Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan siswa tunagrahita sedang melalui metode multisensori. Subjek penelitian ini adalah 5 siswa tunagrahita sedang di SLB C Cempaka Putih. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas melalui 2 siklus. Hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa meningkat dan mencapai kriteria ketuntasan setelah menerap
1. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI
PEGGUNAAN METODE MULTISENSORI PADA SISWA TUNAGRAHITA
SEDANG KELAS II
(Peneltian Tindakan Kelas di SLB C Cempaka Putih)
Vivi Oktaviani
Alumni Angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Luar Biasa dan Guru SLB Cempaka
Putih.
muvhi@yahoo.com
Wuryani
Dosen Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Arwan Faisyal
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika. No.Reg : 5215110327
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menulis permulaan melalui penggunaan
metode multisensori pada siswa tunagrahita sedang kelas II di SLB C Cempaka Putih. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas II tunagrahita sedang di SLB C Cempaka Putih sebanyak 5 siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini
dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklus menggunakan prosedur tindakan yaitu perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan perhitungan belajar tuntas, yang menghasilkan peningkatan prosentase hasil belajar,
peneliti telah menetapkan kriteria ketuntasan minimal 70% untuk kemampuan menulis permulaan.
Sebelum melakukan tindakan siklus I, peneliti mengadakan prates untuk memperoleh data awal. Data
hasil prates untuk kemampuan menulis permulaan siswa memperoleh hasil dibawah 70% berarti
masih dibawah ketuntasan minimal yang sudah ditentukan. Setelah dilakukan penelitian tindakan
kelas pada siklus akhir 2 diperoleh data bahwa semua subjek penelitian telah memperoleh nilai tes
antara 70% sampai 80% berarti telah memenuhi kriteria ketuntasan. Kesimpulan dari hasil
penelitian ini adalah bahwa metode multisensori dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan
bagi siswa tunagrahita sedang di SLB C Cempaka Putih jakarta Pusat.
Kata kunci: Kemampuan Menulis Permulaan, Tunagrahita Sedang, Metode Multisensori
Pendahuluan
Menulis merupakan keterampilan yang
sangat penting bagi anak usia sekolah.
Keterampilan menulis sangat membantu dalam
mengikuti proses pembelajaran di sekolah.
Sejak awal masuk sekolah, anak-anak
dikenalkan dengan pembelajaran menulis
karena kemampuan menulis adalah prasyarat
untuk belajar berbagai pelajaran atau bidang
studi lainnya. Sebelum anak belajar dan
mampu menulis huruf, kesiapan tersebut harus
dimatangkan terlebih dahulu, terutama bagi
anak-anak yang mengalami hambatan dalam
motorik, persepsi dan kognitif terutama anak
tunagrahitaPembelajaran menulis permulaan
pada siswa tunagrahita disesuaikan dengan
kebutuhan serta kemampuan anak tunagrahita.
Media yang diperlukan untuk pembelajaran
menulis permulaan untuk siswa tunagrahita
Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Peggunaan Metode Multisensori Pada Siswa Tunagrahita Sedang Kelas II (Vivi Oktaviani)
2. yaitu media kongkret, serta metode yang
digunakan oleh guru juga disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan siswa, Oleh karena
itu diperlukan pendekatan yang terpadu dalam
pembelajaran menulis permulaan. Pada
penelitian akan membatasi masalah pada
menulis permulaan yaitu menghubungkan titik
menjadi garis, membuat garis, menulis huruf
vokal dan menulis huruf konsonan, mengapa
demikian?, karena diambil berdasarkan tahap
menulis permulaan. Penelitian ini juga
menggunakan metode multisensori, mengapa
multisensori, karena metode ini mencakup
seluruh tipe belajar. Dari latar belakang diatas
maka
peneliti
merumuskan
masalah
“Bagaimanakah Meningkatkan Kemampuan
Menulis Permulaan Melalui Pengunaan
Metode Multisensori Pada Siswa Tunagrahita
Sedang Kelas II Di SLB C Cempaka Putih?”
