kel 1A Penyehatan Permukommjmi;' (1).pdfDEBBYNURCHAIRUNNISA
 
Panduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdf
Panduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdfPanduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdf
Panduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdfachmadlukmanhakim1
 
LAporan PKL BALAI PARU
LAporan PKL BALAI PARULAporan PKL BALAI PARU
LAporan PKL BALAI PARUsawitrieka
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)YayangHartini
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kepMan it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kepFebiFrastikaYuniar
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kepMan it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kepdianoktaviani10
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kepMan it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kepYayangHartini
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)FebiFrastikaYuniar
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep AgisIrham
 
Panduan komunitas
Panduan komunitas Panduan komunitas
Panduan komunitas heri stks
 
24881-Article Text-65657-1-10-20190216.pdf
24881-Article Text-65657-1-10-20190216.pdf24881-Article Text-65657-1-10-20190216.pdf
24881-Article Text-65657-1-10-20190216.pdferlindasst
 

Ähnlich wie Evaluasi program stbm (20)

Kurikulum dan modul pelatihan stbm bagi dosen jurusan kesling poltekes di ind...
Kurikulum dan modul pelatihan stbm bagi dosen jurusan kesling poltekes di ind...Kurikulum dan modul pelatihan stbm bagi dosen jurusan kesling poltekes di ind...
Kurikulum dan modul pelatihan stbm bagi dosen jurusan kesling poltekes di ind...
 
Dhita ayu pratami 110810301006 1
Dhita ayu pratami   110810301006 1Dhita ayu pratami   110810301006 1
Dhita ayu pratami 110810301006 1
 
Wahyu Manggala Putra - fkik.pdf
Wahyu Manggala Putra - fkik.pdfWahyu Manggala Putra - fkik.pdf
Wahyu Manggala Putra - fkik.pdf
 
Kel 1A Penyehatan Permukommjmi;' (1).pdf
Kel 1A Penyehatan Permukommjmi;' (1).pdfKel 1A Penyehatan Permukommjmi;' (1).pdf
Kel 1A Penyehatan Permukommjmi;' (1).pdf
 
Panduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdf
Panduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdfPanduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdf
Panduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdf
 
LAporan PKL BALAI PARU
LAporan PKL BALAI PARULAporan PKL BALAI PARU
LAporan PKL BALAI PARU
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kepMan it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kepMan it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kepMan it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
 
Jurnal klinik sanitasi
Jurnal klinik sanitasiJurnal klinik sanitasi
Jurnal klinik sanitasi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
09 e00626
09 e0062609 e00626
09 e00626
 
Mck
MckMck
Mck
 
Panduan komunitas
Panduan komunitas Panduan komunitas
Panduan komunitas
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
24881-Article Text-65657-1-10-20190216.pdf
24881-Article Text-65657-1-10-20190216.pdf24881-Article Text-65657-1-10-20190216.pdf
24881-Article Text-65657-1-10-20190216.pdf
 
Ppgb 2008 ida_yustina
Ppgb 2008 ida_yustinaPpgb 2008 ida_yustina
Ppgb 2008 ida_yustina
 

Evaluasi program stbm

  • 1. SKRIPSI EVALUASI PENCAPAIAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2008-2010 Oleh: AULIYA JAYANTI UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2012 i
  • 2. SKRIPSI EVALUASI PENCAPAIAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2008-2010 Oleh: AULIYA JAYANTI NIM 100710174 UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2012 ii
  • 3. PENGESAHAN Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) pada tanggal 23 Februari 2012 Mengesahkan Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat Dekan, Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S. NIP. 195603031987012001 Tim Penguji : 1. Arief Hargono, drg., M.Kes 2. Prof. Soedjajadi, dr., M.S., Ph.D 3. Endah Yudiantini, dr., M.M iii
  • 4. SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Oleh: AULIYA JAYANTI NIM 100710174 Surabaya, 27 Februari 2012 Mengetahui, Menyetujui, Ketua Departemen, Pembimbing, Sudarmaji, S.KM., M.Kes Prof. Soedjajadi Keman, dr., M.S., Ph.D NIP 197212101997021001 NIP 195203151979031008 iv
  • 5. SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Auliya Jayanti NIM : 100710174 Program Studi : Kesehatan Masyarakat Fakultas : Kesehatan Masyarakat Jenjang : Sarjana (S1) Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul : “EVALUASI PENCAPAIAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2008-2010” Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Surabaya, 27 Februari 2012 Auliya Jayanti NIM 100710174 v
  • 6. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya skripsi dengan judul “EVALUASI PENCAPAIAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2008-2010”, sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Dalam skripsi ini dijabarkan bagaimana hasil evaluasi dari program STBM di wilayah kerja Puskesmas Pungging. Sehingga dari hasil evaluasi dapat diketahui faktor input, proses, dan output dari pelaksanaan program tersebut pada tahun 2008-2010. Dari hasil tersebut disusun rekomendasi untuk pelaksanaan program selanjutnya. Hasil dari penelitian ini pelaksanaan program Stop BABS belum berhasil dikarenakan oleh empat faktor yaitu metode yang kurang baik, lingkungan baik manusia maupun fisik, dan kurangnya anggaran. Padahal buang air besar sembarangan dapat berakibat buruk bagi masyarakat itu sendiri, namun masyarakat belum memprioritaskan pembangunan jamban. Pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Soedjajadi Keman, dr., M.S., Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan telaten memberikan petunjuk, koreksi, serta saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan tidak lupa pula penulis sampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga 2. Sudarmaji, S.KM., M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat 3. Kedua orang tua (Papa Anam dan Mama Elly), saudara saya yang tiada hentinya memberikan cinta, semangat serta bantuan yang sangat berarti. I always love my mom, pap, big bro, Rio dan keluarga besar Bani Sail. 4. Bu Endik, Bu diah, Bu Titis, Pak Jaka, Pak Yusron atas izin penelitian di Kabupaten Mojokerto dan tak pernah lelah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Peluk hangat untuk bapak dan ibu. 5. Shelly, Mbak Dian, Raras, Slipi, d’coster (Irma, Wulan, Nana, Putu), indro, Novie Putri, Mbak Rizki plus Rara cantik, Mas Raka, Koko Tito atas dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. Love u all. 6. Intan, Lilik, Retty, Sani, Mbak Nurma sebagai konsultan saya serta teman seperjuangan akhir, Anita, Eros, dan Icha sexy. Sukses buat kita semua.. 7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut membantu terselesaikannya penyusunan proposal skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan baik dari segi materi maupun penulisannya, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan guna perbaikan. Surabaya, Februari 2012 vi
  • 7. ABSTRACT Construction of Water Supply and Sanitation in Indonesia in the last 15 years are still focused on the development of facilities but is not accompanied by public awareness. While the government has set a decentralization in the hope of community participation in health development increased. The aim of this study was to evaluated national program in 2008 : the Community-Led Total Sanitation (CLTS) program especially the first pillar and to identify factors causing the failure of the implementation of the program. This type of research was the evaluation of qualitative approaches. Interviews were conducted purposively to those who know the program was in the working area of Pungging Public Health Center Mojokerto. Secondary data obtained from the health profile of the district health office and Pungging public health center Mojokerto. Achievement of program outcomes, managing the program has conducted more than 6 triggers the village but there is no village that reached the state of Open Defecation Free (ODF). MDGs target of 67%, Pungging public health center still cover 65%. Identification of factor inputs and processes were still founddiscrepancies with the guidelines. The conclusion could be drawn was the achievement of program CLTS first pillar in the working area Pungging public health centers does not meet the target number of ODF villages. The lack factors such as methods have not been going well, the lack of budget and physical and human environments that does not support. Keywords: Program Evaluation, CLTS, and ODF vii
  • 8. ABSTRAK Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) di Indonesia dalam 15 tahun terakhir masih berfokus pada pembangunan sarana namun tidak disertai kesadaran masyarakat. Sedangkan pemerintah telah menetapkan desentralisasi dengan harapan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi program nasional STBM tahun 2008: program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) terutama pilar pertama dan mengidentifikasi faktor penyebab dari kegagalan pelaksanaan program. Jenis penelitian ini adalah evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Wawancara dilakukan secara purposive kepada pihak yang mengetahui program tersebut di wilayah kerja Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerto. Data sekunder diperoleh dari profil kesehatan dari dinas kesehatan Kabupaten Mojokerto dan Puskesmas Pungging. Hasil pencapaian program, Pelaksana program telah melaksanakan pemicuan lebih dari 6 desa namun belum ada desa yang mencapai keadaan Open Defecation Free (ODF). Dari target MDGs 67%, Puskesmas Pungging masih mencakup 65%. Identifikasi faktor input dan proses didapatkan masih adanya ketidaksesuaian dengan pedoman. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah pencapaian program STBM pilar pertama di wilayah kerja Puskesmas Pungging belum memenuhi target jumlah desa ODF. Faktor penyebab kegagalah antara lain metode yang belum berjalan dengan baik, kurangnya anggaran dan lingkungan fisik maupun manusia yang belum mendukung. Kata kunci: Evaluasi program, STBM, dan ODF viii
  • 9. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ii HALAMAN PENGESAHAN iii HALAMAN PERSETUJUAN iv SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS v KATA PENGANTAR vi ABSTRACT vii ABSTRAK viii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiii DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xiv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Identifikasi Masalah 5 1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah 8 BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 9 2.1 Tujuan Umum 9 2.2 Tujuan Khusus 9 2.3 Manfaat 9 2.3.1 Bagi peneliti lain 9 2.3.2 Bagi masyarakat 10 2.3.3 Bagi pemerintah 10 2.3.4 Bagi peneliti 10 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 11 3.1 Puskesmas 11 3.1.1 Konsep Puskesmas 11 3.1.2 Fungsi Puskesmas 11 3.1.3 Wilayah kerja Puskesmas 12 3.1.4 Fasilitas penunjang 12 3.2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 14 3.2.1 Sejarah STBM 14 3.2.2 Pengertian STBM 15 3.2.3 Pilar STBM 19 3.2.4 Pilar pertama Stop BABS 20 3.2.5 Indikator pilar pertama STBM 28 3.2.6 Buang air besar sembarangan ditinjau dari kesehatan lingkungan 28 3.3 Evaluasi Program 32 3.3.1 Pengertian evaluasi program 32 3.3.2 Macam evaluasi 33 3.3.3 Tujuan evaluasi 34 3.3.4 Mekanisme evaluasi 35 ix
  • 10. 3.3.5 Formulasi sumber dan jenis informasi yang dibutuhkan36 BAB IV KERANGKA KONSEP 38 BAB V METODE PENELITIAN 41 5.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian 41 5.2 Obyek Penelitian 41 5.3 Lokasi Penelitian 42 5.4 Waktu Penelitian 42 5.5 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel 43 5.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 45 5.7 Teknik Analisis Data 46 BAB VI HASIL 47 6.1 Input Pada Pelaksanaan Program Stop BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010 47 6.1.1 Sumber daya manusia 47 6.1.2 Anggaran 49 6.1.3 Sistem kebijakan operasional 51 6.1.4 Metode 51 6.1.5 Peralatan 52 6.1.6 Waktu 53 6.1 Proses 54 6.2 Hasil 60 6.3 Penyebab 63 BAB VII PEMBAHASAN 64 7.1. Input Pada Pelaksanaan Program Stop BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010 64 7.1.1 Sumber daya manusia 64 7.1.2 Anggaran 65 7.1.3 Sistem kebijakan operasional 66 7.1.4 Metode 71 7.1.5 Peralatan 72 7.1.6 Waktu 72 7.2. Proses Pada Pelaksanaan Program Stop BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010 73 7.3. Hasil Cakupan Pada Pelaksanaan Program Stop BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010 77 7.4. Penyebab Tidak Berhasilnya Program Stop BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010 77 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 81 8.1 Kesimpulan 81 8.2 Saran 81 DAFTAR PUSTAKA 83 LAMPIRAN x
  • 11. DAFTAR TABEL Nomor Judul Tabel Halaman 1.1 Jumlah Desa yang Terpicu Tiap Wilayah Kerja Puskesmas 4 di Kabupaten Mojokerto Tahun 2010 5.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Cara 43 Pengukuran 6.1 Rekapitulasi Hasil Monitoring Evaluasi Program Stop 60 BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging 6.2 Proporsi Jumlah KK yang Menggunakan Sarana Jamban di 61 Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerto 6.3 Hasil Cakupan Pelaksanaan Program Stop BABS di 62 Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010 xi