Kajian Teori
Definisi menulis menurut Lerner
dalam Mulyono Abdurrahman yaitu: “menulis
adalah menuangkan ide kedalam bentuk
visual”. Menulis adalah mengungkapkan
bahasa dalam bentuk simbol gambar. Menulis
adalah suatu aktivitas kompleks, yang
mencakup gerakan lengan, tangan, jari, dan
mata secara terintegrasi. Menurut Tarigan
yang dikutip dalam Mulyono Abdurrahman
mendefinisikan menulis adalah melukis
lambang-lambang dalam bentuk grafis seperti
simbol-simbol atau huruf menggunkan bahasa
yang mudah dipahami oleh penulisnya seta
bahasa yang digunakan dalam kehidupan
sehari - hari.Menulis merupakan alat
komunikasi
yang
digunakan
untuk
mengekpresikan diri. Menulis merupakan
suatu proses yang bersifat kompleks karena
kemampuan menulis merupakan integrasi dari
berbagai kemampuan seperti : persepsi visual
motor dan kemampuan konseptual yang
dipengaruhi
oleh
kemampuan
kognitif.Berdasarkan definisi di atas dapat
disimpulkan
bahwa
menulis
adalah
menuangkan pikiran dan perasaan kedalam
lambang dan simbol-simbol grafis melalui
media yang bisa dilihat, diraba, serta dipahami
maksud
serta
tujuannya
dan
dapat
dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Lovitt pelajaran menulis terbagi
menjadi tiga bagian, diantaranya menulis
dengan tangan, mengeja, dan menulis ekpresif.
Lovitt juga menjelaskan menulis dengan
tangan disebut juga menulis permulaan.
Menulis permulaan (handwriting) adalah suatu
keterampilan motorik yang digunakan untuk
menunjukkan
ekpresi
melalui
tulisan,
keterampilan menulis permulaan penting untuk
diajarkan pada anak usia dini sehingga tulisan
mudah dibaca.Menulis permulaan adalah jenis
menulis yang diajarkan dikelas rendah, karena
menulis
permulaan
lebihmengutamakan
pengenalan cara menulis huruf, nama atau
bunyi huruf dan kedudukan atau fungsinya di
dalam kata dan kalimat. Menurut Mercer,
menulis permulaan adalah menulis awal yang
membutuhkan kontrol otot, kordinasi mata dan
tangan, sebelum siswa memulai menulis
permulaan, guru melakukan pengembangan
keterampilan motorik pada siswa untuk
melaksanakan
persiapan
sebelum
melaksanakan menulis permulaan. Menurut
Seefeld,
menulis
permulaan
adalah
kemampuan anak mengungkapkan diri dalam
bentuk tertulis mulai dari corat-coret dan
menggambar sampai ke mendekati bentuk
huruf dan kata-kata. Berdasarkan pendapatpendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
menulis permulaan adalah keterampilan yang
membutuhkan kemampuan otot, kordinasi
mata dan tangan, yang biasanya diajarkan pada
siswa kelas rendah, menulis permulaan lebih
mengutamakan pada pengenalan huruf, cara
penulisan huruf, nama huruf serta kedudukan
atau fungsi dalam kata dan kalimat.
Kemampuan menulis permulaan meliputi
mencoret, pengulangan linier, menulis huruf
acak serta menulis nama.
Tahapan
menulis
adalah
tingkat
kematangan anak untuk dapat belajar menulis
yang meliputi mencoret, mengulang, menulis
secara acak, dan menulis tulisan nama.
Anak tunagrahita sedang merupakan anak
yang mengalami keterlambatan perkebangan
kecerdasan sedemikian rupa, sehingga untuk
mengembangkan kemampuannya dibutuhkan
pelayanan kebutuhannya secara khusus,
mereka memiliki kemampuan intelektual
umum dan adaptasi perilaku dibawah anak
tunagrahita ringan, mereka dapat belajar
keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan
fungsional, mencapai suatu tingkat tanggung
jawab sosial dan mencapai penyesuaian
dengan bantuan, mereka mampu memperoleh
keterampilan
mengurus
diri,
seperti
berpakaian, makan, menggunakan WC,
melindungi diri dari bahaya, dapat belajar
keterampilan akademik (membaca, menulis,
dan berhitung sederhana) dan bekerja di
Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Peggunaan Metode Multisensori Pada Siswa Tunagrahita Sedang Kelas II (Vivi Oktaviani)
3. tempat yang terlindung dibawah pengawasan.