  • 12. DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Gambar Halaman 3.1 Transmisi Penyakit Melalui Tinja 30 Kerangka Konseptual Evaluasi Pencapaian Program 38 4.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerto Tahun 2008-2010 6.1. Hasil Cakupan Pelaksanaan Program Stop BABS (Sarana 61 Jamban) di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010 6.2. Hasil Cakupan Pelaksanaan Program Stop BABS (Jamban 62 Sehat) di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008- 2010 xii
  • 13. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Pelaksanaan STBM Lampiran 2 Kepmenkes RI nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Lampiran 3 Surat Pengantar dari Kampus Universitas Airlangga untuk Ijin Penelitian di Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerto Lampiran 4 Surat Keterangan Ijin Penelitian dari Kabupaten Mojokerto Lampiran 5. Lembar Panduan Wawancara Kepada Petugas Sanitarian Puskesmas Pungging dan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto xiii
  • 14. DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN Daftar Arti Lambang % : persen Daftar Arti Singkatan 3R : Reduce, Reuse, and Recycle AMPL : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan BAB : Buang Air Besar BABS : Buang Air Besar Sembarangan CLTS : Community-Led Total Sanitation CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun Depkes : Departemen Kesehatan Kepmenkes : Keputusan Menteri Kesehatan KK : Kepala Keluarga KLB : Kejadian Luar Biasa MDGs : Millenium Development Goals Menkes : Menteri Kesehatan NGO : Non-Government Organization No. : Nomor ODF : Open Defecation Free PAM-RT : Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dan Makanan Sehat PMD : Pemberdayaan Masyarakat Desa PSRT : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat RI : Republik Indonesia SDM : Sumber Daya Manusia SK : Surat Keputusan SKN : Sistem Kesehatan Nasional STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat SToPS : Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi TOGA : Tokoh Agama TOMAS : Tokoh Masyarakat TPS : Tempat Pengumpulan Sampah sementara TSSM : Total Sanitation and Sanitation Marketing UU : Undang-undang VERC’s : Village Education Resource WSLIC II : Water and Sanitation for Low Income Communities in Indonesia xiv
  • 15. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga diharapkan terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009). Pelaksanaan pembangunan kesehatan harus dilakukan secara berkesinambungan agar dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya yang tersirat dalam UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada awalnya hanya dititikberatkan pada upaya kuratif kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat secara luas yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bersifat terpadu dan berkesinambungan. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai lini terdepan pada pembangunan kesehatan juga memiliki tugas pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelengarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Pelayanan yang dilaksanakan adalah upaya preventif
  • 16. 2 dan kuratif secara terpadu, menyeluruh, dan dijangkau oleh wilayah kerja kecamatan atau sebagai kecamatan di kotamadya atau kabupaten (Chayatin dan Wahid, 2009). Sejak tahun 1999 pemerintah telah mengeluarkan suatu ketetapan desentralisasi. Desentralisasi merupakan pemberian kewenangan pemerintahan atau urusan negara kepada rakyat. Desentralisasi digunakan untuk pemerataan kesehatan melalui reformasi kesehatan atau merupakan alat untuk meningkatkan kualitas pemerataan kesehatan, menjadi lebih efisien dan efektif sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan (Mishra, dalam Achmadi, 2008). Pemerintah telah memberikan ketetapan desentralisasi namun dari masyarakat belum ada partisipasi dalam pembangunan kesehatan. Tidak adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan menyebabkan perencanaan pembangunan hanya sebuah perencanaan belaka dan tidak memberikan hasil yang nyata. Contoh nyata pada pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) di Indonesia 15 tahun terakhir masih terfokus pada pembangunan sarana umum namun tidak disertai kesadaran masyarakat dan pemerintah dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat. Hal tersebut dapat dilihat dari rasa kepemilikan masyarakat terhadap sarana yang terbangun masih rendah, sehingga berdampak pada penggunaan sarana yang tidak efektif dan efisien, termasuk pemeliharaannya (Ditjen PP dan PL, 2010). Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melalui kementrian kesehatan mencanangkan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai
  • 17. 3 program nasional. STBM merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya membudayakan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Upaya sanitasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852 /Menkes /SK /IX /2008 yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), meliputi: tidak buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar, serta mengelola limbah air rumah tangga dengan aman (Ditjen PP dan PL, 2011). Program STBM tergolong program yang baru dilaksanakan dan tidak adanya subsidi pada program ini merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan. Pelaksanaan program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS). Fokus pertama dilakukan pada Stop BABS karena pilar tersebut berfungsi sebagai pintu masuk menuju sanitasi total serta merupakan upaya untuk memutus rantai kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku minum, makanan, dan lainnya. Program ini lebih menekankan pada perubahan perilaku kelompok masyarakat dengan metode pemicuan. Pemicuan dilaksanakan dengan cara fasilitasi kepada masyarakat dalam upaya memperbaiki keadaan sanitasi di lingkungan mereka hingga mencapai kondisi Open Defecation Free (ODF). Kondisi ODF ditandai dengan 100% masyarakat telah mempunyai akses BAB di jamban sendiri,
  • 18. 4 tidak adanya kotoran di lingkungan mereka, serta mereka mampu menjaga kebersihan jamban. Di Jawa Timur, sebanyak 19 kabupaten masih berada di bawah rata-rata desa ODF (10,28 desa). Dari 19 kabupaten tersebut tambahan akses ke jamban sehat di Kabupaten Mojokerto masih rendah yaitu 5.204 jiwa dimana jauh dibawah rata-rata jatim sebesar 40.363 jiwa. Berikut pelaksanaan program Stop BABS di Kabupaten Mojokerto sampai tahun 2010. Tabel 1.1 Jumlah Desa yang Terpicu Tiap Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Mojokerto Tahun 2010 No. Puskesmas Jumlah desa Jumlah desa terpicu Jumlah desa ODF 1. Sooko 15 0 0 2. Trowulan 9 0 0 3. Tawangsari 7 0 0 4. Puri 16 6 0 5. Gayaman 12 6 0 6. Bangsal 17 2 0 7. Gedeg 10 1 0 8. Lespadangan 4 0 0 9. Kemlagi 12 6 0 10. Kedungsari 8 0 0 11. Dawarblandong 18 10 2 12. Kupang 9 0 0 13. Jetis 7 2 0 14. Mojosari 11 2 0 15. Modopuro 8 0 0 16. Pungging 12 7 0 17. Watukenongo 7 0 0 18. Ngoro 13 0 0 19. Manduro 6 0 0 20. Dlanggu 16 0 0 21. Kutorejo 9 0 0 22. Pesanggrahan 8 0 0 23. Pacet 10 4 0 24. Pandan 10 0 0 25. Trawas 13 0 0 26. Gondang 18 0 0 27. Jatirejo 19 0 0 Jumlah 304 46 2 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2010
  • 19. 5 Hampir sebagian besar (63%) Puskesmas belum melaksanakan program STBM di wilayah kerjanya. Puskesmas yang telah melaksanakan program antara lain Gedeg, Bangsal, Jetis, Mojosari, Pacet, Puri, Gayaman, Kemlagi, Pungging, dan Dawarblandong. Target pencapaian yang ditetapkan oleh MDGs adalah 67% masyarakat sudah mempunyai akses BAB di jamban sehat. Adanya target MDGs tersebut, Provinsi Jawa Timur melakukan program percepatan yaitu tahun 2014 sudah mencapai kondisi 100% ODF. Dari kebijakan provinsi ditindaklanjuti oleh Kabupaten Mojokerto dengan target pencapaian tiap tahun terdapat 2 desa ODF setiap Puskesmas di Mojokerto. Oleh karena program telah berjalan 3 tahun sehingga terpenuhinya target pada saat tiap Puskesmas telah berhasil melaksanakan pemicuan hingga tercapai ODF untuk 6 desa. Pada tabel 1.1 belum ada Puskesmas yang telah memenuhi target yaitu pemicuan pada 6 desa dan keenam desa mencapai kondisi ODF. Pelaksanaan program STBM pilar pertama di wilayah kerja Puskesmas Pungging belum mencapai target program. Hal ini mendorong penulis untuk mengevaluasi program tersebut, mengidentifikasi faktor penyebab masalah tidak tercapainya program melalui pendekatan sistem. Puskesmas yang akan menjadi obyek penelitian adalah Puskesmas Pungging karena sudah melakukan pemicuan lebih dari 6 desa namun belum sampai pada keadaan ODF. 1.2 Identifikasi Masalah Dalam model ekologi, faktor lingkungan yang terdiri dari fisik, biologi, dan sosial selalu berhubungan dengan faktor Host dan Agent. Lingkungan
  • 20. 6 fisik, biologi, dan sosial yang tidak baik dapat menyebabkan penyakit (Mukono, 2006). Program STBM dilaksanakan pada tahun 2008. Salah satu kecamatan yang melaksanakan program tersebut adalah Kecamatan Pungging. Puskesmas Pungging terletak di Kecamatan Pungging dengan wilayah kerja 12 desa yaitu Desa Pungging, Tunggal Pager, Randuharjo, Sekar Gadung, Kalipuro, Lebak Sono, Banjar Tanggul, Janti Langkung, Tempuran, Mojorejo, Purworejo, dan Curahmojo. Luas wilayah kerja Puskesmas Pungging adalah 48,06 Km2 dengan jumlah penduduk 46.724. Penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki yaitu 28.048 penduduk wanita dan 18.796 penduduk laki-laki. Ditinjau dari ukuran komponen demografi, rasio jenis kelamin penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pungging sebesar 67. Angka tersebut jauh dari 100 dimana dapat menimbulkan masalah karena di wilayah ini kekurangan penduduk laki-laki. Akibatnya antara lain kekurangan tenaga laki-laki untuk melaksanakan pembangunan dalam hal ini pembangunan jamban (Mantra, 2007 dan Slamet, 2006). Mayoritas penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pungging bekerja sebagai petani dalam suatu kelompok tani. Menurut Sugiarto, tingkat kesejahteraan rumah tangga petani masih belum masuk kategori sejahtera. Indikasi tersebut disebabkan karena total pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi (pangan, bukan makanan) dan biaya produksi yang dikeluarkan rumah tangga lebih besar dari pendapatan. Hal ini juga dapat memicu lemahnya kesanggupan masyarakat untuk memenuhi kondisi sanitasi.
  • 21. 7 Data tahun 2010 yang diperoleh dari Puskesmas Pungging menunjukkan, kepemilikan sarana jamban sebesar 71% dengan persentase pengguna jamban sebesar 51%, persentase kepemilikan sarana air bersih sebesar 59% dimana sebagian besar (68%) menggunakan sumur gali dan persentase pengguna sebesar 71%, serta di wilayah kerja Puskesmas pungging memiliki satu Tempat Pengumpulan Sampah sementara (TPS). Data tersebut menunjukkan sarana air bersih masih belum menjangkau seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pungging dan diikuti dengan penggunaan sarana jamban yang rendah dimana belum memenuhi target MDGs yaitu 67%. Hasil pelaksanaan evaluasi dari Mukherjee dan Josodipoero (2000), ketersediaan supply air dalam rumah tangga merupakan salah satu faktor motivator yang dapat mendorong naiknya permintaan jamban keluarga. Rendahnya persentase pengguna jamban menunjukkan masih adanya masyarakat yang buang air besar sembarangan. Menurut Chandra (2007), Buang air besar sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, udara, makanan, dan perkembangbiakan lalat. Sesuai dengan model ekologi, ketika lingkungan buruk akan menyebabkan penyakit. Penyakit yang dapat terjadi akibat kontaminasi tersebut antara lain tifoid, paratiroid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal lain, serta infeksi parasit lain. Pada daftar sepuluh penyakit terbanyak pada pelayanan kesehatan rawat jalan Puskesmas Pungging, penyakit diare termasuk di dalam daftar tersebut.
  • 22. 8 Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) di Puskesmas Pungging yang berhubungan secara langsung dalam pelaksanaan program Stop BABS di wilayah kerja Puskesmas Pungging namun tidak aktif antara lain dana sehat, Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL), maupun Satuan Karya Bhakti Husada (SBH). Program nasional STBM pilar pertama bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk menggunakan jamban sehingga tidak ada lagi masyarakat yang buang air besar sembarangan. Namun dari data sekunder yang didapatkan masih banyak masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang buang air besar sembarangan. Untuk mengetahui hasil program STBM yang lebih detail perlu dilakukan evaluasi. Tujuan dari evaluasi program STBM adalah sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan perencanaan program yang akan datang (Supriyanto dan Damayanti, 2007). 1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah Pelaksanaan program STBM masih fokus pada pilar pertama sehingga dalam proposal ini peneliti hanya akan mengevaluasi pilar pertama yaitu Stop BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Rumusan masalah dari penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana Hasil Pencapaian Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) khususnya pilar pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerto? 2. Apabila hasil pencapaian program STBM pilar pertama belum mencapai target, apa saja penyebabnya?
  • 23. BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 2.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengevaluasi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pilar pertama, Stop BABS di wilayah kerja Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerto. 2.2 Tujuan Khusus 1. Mendeskripsikan input dari program STBM pilar pertama di Wilayah kerja Puskesmas Pungging 2. Mendeskripsikan proses dari program STBM pilar pertama di Wilayah kerja Puskesmas Pungging 3. Mendeskripsikan output dari program STBM pilar pertama di Wilayah kerja Puskesmas Pungging dan membandingkan dengan target 4. Mendeskripsikan faktor penyebab tidak berhasilnya program STBM pilar pertama di wilayah kerja Puskesmas Pungging 2.3 Manfaat 2.3.1 Bagi peneliti lain 1. Sebagai sarana pengaplikasian teori evaluasi dan sanitasi yang telah didapatkan selama perkuliahan. 2. Sebagai bahan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan program STBM 9
  • 24. 10 2.3.2 Bagi masyarakat Sebagai sarana informasi tentang manfaat adanya program STBM bagi masyarakat sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program STBM. 2.3.3 Bagi pemerintah 1. Sebagai sarana informasi tentang hasil evaluasi program nasional pemerintah yang dijalankan di wilayah kerja Puskesmas Pungging berdasarkan pencapaian program 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan masyarakat untuk persiapan meningkatkan kesehatan masyarakat 3. Sebagai sarana pertimbangan untuk pihak lintas sektor program STBM terutama di wilayah kerja Puskesmas Pungging. 2.3.4 Bagi peneliti 1. Sebagai sarana mempelajari program nasional STBM yang dicanangkan untuk kesehatan masyarakat 2. Sebagai sarana melatih kemampuan mengevaluasi program nasional kesehatan masyarakat yang dicanangkan oleh pemerintah pada pelaksanaannya di wilayah kerja Puskemas Pungging 3. Sebagai sarana untuk mempelajari pelaksanaan program terutama STBM, sehingga nantinya dalam dunia kerja dapat melaksanakan program dengan lebih baik.
  • 25. BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Puskesmas 3.1.1 Konsep Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Chayatin dan Wahid, 2009). 3.1.2 Fungsi Puskesmas Ada tiga fungsi pokok Puskesmas, diantaranya adalah sebagai berikut (Chayatin dan Wahid, 2009): 1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya 2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. 3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya Proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara: 1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri 11
  • 26. 12 2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. 3. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknik materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat 4. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat 5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksasnakan program Puskesmas. 3.1.3 Wilayah kerja Puskesmas Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas, terdapat faktor- faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor kepadatan penduduk, luas daerah geografis, dan keadaan infrastruktur lainnya. Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati, dengan memperhatikan saran teknis dari Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30 ribu penduduk pada setiap Puskesmas (Chayatin dan Wahid, 2009). 3.1.4 Fasilitas penunjang Wilayah kerja Puskesmas yang meliputi kecamatan, tidak dapat terjangkau apabila hanya ditangani oleh pihak Puskesmas sendiri. Oleh karena itu, perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling (Chayatin dan Wahid, 2009).
  • 27. 13 1. Puskesmas pembantu Puskesmas pembantu lebih sering dikenal sebagai pustu atau pusban, merupakan unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan- kegiatan yang dilakukan puskesemas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Setiap Puskesmas memiliki beberapa Puskesmas pembantu di wilayah kerjanya, namun adakalanya Puskesmas tidak memiliki Puskesmas pembantu khususnya di daerah perkotaan. 2. Puskesmas keliling Puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling dilengkapi kendaraan bermotor roda empat atau perahu motor, peralatn kesehatan, peralatan komunikasi, serta sejumlah tenaga yang berasal dari Puskesmas. Puskesmas keliling berfungsi menunjang dan membantu kegiatan Puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Kegiatan Puskesmas keliling diantaranya adalah sebagai berikut (Chayatin dan Wahid, 2009): a. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil atau daerah yang tidak atau sulit dijangkau oleh pelayanan Puskesmas b. melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa (KLB) c. Dapat diperguanakan sebagai alat transportasi penderita dalam rangka rujukan bagi kasus darurat
  • 28. 14 d. Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audio visual. 3. Bidan desa Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatannya, ditempatkan seorang bidan di desa tersebut dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Puskesmas. Wilayah kerja bidan desa adalah satu desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3000 jiwa. Tugas utama bidan desa adalah membina peran serta masyarakat melalui pembinaan posyandu dan pembinaan kelompok dasawarsa serta pertolongan persalinan di rumah penduduk. 3.2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 3.2.1 Sejarah STBM STBM merupakan adopsi dari keberhasilan pembangunan sanitasi total dengan menerapkan model CLTS (Community-Led Total Sanitation). Pendekatan CLTS berasal dari evaluasi oleh Kamal Kar mengenai WaterAid dari VERC’s (Village Education Resource). Hasil dari evaluasi adalah penemuan pendekatan CLTS dengan metode PRA pada tahun 2000. Sejak tahun 2000, melalui pelatihan langsung oleh Kamal Kar dan dukungan dari banyak lembaga serta dibantu dengan kunjungan lintas Negara, CLTS telah menyebar ke organisasi lain di Bangladesh dan Negara lain di Asia selatan dan asia tenggara, afrika, amerika latin, dan timur tengah. Lembaga atau instansi yang mensponsori pelatihan ini oleh Kamal Kar antara lain the WSP-World Bank, CARE, Concern, WSLIC II (Water and Sanitation for Low Income Communities in Indonesia), the Bill and
  • 29. 15 Melinda Gates Foundation-supported Total Sanitation and Sanitation Marketing project in East Java, the Social Fund for Development in Yemen, the Irish NGO Vita Refugee Trust International working in Ethiopia, Plan International and UNICEF(Kar, K and Chambers, R, 2008). Uji coba implementasi CLTS di 6 kabupaten di Indonesia pada tahun 2005. Pada Juni 2006, Departemen Kesehatan mendeklarasikan pendekatan CLTS sebagai strategi nasional untuk program sanitasi. Pada september 2006, program WSLIC memutuskan untuk menerapkan pendekatan CLTS sebagai pengganti pendekatan dana bergulir di seluruh lokasi program (36 kabupaten). Pada saat yang sama, beberapa LSM mulai mengadopsi pendekatan ini. Mulai Januari sampai Mei 2007, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Bank Dunia merancang proyek PAMSIMAS di 115 kabupaten. Program ini mengadopsi pendekatan CLTS dalam rancangannya (Kepmenkes, 2008). Bulan Juli 2007 menjadi periode yang sangat penting bagi perkembangan CLTS di Indonesia, karena pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia mulai mengimplementasikan sebuah proyek yang mengadopsi pendekatan sanitasi total bernama Total Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (SToPS), dan pada tahun 2008 diluncurkannya sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) sebagai strategi nasional (Kepmenkes, 2008). 3.2.2 Pengertian STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan, strategi dan program untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui
  • 30. 16 pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Perilaku higiene dan sanitasi yang dimaksud antara lain tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. Perilaku tersebut merupakan rangkaian kegiatan sanitasi total. Selanjutnya rangkaian perilaku tersebut disebut sebagai pilar STBM. Kelima pilar tersebut merupakan satu kesatuan kegiatan namun perlu diprioritaskan pilar mana yang paling mendesak. Prioritas berdasarkan criteria: 1) luasnya akibat (dampak) yang ditimbulkan oleh prilaku itu; (2) kemampuan masyarakat untuk menanggulangi; (3) keterdesakan untuk ditanggulangi; (4) keterdesakan, akibat yang akan timbul apabila persoalan tidak segera ditanggulangi(Menkes, 2008 dan Ditjen PP dan PL, 2011). STBM dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat dimana masyarakat sadar, mau dan mampu untuk melaksanakan sanitasi total yang timbul dari dirinya sendiri, bukan melalui paksaan. Melalui cara ini diharapkan perubahan perilaku tidak terjadi pada saat pelaksanaan program melainkan berlangsung seterusnya (Depkes RI, 2009). Metode yang digunakan dalam STBM adalah metode pemicuan. Metode pemicuan ini dilaksanakan oleh tim fasilitator dengan cara memicu masyarakat dalam lingkup komunitas terlebih dahulu untuk memperbaiki sarana sanitasi sehingga tercapai tujuan dalam hal memperkuat budaya perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat serta mencegah penyakit berbasis lingkungan. Faktor-faktor yang harus dipicu
  • 31. 17 antara lain rasa jijik, rasa malu, takut sakit, aspek agama, privacy, dan kemiskinan. Setelah pemicuan faktor tersebut terlaksana, dibentuklah komite dari komunitas tersebut. Komite dibentuk agar rencana aksi dari masyarakat yang terpicu dapat berjalan dengan baik. Selain itu monitoring dari tim fasilitator juga harus diterapkan. Kegiatan terus dilakukan sampai tercapai kondisi desa bebas buang air besar sembarangan (ODF/ Open Defecation Free) (Ditjen PP dan PL, 2011). Terdapat 4 Parameter desa ODF antara lain: 1. Semua rumah tangga mempunyai jamban yang memenuhi syarat kesehatan. 2. Semua sekolah yang berada diwilayah tersebut mempunyai jamban yang memenuhi syarat kesehatan dan program perbaikan hygiene. 3. Semua sarana jamban digunakan dan dipelihara. 4. Lingkungan tempat tinggal bebas dari kotoran manusia. Tujuan umum dari program STBM adalah memicu masyarakat sehingga dengan kesadarannya sendiri mau menghentikan kebiasaan buang air besar di tempat terbuka pindah ke tempat tertutup dan terpusat. Sedangkan tujuan khusus dari program STBM antara lain (Dinas Kesehatan Profinsi Jatim): 1. Memfasilitasi masyarakat sehingga masyarakat dapat mengenali permasalahan kesehatan lingkungannya sendiri 2. Memfasilitasi masyarakat untuk menganalisis masalah kesehatan lingkungan mereka dengan memicu perasaan jijik, malu, takut sakit, rasa dosa, dan lain sebagainya sehingga muncul kesadaran untuk
  • 32. 18 merubah perilakunya kearah perilaku hidup bersih dan sehat dengan meninggalkan kebiasaan bab di tempat terbuka. 3. Memunculkan kemauan keras masyarakat untuk membangun jamban yang sesuai dengan keinginannya dan kemamuan mereka tanpa menunggu bantuan. Fasilitasi didefinisikan sebagai tindakan yang mempromosikan, membantu, menyederhanakan, atau mempermudah suatu tugas. Keterampilan fasilitasi pendidik kesehatan akan membantu membentuk keseluruhan pengalaman peserta menjadi lebih berarti, bermanfaat, dan produktif, membantu peserta untuk memberikan kontribusinya dan bekerja sebagai suatu kelompok, serta menyederhanakan tugas kelompok sehingga mudah tercapai dan dilaksanakan (Widyastuti, 2008). Dalam program ini masyarakat dilibatkan dalam suatu aktivitas. Keadaan ini dapat memberi stimulasi, sehingga terjadi partisipasi. Partisipasi selanjutnya menimbulkan interaksi antar anggota masyarakat sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sehingga timbul kesadaran tentang keadaan dirinya tersebut atau terjadi realisasi. Kesadaran atau realisasi inilah yang kemudian menimbulkan keinginan ataupun dorongan untuk berubah, yakni mengubah keadaannya yang jelek menjadi baik. Keadaan inilah yang menunjukkkan motif pada diri seorang telah terbentuk. Atas dasar motif inilah akan terjadi perubahan perilaku (Slamet, 2006). Prinsip dari program nasional STBM antara lain non-subsidi, kebersamaan, keberpihakan terhadap kelompok miskin, keberpihakan pada
  • 33. 19 lingkungan, prinsip tanggap kebutuhan, kesetaraan jender, pembangunan berbasis masyarakat, dan keberlanjutan (Kepmenkes RI, 2010 dan Ditjen PP dan PL, 2011). 3.2.3 Pilar STBM Tujuan STBM dapat tercapai dengan terpenuhinya beberapa pilar agar kondisi sanitasi total sebagai prasyarat keberhasilan STBM tercapai. Beberapa pilar tersebut antara lain (Kemenkes RI, 2010 dan Ditjen PP dan PL,2011): a) Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) Kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak membuang air besar di ruang terbuka atau di sembarang tempat. Tujuan dari pilar ini adalah mencegah dan menurunkan penyakit diare dan penyakit lainnya yang berbasis lingkungan. b) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir pada 5 waktu kritis. Lima waktu kritis tersebut antara lain sebelum makan, sesudah makan, setelah BAB atau kontak dengan kotoran, setelah mengganti popok bayi, dan sebelum memberikan makan bayi. Tujuan jangka panjang dari pilar kedua adalah untuk berkontribusi terhadap penurunan kasus diare pada anak balita di Indonesia.
  • 34. 20 c) Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dan Makanan Sehat (PAM- RT) Suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya. Tujuan dari pilar ketiga adalah untuk mengurangi kejadian penyakit yang ditularkan melalui air minum. d) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT) Proses pengelolaan sampah pada tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, and Recycle) e) Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (PALRT) Proses pengolahan air limbah pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terciptanya genangan yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan Kelima pilar tersebut diatas perlu dilakukan untuk menjamin tercapainya kondisi sanitasi total. Namun, pada pelaksanaan STBM di wilayah kerja Puskesmas Pungging, dari kelima pilar masih melaksanakan pilar pertama. Pelaksanaan kegiatan hanya dilakukan pada pilar pertama atau Stop BABS dimaksudkan agar fokus pada satu kegiatan dan mendapatkan hasil yang maksimal. Pada saat masyarakat telah sadar bahwa berperilaku hidup bersih dan sehat sangat perlu dilakukan, maka pelaksanaan keempat pilar selanjutnya akan lebih mudah dijalankan. 3.2.4 Pilar pertama Stop BABS Standar teknis pemicuan dan promosi Stop BABS terdiri dari persiapan, pemicuan, dan paska pemicuan.
  • 35. 21 1. Tahap perencanaan Tahap perencanaan meliputi: Advokasi kepada Pemangku kepentingan secara berjenjang, Identifikasi Masalah dan Analisis situasi, Penyiapan fasilitator dan Peningkatan kapasitas kelembagaan. a. Advokasi kepada pemangku kepentingan secara berjenjang Advokasi dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah, Tokoh Masyarakat (TOMAS), Tokoh Agama (TOGA), dan penyandang dana agar stakeholder yang terlibat dalam kegiatan ini memahami prinsip-prinsip yang berlaku pada pengelolaan Stop BABS. Dukungan mereka sangat penting karena merupakan panutan masyarakat. Sehingga para tokoh masyarakat perlu ditumbuhkan kesadaran dan pemahaman tentang konsep STBM terlebih dahulu sebelum melaksanakan pemicuan. Upaya menggalang dukungan tokoh masyarakat diharapkan adanya kontribusi dalam proses pelaksanaan program mulai perencanaan hingga terwujudnya desa ODF (Ditjen PP dan PL, 2011). Advokasi adalah upaya persuasi yang mencakup kegiatan- kegiatan penyadaran dan rasionalisasi terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Tujuan umum dari advokasi adalah diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan baik berupa kebijakan, tenaga, dana, saran, kemudahan, keikutsertaan dalam kegiatan maupun berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan suasana (Wijono, 2010).
  • 36. 22 b. Identifikasi masalah, kebutuhan dan analisis situasi Bersama masyarakat mengidentifikasi masalah yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Pungging terutama tentang kejadian diare yang cukup tinggi. Tidak semua desa dapat mejadi lokasi pemicuan. Lokasi pemicuan lebih efektif apabila daerah itu penuh dengan kekumuhan, belum pernah ada pembangunan sarana sanitasi dengan pendekatan subsidi, dan pernah menjadi daerah dengan angka kejadian diare yang cukup tinggi (Ditjen PP dan PL, 2011). Identifikasi masalah dilakukan dengan menemukan suatu kesenjangan antara apa yang diharapkan atau yang telah direncanakan. Sedangkan analisis situasi merupakan langkah yang sangat diperlukan dalam suatu proses perencanaan karena jika dilakukan dengan tepat maka kita dapat mendefinisikan masalah sesuai dengan realita yang kita harapkan (Supriyanto dan Damayanti, 2007) c. Penyiapan Fasilitator Dalam rangka mensosialisasikan program dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk kegiatan Stop BABS, maka diperlukan tenaga fasilitator yang handal, trampil dan memahami prinsip fasilitasi yang benar. Tugas utama fasilitator adalah mempersiapkan dan melakukan pemicuan kepada masyarakat. Proses penyiapan fasilitator dapat dilakukan melalui seleksi yang dilanjutkan dengan pelatihan. Substansi pelatihan
  • 37. 23 adalah ketrampilan, pengetahuan, dan sikap sebagai fasilitator serta langkah pemicuan untuk pilar Stop BABS. Pelatihan fasilitator ini biasanya ada dua macam yaitu pelatihan bagi pelatih (Training Of Trainers) dan pelatihan bagi fasilitator. Pengembangan SDM kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan dalam suatu departemen, instansi, atau organisasi agar pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan ketrampilan(skill) mereka sesuai tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan. Tenaga yang telah menduduki suatu jabatan atau pekerjaan tertentu di instansi yang bersangkutan perlu mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan. Diklat merupakan suatu bentuk investasi pada sumber daya manusia untuk mencapai tingkat produktivitas yang optimum (Adisasmito, 2008). d. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Peningkatan kapasitas kelembagaan yang dimaksud adalah proses pemahaman lebih lanjut mengenai kebijakan nasional AMPL, STBM dan pilar Stop BABS. Sasarannya adalah lembaga/institusi (Pemerintah dan Non Pemerintah) yang mempunyai kaitan langsung dengan program STBM. Untuk kegiatan peningkatan kapasitas kelembagaan ini Pemerintah Daerah melalui SKPD-nya dapat bekerja sama dengan kabupaten lain atau lembaga lain yang bertanggung jawab terhadap program AMPL dan STBM. Proses pelaksanaannya dapat