Dalam buku pendidikan anak tunagrahita
menyebutkan ditinjau dari segi psikologis dan
tingkah laku adalah: a)akademik Kemampuan
belajar mereka rata-rata rendah dan lambat
bagi mereka yang sedang bisa merawat diri
dan menolong diri, dari pada diberikan
pelajaran akademik, b)Perkembangan bahasa,
perkembangan bahasanya lebih rendah dari
anak tunagrahita ringan, perkembangan
bahasanya sangat terbatas, c)Perkembangan
sosial, mereka masih mempunyai kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
Multisensori terdiri dari dua kata yaitu multi
dan sensori. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata “multi” artinya banyak atau
lebih dari satu, sedangkan “sensori” artinya
panca indera. Maka gabungan kedua kata ini
berarti lebih dari satu panca indera. Yusuf
menyatakan,
pendekatan
multisensori
mendasarkan pada asumsi bahwa anak akan
dapat belajar dengan baik apabila materi
pengajaran disajikan dalam berbagai modalitas
alat indera, diantaranya indera visual, indera
auditori, indera kinestetik dan indera taktil.
Modalitas adalah bagian sensori yang
membantu kita untuk menyerap informasi,
semua anak adalah pembelajar multisensori
mereka belajar paling baik ketika mereka
dapat melihat sesuatu melalui indera
visualnya, mendengarnya melalui indera
auditori, menyentuhnya melaui indera taktil.
Modalitas yang dipakai dalam belajar adalah
visual, auditoris, kinestetik, dan taktil, atau
disingkat dengan VAKT. Menurut Mercer,
pendekatan
multisensori
adalah
dasar
pemikiran bahwa siswa belajar dengan baik
ketika siswa menggunakan beberapa indera.
Indera yang sering digunakan yaitu kinestetik
(gerak), dan taktil (sentuhan) rangsangan yang
ditimbulkan
melalui
indera
visual
(penglihatan)
dan
indera
auditori
(pendengaran). Berdasarkan definisi diatas
pendekatan multisensori adalah pendekatan
pembelajaran yang menggunakan seluruh
indera dalam proses pembelajaran. Indera yang
digunakan meliputi indera visual, audiori,
kinestetik, taktil, serta dibantu dengan media
yang
bersifat
kongkret.
Pendekatan
multisensori
meliputi
kegiatan
menelusuri(perabaan),
mendengarkan
(auditoris), menulis (gerakan), dan melihat
(visual).Untuk itu, pelaksanaan metode ini
membutuhkan alat bantu (media) seperti kartu
amplas, tepung,bentuk garis dan huruf yang
terbuat dari kain panel, dan alat bantu lain
yang sifatnya dapat diraba (konkret). Dalam
menerapkan metode multisensori dibutuhkan
beberapa prinsip yaitu: 1)Prinsip kesenangan,
maksudnya adalah dalam setiap penerapan
pendekatan multisensori siswa dibawa kedalm
suasana yang menyenangkan. Jika perasaan
siswa merasa senang maka siswa akan mudah
dalam
menerima
pelajaran,
2)Prinsip
individual, maksudnya adalah siwa memiliki
perbedaan, perbedaan dalam karakteristik,
perbedaan dalam berfikir, dan mengingat
informasi lain – lainya. Melihat adanya
perbedaan tersebut maka dalam memberikan
layanan pendidikan siswa menjadi prioritas
yang harus diperhatikan, 3)Prinsip kontinuitas,
maksudnya adalah pelaksanaan pendekatan
multisensori dilakukan secara terus-menerus
dan terjadwal dengan melihat kemajuan siswa
atau bahkanmengulang kembali pelajaran yang
telah direncanakan belum bias diharapkan
hasilnya. Melalui prinsip kontinuitas siswa
akan terbiasa dengan pelajaran yang telah
diajarkan, 4)Prinsip berkelanjutan, maksudnya
adalah apabila siswa telah menguasai materi
yang telah diajarkan, maka siswa mempelajari
materi pada tahap selanjutnya.
Kelebihan menggunakan metode multisensori:
a)Pendekatan multisensori dapat membantu
menanamkan konsep huruf pada anak
tunagrahita, b)Dapat menumbuhkan motivasi
anak tunagrahita dalam menulis, c)Dapat
meningkatkan konsentrasi siwa dalam
pembelajarn, d)Guru dapat memperbaiki
langsung kesalahan pada anak, e)Dapat
dilaksanakan secara individual. Selaian
mempunyai kelebihan, metode multi sensori
juga
memiliki
kekurangan
yaitu
a)
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
pelaksanaannya. b)Jika dilakukan tidak
bervariasi maka metode ini akan menimbulkan
kebosanan
Metode Penelitian
Penelitian ini diaksanakan di kelas II
C1 SLB BC Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih satu
semester, yaitu antara bulan januari sampai
dengan juli 2013. Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas II SDLB C Cempaka Putih
Jakarta Pusat yang berjumlah 5 siswa yang
terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 3 siswa
perempuan. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian tindakan kelas. Desain yang
digunakan
dalam
penelitian
adalah
Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Peggunaan Metode Multisensori Pada Siswa Tunagrahita Sedang Kelas II (Vivi Oktaviani)
4. dalambentuk spiral menggunakan keempat
fase yang dilakukan dalam sebuah penelitian
tindakan kelas dan model yang digunakan
adalah model Kemmis dan Taggart, keempat
fase itu adalah a)perencanaan yaitu membuat
rencana – rencana tindakan yang akan
dikembangkan dalam pembelajaran dalam
upaya meingkatkan kemampuan menulis
permulaan, b)tindakan yaitu menerapkan
rancangan yang telah disusun dalam rencana
program pembelajaran. Siklus I dilakukan
selama satu bulan yang dilaksanakan satu
minggu dua kali pertemuan, jadi jumlah
pertemuan untuk siklus I adalah delapan kali
pertemuan, c)pengamatan yaitumengamati
pelaksanaan tindakan berlangsung. Peneliti
mencatat data melalui pedoman pengamatan
atau alat pengumpul data (instrument
penelitian) untuk menghasilkan temuan selama
kegiatan pembelajaran sebagai dasar untuk
melaksanakan dan memodifikasi refleksi,
d)refleksi yaitu Pada tahap ini seluruh tindakan
yang telah dilakukan dikaji berdasarkan hasil
pengamatan, dan data yang terkumpul
kemudian dievaluasi untuk memperbaiki
tindakan, kegiatan refleksi dilakukan untuk
menemukan kelebihan atau kekurangan dari
rencana yang telah dilakukan untuk membuat
tindakan yang baru. Setelah refleksi maka
akan dirumuskan lagi rancangan tindakan yang
akan dirubah dan diperbaiki supaya menjadi
lebih baik. Hasi intervensi yang diharapkan
akan dinyatakan berhasil jika siswa mencapai
kriteria keberhasilan yang telah ditentukan
yaitu 70%. Instrument penilaian berupa
pedoman
observasi,
penilaiannya
menggunakan 3 kriteria yaitu dapat melakukan
tanpa bantuan diberi skor 3, dapat melakukan
dengan sedikit bantuan diberi skor 2, dapat
melakukan dengan banyak bantuan diberi skor
1. Aspek yang dinilai yaitu: menghubungkan
titik menjadi garis horizontal, garis vertikal,