  • 38. 24 menyertakan personil dari semua SKPD terkait seperti dari unsur Dinas Kesehatan, Bappeda, Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) atau nama lain yang sejenis, Dinas Pekerjaan Umum, Perguruan Tinggi, LSM dan organisasi masyarakat lainnya (Ditjen PP dan PL, 2011). Kerjasama lintas sektor diperlukan karena program- program mereka langsung bersentuhan dengan masyarakat yang notabene memiliki multimasalah, sehingga dalam penanganannya pun harus multidimensi dari berbagai peran institusi yang sinergis. Beberapa program pembangunan akan dapat tercapai apabila ada kerjasama dengan sektor lain (Adisasmito, 2008). 2. Tahap pemicuan Tahap pemicuan terdiri dari 10 langkah antara lain: a. Pengantar pertemuan Ketua tim fasilitator menyampaikan tujuan kedatangan, menjalin keakraban dengan komunitas. Tim fasilitator terdiri dari: 1. Leader fasilitator : fasilitator utama 2. Co fasilitator : membantu fasilitator dalam berproses 3. Process fasilitator : perekam proses dan hasil 4. Environment setter: penjaga suasana diskusi Tujuan dari kedatangan tim fasilitator yaitu belajar tentang kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan dan menyampaikan dengan tegas bahwa kegiatan ini tanpa subsidi.
  • 39. 25 b. Pencairan suasana Bertujuan untuk menciptakan suasana akrab antara fasilitator dengan komunitas sehingga setiap individu dalam komunitas bisa terbuka/ jujur tentang kondisi lingkungan mereka. Pencairan suasana bisa dilakukan dengan permainan. c. Identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi(sanitasi umum dan kotoran manusia) Leader fasilitator menanyakan beberapa pertanyaan yang dapat menarik perhatian komunitas untuk mengeluarkan suaranya. Komunitas menyebutkan penggunaan bahasa sehari-hari mengenai buang air besar dan kotoran manusia. d. Pemetaan sanitasi Pemetaan sanitasi adalah pemetaan sederhana yang dilakukan oleh komunitas untuk mengetahui lokasi BABS. Hal yang ada di peta antara lain lokasi rumah, batas kampong, jalan desa, lokasi kebun, sawah, kali, lapangan, rumah penduduk (diberi tanda mana yang punya dan tidak punya jamban), serta lokasi BABS. e. Transect walk Transect walk berfungsi untuk memicu rasa jijik. Transect dilakukan dengan cara mengajak masyarakat untuk menganalisis keadaan sanitasi secara langsung di lapangan dengan menelusuri lokasi pemicuan dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Memicu rasa jijik bisa dengan cara menawarkan air minum yang
  • 40. 26 telah dikotori dengan rambut. Kemudian rambut dianalogikan sebagai kaki lalat yg telah hinggap di kotoran manusia. f. Menghitung volume kotoran tinja Perhitungan kotoran adalah menghitung bersama jumlah kotoran manusia yang dihasilkan dapat membantu mengilustrasikan betapa besarnya permasalahan sanitasi. Perhitungan dilakukan dengan satuan gram. g. Alur kontaminasi Penentuan alur kontaminasi yang dilakukan oleh komunitas menggunakan media gambar sketsa kontaminasi dari kotoran ke mulut. Tim fasilitator memberikan kebebasan kepada komunitas dalam menyusun alur kontaminasi. h. Simulasi air yang terkontaminasi Tim fasilitator menggunakan rambut ditempelkan ke tinja yang dianalogikan seperti kaki lalat yang hinggap di tinja. Kemudian rambut dicelupkan ke air minum. Tim fasilitator memicu rasa jijik ke peserta dengan meminta mereka untuk meminum air tersebut. i. Diskusi dampak (sakit, malu, takut, dosa) Setelah dilakukan langkah sebelumnya, tim fasilitator mengajak diskusi dengan komunitas berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat membakar rasa sakit, malu, takut dan dosa. Pertanyaan mengenai kemana mereka BAB keesokan hari, siapa saja yang akan mandi di sungai yang banyak orang BAB.
  • 41. 27 j. Menyusun rencana program sanitasi Tujuan dari tahap ini adalah memfasilitasi masyarakat untuk menyusun rencana kerja kegiatan. Mulai dari membentuk kelompok kegiatan sanitasi (yang selanjutnya disebut KOMITE). Anggota masyarakat yang telah lebih dulu berkeinginan merubah kebiasaan BABnya dapat menjadi calon kuat untuk menjadi natural leader. Demikian pula para tokoh masyarakat, tokoh agama atau kader yang ada di desa. Mencatat semua rencana individu tiap keluarga untuk menghentikan kebiasaan buang air besar di tempat terbuka sesuai dengan komitmen mereka. Gambar peta pada saat pemetaan disalin dalam kertas. Pada sesi ini terdapat kendala pada komite yaitu masalah dana untuk keluarga yang tidak mampu. Maka tugas fasilitator adalah membantu memecahkan masalah dengan memberitahukan cara yang telah dilakukan di desa lainnya dalam kabupaten. 3. Paska pemicuan Tahap ini tim fasilitator melakukan pendampingan untuk menjaga komitmen komite mengenai rencana pembangunan sarana sanitasi. Hal yang dilakukan adalah memantau perkembangan perubahan perilaku, bimbingan teknis dengan menyampaikan tangga sanitasi dan opsi teknologi. Pendampingan dilaksanakan selambat- lambatnya 5 hari setelah pemicuan. Selain kepada komite, tim fasilitator juga mengadvokasi sasaran tidak langsung yaitu kepala desa
  • 42. 28 dan perangkatnya. Pendampingan dilakukan hingga desa mencapai kondisi ODF. Desa yang telah mencapai status ODF akan mendapatkan sertifikasi dan penghargaan. Upaya untuk menjaga kondisi ODF dengan mengadakan lomba tingkat kecamatan. pemantauan dilaksanakan melalui 2 (dua) mekanisme yaitu: Pemantauan yang dilaksanakan oleh masyarakat secara partisipatif untuk menilai kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat, dan pemantauan yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari kecamatan sampai ke pusat. 3.2.5 Indikator pilar pertama STBM Terkait dengan penilaian kinerja program, maka diperlukan indikator yang dapat dijadikan acuan dalam penilaiannya. Indikator pilar pertama / Stop BABS yang digunakan sebagai acuan di Kabupaten Mojokerto adalah sebagai berikut: 1. Proporsi KK yang BAB di jamban sehat sebesar 67% 2. Jumlah desa yang telah ODF (Open Defecation Free) yaitu dalam satu tahun setiap wilayah kerja Puskesmas terdapat 2 desa yang telah dipicu dan mencapai keadaan ODF (Open Defecation Free) yaitu dalam satu desa 100% bebas dari perilaku buang air besar sembarangan. 3.2.6 Buang air besar sembarangan ditinjau dari kesehatan lingkungan Ekskreta manusia terutama feses merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia dimana terjadi pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Ditinjau dari
  • 43. 29 kesehatan lingkungan, feses dapat menjadi masalah apabila dalam pembuangannya tidak baik dan sembarangan. Buang air besar sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, udara, makanan, dan perkembangbiakan lalat. Penyakit yang dapat terjadi akibat kontaminasi tersebut antara lain tifoid, paratiroid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal lain, serta infeksi parasit lain. Penyakit tersebut dapat menjadi beban kesakitan pada komunitas dan juga menjadi penghalang bagi tercapainya kemajuan di bidang sosial dan ekonomi. Pembuangan kotoran manusia yang baik merupakan hal yang mendasar bagi keserasian lingkungan (Chandra, 2009). Faktor yang mendorong kegiatan pembuangan tinja secara sembarangan antara lain tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan yang kurang, dan kebiasaan buruk dalam pembuangan tinja yang diturunkan dari generasi ke generasi (Chandra, 2007). Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan manusia sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain air , tangan, serangga, tanah, makanan, susu serta sayuran. Menurut Anderson dan Arnstein (Suparmin dan Soeparman, 2002), terjadinya proses penularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut : 1. Kuman penyebab penyakit 2. Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab
  • 44. 30 3. Cara keluar dari sumber 4. Cara berpindah dari sumber ke inang 5. Cara masuk ke inang yang baru 6. Inang yang peka (susceptible) Air Tangan mati Tinja Makanan, Manusia (Sumber infeksi) susu, sayuran (inang baru) sakit Serangga/ tikus Tanah Gambar 3.1 Transmisi Penyakit Melalui Tinja Sumber: Suparmin dan Soeparman, 2002 Sumber terjadinya penyakit, dengan melihat gambar 3.1 Transmisi penyakit melalui tinja adalah tinja. Dengan demikian untuk memutus terjadinya penularan penyakit dapat dilaksanakan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan. Tersedianya jamban merupakan usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar dan dapat memutus rantai penularan penyakit (Suparmin dan Soeparman, 2002). Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan sebagai tempat buang air besar. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang mencegah kontaminasi ke badan air, kontak antara manusia dan tinja, bau yang tidak sedap, membuat tinja tidak dapat
  • 45. 31 dihinggapi serangga, serta binatang lainnya, dan konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman, dan mudah dibersihkan (WSP-EAP, 2009). Faktor yang mempengaruhi ukuran jarak yang aman antara jamban dengan sumber air minum (Chandra, 2007): 1. Faktor Hidrobiologi faktor hidrobiologi ini meliputi kedalaman air tanah, arah dan kecepatan aliran tanah serta lapisan tanah yang berbatu dan berpasir memerlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat. 2. Topografi Tanah topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan sudut kemiringan tanah. 3. Metereologi Di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus lebih jauh dari jamban. 4. Jenis Mikroorganisme bakteri pathogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan, sedangkan pada tanah yang kering hanya dapat bertahan selama 1 bulan. 5. Kebudayaan Terdapat kebiasaan masyarakat yang membuat sumur tanpa dilengkapi dengan dinding sumur.