garis miring, garis lengkung dan zigzag,
membuat garis horizontal, garis vertikal, garis
miring, garis lengkung, dan garis zigzag,
menulis huruf vokal a, i, u, e, o, menulis huruf
konsonan b, j, k, m, s. Teknik yang akan
digunakan dalam
menganalisis data yang terkumpul dilakukan
perhitungan
dengan
cara
prosentase
kemampuan siswa dalam menulis permulaan
yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan menulis permulaan. Data yang
disajikan berbentuk tabel dan grafik. Adapun
rumus menghitung nilai akhir yaitu jumlah
skor perolehan dibagi skor maksimal dikali
seratus, prosentase yaitu nilai yang diperoleh
dibagi skor maksimal dikali seratus, dan
menghitung rata-rata adalah nilai siswa dibagi
jumlah siswa dikali seratus.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilaksanakan dapat dideskripsikan data hasil
pengamatan
untuk
melihat
pengaruh
pemberian tindakan melalui penggunaan
metode multisensori terhadap peningkatan
kemampuan menulis permulaan bagi siswa
tunagrahita sedang kelas II SDLB BC
Cempaka Putih Jakarta Pusat. Berdasarkan
kemampuan menulis permulaan pada pra
siklus masing-masing siswa memperoleh
prosentase dibawah 70%, berikut gambaran
prosentase masing-masig siswa pa pra siklus,
siswa berinisial ND prosentase tingkat
kemampuan 45%, siswa berinisial NZ
memperoleh prosentase tingkat kemampuan
42%, siswa berinisial RN memperoleh
prosentase tingkat kemampuan 58%, siswa
berinisial SD memperoleh prosentase
tingkat kemampuan 50%, siswa berinisial
SL memperoleh prosentase tingkat
kemampuan 48%, Setelah mengetahui
kemampuan awal siswa dibawah 70%, maka
dilanjutkan dengan menyiapkan rencana
pembelajaran yang akan digunakan pada siklus
I.
Perencanaan
program yang akan
dilaksanakan pada siklus I bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis permulaan. Berikutini adalah hasil
pengamatan selama kegiatan pembelajaran
menulis permulaan pada siklus I :Siswa
berinisial ND memperoleh prosentase tingkat
kemampuan 63%, siswa berinisian NZ
memperoleh prosentase tingkat kemampuan
58%. siswa berinisial RN memperoleh
prosentase tingkat kemampuan 72%. siswa
berinisial SD memperoleh prosentase tingkat
kemampuan 66 %, siswa berinisial SL
memperoleh prosentase tingkat kemampuan
65%. Peningkatan kemampuan menulis
permulaan pada siklus I, secara rata-rata belum
menunjukkan
hasil
yang
maksimal
sebagaimana yang diharapkan. Penyebab hal
tersebut diantaranya: pada saat tindakan proses
pembelajaran menulis permulaan berlangsung
siswa masih kurang serius, siswa masih kurang
percaya diri dalam menulis, siswa masih
kurang fokus, sehingga sulit menangkap atau
Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Peggunaan Metode Multisensori Pada Siswa Tunagrahita Sedang Kelas II (Vivi Oktaviani)
5. memahami cara membuat garis atau huruf.
kemampuan siswa dalam menulis permulaan
sudah
mengalami
peningkatan
bila
dibandingkan dengan kemampuan awal (pra
siklus) siswa atau sebelum diberikan tindakan.