  • 46. 32 6. Frekuensi Pemompaan akibat makin banyaknya air sumur yang diambil untuk keperluan orang banyak, laju aliran air tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi kekosongan. Pada program STBM, tidak berfokus pada membangun jamban melainkan menyadarkan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dan kemudian dengan kesadaran tersebut mereka berinisiatif untuk membangun jamban sesuai dengan kemampuannya. Pemilihan jamban tidak tergantung pada pelaksana program, melainkan berdasarkan kemampuan kelompok terpicu. Kelompok terpicu diberikan kebebasan dalam menentukan jenis jamban yang akan mereka bangun. 3.3 Evaluasi Program 3.3.1 Pengertian evaluasi program Evaluasi program STBM perlu dilaksanakan sejak awal perencanaan, saat pelaksanaan, dan hasilnya. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengetahui gambaran menyeluruh tentang upaya yang telah dilakukan dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Adanya evaluasi dapat digunakan untuk mengetahui pelaksanaan dan hasil program telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau belum, dan untuk mengetahui adanya peluang, hambatan, dan kendala yang dihadapi untuk bahan pertimbangan pelaksanaan program yang akan datang. Evaluasi terutama didasarkan atas pemikiran yang rasional dan data yang terukur, agar dalam pengambilan keputusan dalam upaya menyelesaikan persoalan atau upaya peningkatan pelayanan berdasarkan
  • 47. 33 penilaian obyektif yang dapat diperjanggungjawabkan. Kegiatan evaluasi adalah melakukan penilaian dengan membandingkan antara hasil yang didapat dengan rencana nilai standar atau dengan membandingkan suatu nilai sebelum dan sesudah eksperimen atau intervensi program (Wijono, 2007). 3.3.2 Macam evaluasi Secara umum evaluasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. 1. Evaluasi formatif : evaluasi yang dilakukan pada tahap pelaksanaan program dengan tujuan memperbaiki program yang sedang berjalan dan didasarkan oleh kegiatan sehari-hari, bulan bahkan tahun atau waktu relative pendek. Evaluasi formatif dapat dilakukan setiap saat selama program berjalan. Manfaat utama dari evaluasi formatif adalah untuk memberikan umpan balik pada manajer program tentang kemajuan hasil yang dicapai beserta hambatan-hambatan yang dihadapi. 2. Evaluasi sumatif : evaluasi yang dilakukan untuk melihat hasil keseluruhan dari suatu program yang telah selesai dilaksanakan atau pada saat tahun anggaran selesai. Hasil dari evaluasi sumatif adalah penilaian keberhasilan program. Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program atau sekurang-kurangnya 5 tahun setelah program dijalankan untuk jenis hasil program yang berupa dampak.
  • 48. 34 3.3.3 Tujuan evaluasi Tujuan diadakannya evaluasi program STBM yang khusus pada pilar pertama antara lain (Wijono, 2007; Supriyanto dan Damayanti, 2007): 1. Supaya penyandang dana yang berkepentingan mengetahui bahwa program terlaksana sesuai dengan pembiayaan yang telah dikeluarkan. 2. sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan pengalaman mengenai hambatan atau pelaksanaan program dan perencanaan program yang akan datang. Hasil evaluasi akan memberikan pengalaman mengenai hambatan atau pelaksanaan program yang lalu selanjutnya dapat dipergunakan untuk memperbaiki kebijaksanaan dan pelaksanaan program yang akan datang. 3. sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber dana, daya, dan manajemen (resources) saat ini serta di masa-masa mendatang. Tanpa adanya evaluasi akan terjadi pemborosan penggunaan sumber dana dan daya yang sebenarnya dapat diadakan penghematan serta penggunaan untuk program-program lain. 4. Memperbaiki pelaksanaan dan perencanaan kembali suatu program. Sehubungan dengan hal ini perlu adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain mengukur kemajuan terhadap target yang direncanakan, menentukan sebab dan faktor di dalam maupun di luar yang mempengaruhi pelaksanaan program.
  • 49. 35 3.3.4 Mekanisme evaluasi Proses kegiatan evaluasi secara keseluruhan dapat disimpulkan atas empat dimensi atau langkah kegiatan yaitu (Supriyanto dan Damayanti, 2007): 1. Dimensi kegiatan berpikir secara konseptual Kegiatan disini meliputi: a). formulasi tujuan, sasaran, dan manfaat evaluasi. b). formulasi sumber dan informasi yang dibutuhkan. c). formulasi kriteria yang akan digunakan. d). formulasi model atau kerangka kerja atau rancang bangun. 2. Dimensi kegiatan operasional Kegiatan disini meliputi kegiatan pengumpulan informasi baik melalui kegiatan wawancara, observasi, nominal group technique, dan lain- lain. Jenis informasi bisa primer maupun sekunder. 3. Dimensi kegiatan penilaian Kegiatan disini meliputi kegiatan: a). formulasi derajat keberhasilan. b). formulasi dan identifikasi masalah. c). formulasi faktor-faktor penunjang dan penghambat program. d). formulasi sebab ketidakberhasilan program. 4. Dimensi kegiatan tindak lanjut Kegiatan disini meliputi kegiatan: a). formulasi atau rekomendasi tindak pemecahan. b). mekanisme umpan balik. c). Mekanisme kebutuhan informasi tambahan. d). Feedback hasil evaluasi kepada institusi yang membutuhkan. d). follow up atau monitoring dari pelaksanaan tindak koreksi atau pemecahan masalah.
  • 50. 36 3.3.5 Formulasi sumber dan jenis informasi yang dibutuhkan Semua informasi yang masuk perlu dianalisis dan dipilih menurut kebutuhan dan tujuan dilaksanakan kegiatan evaluasi. Untuk mendapatkan informasi yang tepat, adekuat, dan sesuai dengan tujuan evaluasi, dapat digunakan beberapa pendekatan. Salah satu pendekatan tersebut adalah pendekatan sistem manajemen. Komponen yang ada pada sistem adalah input, proses, output, effect atau outcome, dan impact atau dampak. Dalam penelitian ini evaluasi hanya sampai pada output. Berikut penjelasan dari setiap komponen sistem (Wijono, 2007; Supriyanto dan Damayanti, 2007): 1. Masukan (input) Yaitu komponen atau unsur program yang diperlukan, termasuk metode, peralatan, anggaran, sumber daya manusia, dan sistem kebijaksanaan nasional yang harus dikembangkan. 2. Proses Kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan kebijaksanaan, sesuai dengan strategi umum atau operasional. Hal ini mengenai frekuensi kegiatan, siapa yang terlibat di dalam masing-masing program. Dipandang dari sudut manajemen yang diperlukan adalah pelaksanaan dari fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. 3. Keluaran (output) Kegiatan yang telah dilaksanakan (dalam jumlah dan waktu) sesuai dengan target yang ditetapkan, diukur hasil pencapaian dari program.
  • 51. 37 Masalah ada pada hasil kerja (output, efek, dan dampak), maka penyebab masalah ada pada upaya orgranisasi (proses dan input) (Supriyanto dan Damayanti, 2007).
  • 52. BAB IV KERANGKA KONSEP Input Proses Output Sumber daya Perencanaan 1. Proporsi KK yang manusia ( man ) BAB di jamban sehat pemicuan 2. Proporsi desa yang telah Anggaran (money) ODF (Open Defecation Paska pemicuan Free) Sistem kebijaksanaan 2. proporsi rumah tangga nasional mengelola sampahnya dengan benar Metode ( Method ) Peralatan( Machine) 3. proporsi rumah tangga telah menerapkan PAM Waktu ( Time ) dan makanan yang aman 4. proporsi fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar 5. proporsi rumah tangga mengelola limbah dengan benar Gambar 4.1 Kerangka Konseptual Evaluasi Pencapaian Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerto Tahun 2008-2010 Keterangan: : Diteliti : Tidak diteliti 38
  • 53. 39 Evaluasi yang akan dilakukan menggunakan pendekatan sistem yaitu input proses  output. Pencapaian suatu program dipengaruhi input yang meliputi: a. sumber daya manusia (Man) sumber daya manusia dalam program Stop BABS merupakan pelaksana dari program termasuk pemegang program beserta tim fasilitator. b. anggaran (Money) anggaran yang digunakan dalam melaksanakan program Stop BABS mulai dari persiapan hingga tercapainya kondisi ODF c. sistem kebijaksanaan nasional sistem kebijaksanaan nasional merupakan aturan tertulis yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan program Stop BABS d. Metode (Method) Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Metode yang digunakan dalam proses yaitu metode pemicuan e. Peralatan (Machine) Semua peralatan yang digunakan untuk mempermudah dan memperlancar pelaksanaan program Stop BABS serta menciptakan efisiensi kerja f. Waktu (Time) Waktu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai kondisi ODF.
  • 54. 40 Input akan ditransformasikan menjadi output melalui proses yang meliputi: 1. Perencanaan Perencanaan dilakukan sebelum melaksanakan pemicuan dengan mengacu pada input. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini antara lain Advokasi kepada Pemangku kepentingan secara berjenjang, Identifikasi Masalah dan Analisis situasi, Penyiapan fasilitator dan Peningkatan kapasitas kelembagaan. 2. Pemicuan Pemicuan meliputi pengantar pertemuan, pencairan suasana, identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi, pemetaan sanitasi, transect walk, menghitung volume kotoran tinja, alur kontaminasi, simulasi air yang terkontaminasi, diskusi dampak dan menyusun rencana program sanitasi. 3. Paska pemicuan Paska pemicuan meliputi pendampingan dalam pelaksanaan rencana program dari komite, bimbingan teknis, serta advokasi sasaran tidak langsung. Output dari program STBM dibagi menjadi lima sesuai dengan pilar STBM. Namun, karena pelaksanaan baru pada pilar pertama sehingga output yang akan diteliti adalah proporsi KK yang BAB di jamban sehat sebesar 67% dan jumlah desa yang telah Open Defecation Free (ODF) yaitu dalam satu tahun setiap wilayah kerja Puskesmas terdapat 2 desa yang telah dipicu dan mencapai keadaan Open Defecation Free (ODF) yaitu dalam satu desa 100% bebas dari perilaku buang air besar sembarangan.
  • 55. BAB V METODE PENELITIAN 5.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian evaluatif yakni menilai output suatu program yang sedang dilakukan dibandingkan dengan target yang telah ditentukan. Hasil dari penilitian ini dapat digunakan untuk perbaikan dan atau peningkatan program tersebut (Notoatmodjo, 2010). Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dimana lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, tidak menekankan pada angka. Alasan menggunakan metode ini karena masalah penelitian belum jelas serta untuk memastikan kebenaran data. Pada program STBM belum diketahui permasalahannya maka peneliti akan melakukan evaluasi program tersebut juga memastikan kebenaran data STBM yang ada (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan tentang pelaksanaan program STBM khususnya pilar pertama yaitu Stop BABS. Pedoman yang digunakan sebagai alat evaluasi adalah KEPMENKES RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dan Pedoman pelaksanaan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) yang disusun oleh Dirjen PP dan PL Tahun 2011. 5.2 Obyek Penelitian Obyek penelitian diambil secara purposif yaitu semua yang berperan pada pelaksanaan program Stop BAB antara lain kepala sub bidang penyehatan lingkungan Dinkes Kabupaten Mojokerto, petugas penanggung jawab 41
  • 56. 42 program STBM di wilayah kerja Puskesmas Pungging, penerima program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau komite pemicuan, dan perangkat desa di wilayah kerja Puskesmas Pungging yang telah melaksanakan program. 5.3 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, Puskesmas Pungging, tepatnya di wilayah kerja Puskesmas Pungging. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut adalah: a. Kabupaten Mojokerto telah melaksanakan program STBM sejak tahun 2008 namun belum ada Puskesmas yang memenuhi target program b. Puskesmas Pungging telah melakukan pemicuan lebih dari 6 desa namun adalah Puskesmas Dawarblandong dan Puskesmas Pungging. Namun kedua Puskesmas tersebut belum ada desa yang mencapai kondisi ODF. Diantara kedua Puskesmas tersebut, Puskesmas Pungging belum pernah berhasil menciptakan kondisi ODF di satu desa. 5.4 Waktu Penelitian Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2011. Kemudian dilanjutkan penyusunan hasil skripsi pada bulan November 2011 sampai Januari 2012.
  • 57. 43 5.5 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel Tabel 5.1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Cara Pengukuran Cara No. Variabel Definisi Operasional Indikator Pengukuran 1. Input Komponen atau unsur program yang diperlukan 1) Sumber Pelaksana dari wawancara Berjumlah 5 dan daya program termasuk aktif sampai manusia pemegang program tercapainnya kondisi beserta tim fasilitator ODF. Terdiri dari Leader fasilitator, Co fasilitator, Process fasilitator , Environment setter: 2) Anggaran Anggaran yang wawancara Berdasarkan digunakan dalam pengajuan ke dinas melaksanakan kesehatan baik program Stop BABS berasal dari APBN, mulai dari persiapan APBD, Pihak hingga tercapainya Swasta, BLN, dan kondisi ODF Sumber lain yang sah dan tidak mengikat. 3) Peralatan Semua peralatan Wawancara Adanya gambar yang digunakan dan sketsa kontaminasi untuk mempermudah observasi dari kotoran ke dan memperlancar mulut, daftar hadir, pelaksanaan program dan peta hasil Stop BABS serta pemetaan menciptakan efisiensi kerja 4) Waktu Waktu yang telah wawancara Sampai tahun 2011 direncanakan untuk dengan 2 kali mencapai kondisi pemicuan hingga ODF hingga 67% mencapai kondisi ODF 5) Sistem Aturan tertulis yang Wawancara Sesuai dengan yang Kebijak- digunakan sebagai dan ada di pedoman sanaan acuan dalam penelusuran STBM operasional pelaksanaan program dokumen Stop BABS 6) Metode Cara kerja untuk Wawancara Pelaksanaan mencapai tujuan pemicuan Dilanjutan ke …
  • 58. 44 Lanjutan Tabel 5.1. No. Variabel Definisi Operasional Cara Indikator Pengukuran 2. Proses Jalannya suatu rogram mulai dari perencanaan hingga monitoring 1) Perencana- Advokasi kepada Wawancara Dilaksanakannya an Pemangku program oleh kepentingan secara fasilitator dan berjenjang, adanya dukungan Identifikasi Masalah pemangku dan Analisis situasi, kepentingan Penyiapan fasilitator dan Peningkatan kapasitas kelembagaan 2) Pemicuan meliputi pengantar Wawancara Adanya daftar pertemuan, dan anggota yang terpicu pencairan suasana, observasi identifikasi istilah- istilah yang terkait dengan sanitasi, pemetaan sanitasi, transect walk, menghitung volume kotoran tinja, alur kontaminasi, simulasi air yang terkontaminasi, diskusi dampak dan menyusun rencana program sanitasi. 3) Paska pendampingan Wawancara - Dilaksanakan pemicuan dalam pelaksanaan dan selambat- rencana program observasi lambatnya 5 hari dari komite, setelah pemicuan bimbingan teknis, - Adanya data serta advokasi pemetaan terbaru sasaran tidak langsung. Dilanjutan ke …
  • 59. 45 Lanjutan Tabel 5.1. No. Variabel Definisi Operasional Cara Indikator Pengukuran 3. Output Hasil pencapaian dari program 1) Proporsi Perbandingan jumlah Data Sebesar 67% pada KK yang KK yang BAB di sekunder tahun 2010 BAB di jamban sehat dengan jamban jumlah KK sehat keseluruhan 2) Jumlah Banyaknya desa Data dua desa tiap tahun desa yang yang telah mencapai sekunder mulai tahun 2008 telah ODF kondisi ODF 5.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data digunakan teknik wawancara dengan menggunakan panduan indepth interview dan dokumen sebagai instrumen penelitian. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Data primer Data primer yang diperlukan diperoleh dari wawancara indepth interview. Wawancara tidak terstruktur ditujukan pada petugas sanitarian, dan masyarakat yang telah mengikuti pemicuan dengan panduan indepth interview. Sedangkan dalam melakukan identifikasi penyebab masalah dilakukan diskusi dengan beberapa pihak yang sangat memahami program Stop BABS untuk membuat diagram ishikawa. 2. Data sekunder Data sekunder yaitu data pencapaian hasil program STBM khususnya pilar pertama tahun 2008-2010 yang diambil dari Puskesmas Pungging serta data geografi, topografi dan kependudukan dari kantor Kecamatan Pungging.
  • 60. 46 5.7 Teknik Analisis Data Data yang telah diperoleh dari wawancara akan dianalisis secara deskriptif yaitu tentang evaluasi program Stop BABS di wilayah kerja Puskesmas Pungging. Evaluasi dilaksanakan dengan menilai faktor input, proses dan output dibandingkan dengan target. Hasil pencapaian program Stop BABS dari tahun 2008 hingga 2010 disajikan dalam bentuk grafik tren. Sehingga dapat diliat sejauh mana tujuan program Stop BABS telah dicapai. Hasil pencapaian juga dibandingkan dengan target program Stop BABS. Dari hasil tersebut dapat diketahui sejauh mana pencapaian program Stop BABS di wilayah kerja Puskesmas Pungging. Kemudian disusun faktor penyebab dari tidak berhasilnya program menggunakan metode diagram ishikawa berdasarkan hasil penilaian input dan proses.
  • 61. BAB VI HASIL 6.1 Input Pada Pelaksanaan Program Stop BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Tahun 2008-2010 Input merupakan komponen atau unsur program yang diperlukan, termasuk metode, peralatan, anggaran, sumber daya manusia, dan sistem kebijaksanaan nasional yang harus dikembangkan. 6.1.1 Sumber daya manusia Dalam pelaksanaan program Stop BABS di wilayah kerja Puskesmas Pungging dibutuhkan beberapa tenaga sanitarian. Program Stop BABS dapat berjalan dengan adanya pemegang program. Pemegang program Stop BABS bekerja sebagai sanitarian di Puskesmas Pungging. Pendidikan terakhir yang telah ditempuh tenaga sanitarian adalah D1 SPPH sanitasi. Petugas sanitarian bekerja sebagai tenaga sanitarian sejak tahun 1985, Namun baru menangani program STBM pada tahun 2008 karena program tersebut baru dicanangkan pada tahun tersebut. Sebelum tahun 2008, program yang berkaitan dengan sarana sanitasi hanya inspeksi sarana sanitasi. Petugas sanitarian saat ini selain mempunyai tugas dalam hal penyehatan lingkungan juga menangani keuangan yaitu JPSBK (Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan). 47
  • 62. 48 Pelaksanaan program STBM dilakukan dengan cara pemicuan di lapangan, petugas sanitarian dibantu tenaga sanitarian dari Puskesmas lainnya dalam satu kabupaten. Selain tenaga sanitarian, bidan desa, kader, PKK, dan bagian pemberdayaan di kecamatan ikut menjadi fasilitator. Jumlah tenaga sanitarian yang dibutuhkan dalam satu tim minimal 5 orang dengan pembagian tugas sebagai leader fasilitator, co- fasilitator , environment center, content fasilitator, dan process fasilitator. Satu orang tenaga sanitarian dapat merangkap dua tugas sekaligus. Fasilitator yang akan melakukan pemicuan di lapangan sudah pernah mengikuti pelatihan sebelumnya baik dilatih oleh provinsi maupun dari dinas kesehatan Kabupaten Mojokerto sendiri. Berikut hasil wawancara di Puskesmas Pungging: “…minimal kan 5 orang, ada yang jadi apa, lead, co lead, maringono bagian itu suasana, gitu lho. Pokoknya lima itu terpakai semua kan. Minimal kan 5….” “…ini yang pernah ikut pelatihan ini dari PKK ada, sama dari bangdes itu apa y, kaurbang itu lho, yang dilatih. Yang nglatih dari dinkes..” Menurut pihak dinas kesehatan, Puskesmas Pungging termasuk aktif pada program STBM. Petugas sanitarian Puskesmas Pungging sudah melaksanakan dengan baik. Berkaitan dengan jumlah fasilitator, sesuai dengan pedoman yang ada yaitu terdapat leader fasilitator , co- fasilitator, environment center, content fasilitator, dan process fasilitator. Walaupun menurut dinas kesehatan Kabupaten Mojokerto, fasilitator tidak harus sejumlah 5 orang, karena keterbatasan dana. Berikut hasil wawancara di dinas kesehatan Kabupaten Mojokerto,
  • 63. 49 “…tergantung, gak ada minimal. Tapi idealnya ada yang namanya leader, co, recordernya. Ada 5 orang itu. Ideal lho ya…” “ …Gak semuanya dilatih. Tapi sanitariannya semua sudah dilatih, ada yang sekali ada yang dua kali. Rata-rata sudah semua. Yang memberi pelatihan dari provinsi dan kabupaten. Dari program CLTS…” “ …fasilitator tu sebelum turun ke lapangan, dia akan mendapatkan pelatihan dulu dan sertifikat fasilitator. Seperti itu …” Pada pedoman pelaksanaan STBM, dalam melaksanakan kegiatan PHBS dan Stop BABS diperlukan tenaga fasilitator yang handal, trampil dan memahami prinsip fasilitasi yang benar. Fasilitator harus mengikuti pelatihan baik pelatihan bagi pelatih/ Training of Trainers maupun pelatihan bagi fasilitator. Hal ini sudah dilaksanakan oleh pemegang program Stop BABS di Puskesmas Pungging. Pemegang program telah mengikuti pelatihan bersama semua tenaga sanitarian di Kabupaten Mojokerto. Semua fasilitator yang berperan dalam pelaksanaan program yaitu bidan desa, kader, PKK, dan bagian kaurbang kecamatan juga sudah mengikuti pelatihan fasilitator oleh dinas kesehatan provinsi Jawa Timur maupun dinas kesehatan Kabupaten Mojokerto. 6.1.2 Anggaran Anggaran dalam melaksanakan program Stop BABS digunakan mulai dari persiapan hingga tercapainya kondisi ODF. Anggaran untuk melaksanakan program ini tidak ada secara khusus. Tiap tahun dana berasal dari sumber yang berbeda. Tahun 2009 berasal dari APBD 1 dan tahun 2011 berasal dari dana Bantuan Operasional Kesehatan