Berdasarkan data antara pra siklus dengan
siklus I belum terjadi peningkatan yang
maksimal sebagaimana yang diharapkan dalam
menghubungkan titik-titik menjadi garis,
membuat garis, menulis huruf vokal, dan
menulis huruf konsonan, maka peneliti dan
guru kelas sepakat untuk melanjutkan
penelitian ini ke siklus selanjutnya. berikut ini
adalah hasil pengamatan selama kegiatan
pembelajaran menulis permulaan pada siklus
II: siswa berinisial ND memperoleh prosentase
tingkat kemampuan 75%, siswa berinisian NZ
memperoleh prosentase tingkat kemampuan 70
%, siswa berinisial RN memperoleh prosentase
tingkat kemampuan 85%, siswa berinisial SD
memperoleh prosentase tingkat kemampuan
78%, siswa berinisial SL memperoleh
prosentase tingkat kemampuan 77%. Hasil
pada siklus II sesuai dengan hasil kriteria
ketuntasan minimal yang peneliti tentukan
yaitu 70% sehingga penelitian ini dianggap
selesai. Dari hasil skor kemampuan menulis
permulaan pada siklus II dapat direfleksikan
sebagai berikut :Siswa sudah dapat mengikuti
pembelajaran menulis permulaan dengan
metode multisensori, pada saat tindakan guru
dalam
melakukan
instruksi
sudah
menggunakan bahasa yang singkat dan mudah
dipahami oleh siswa. Guru kelas dan peneliti
memberikan bimbingan degan melakukan
pendekatan
pada
setiap
siswa,
dan
memberikan motivasi agar siswa berminat
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
menulis permuaan dan dilakukan tindakan
berulang – ulang, penggunaan media yang
bervariasi dengan menggunakan kartu huruf
yang terbuat dari ampelas, bentuk garis dan
huruf yang terbuat dari kain panel, papan tulis
kecil yang dapat dihapus, papan tepung dan cat
air.setelah kegiatan pembelajaran kemampuan
menulis
permulaan
dengan
metode
multisensori
yang
dimulai
dengan
memperhatikan garis, huruf serta kata,
mendengar nama garis, bunyi huruf, serta
bunyi kata, menelusuri bentuk garis, dan
huruf, dan menulis garis dan huruf. Kegiatan
ini sebelum diberikan tindakan sampai pada
kegiatan setelah diberikan tindakan yang
terdiri dari siklus I dan siklus II diperoleh data
– data dari hasil observasi yang kemudian
akan dilakukan analisis data. Peneliti sebagai
kolaborator bersama guru kelas menganalisa
dan mendiskusikan hasil belajar dari kelima
anak. Dari hasil diskusi tersebut disepakati
bahwa siklus II mengalami peningkatan yang
cukup besar dalam menulis permulaan melalui
penggunaan metode multisensori, siswa
berinisial ND pada siklus I memperoleh 63%
menjadi 75% pada akhir siklus II, siswa
berinisial NZ pada siklus I memperoleh 58%
menjadi 70% pada akhir siklus II, siswa
berinisial RN pada siklus I memperoleh 72%
menjadi 85% pada akhir siklus II, siswa
berinisial SD pada siklus I memperoleh 66%
menjadi 78% pada akhir siklus II, siswa
berinisial SL pada siklus I memperoleh 65%
menjadi 77% padaakhir siklus II. Penelitian
ini dikatakan berhasil dan mengalami
peningkatan yang optimal apabila prosentase
tingkat kemampuan menulis permulaan siswa
tunagrahita sedang mencapai 70% pada setiap
akhir siklus.Pada siklus I kemampuan menulis
permulaan siswa tunagrahita sedang kelas II
SDLB C Cempaka Putih sudah mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan
kemampuan menulis permulaan siswa
tunagrahita sedang saat sebelum diberikan
tindakan tetapi belum optimal peningkatannya,
maka penelitian ini dilanjutkan dengan
melaksanakan siklus II. Pada siklus II
kemampuan menulis permulaan siswa
tunagrahita sedang kelas II SDLB C Cempaka
Putih mengalami peningkatan sesuai yang
diharapkan yaitu 70 %. Berikut tabel analisa
data perkembangan kemampuan menulis
permulaan siswa tunagrahita sedang kelas II
dari kemampuan awal (pra siklus), siklus I,
50%, siklus I menacapai 66%, siklus II
mencapai 78%. Siswa SL pada kemampuan
awal
memperoleh
prosentase
tingkat
kemampuan awal 45%, siklus I menacapai
65%, siklus II mencapai 77%.Berdasarkan
hasil prosentase tingkat penguasaan yang
diperoleh siswa dari siklus II yang telah
mencapai lebih dari 70%, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
multisensori dapat meningkatkan kemampuan
menulis permulaan pada siswa tunagrahita
sedang. Dapat diartikan bahwa siswa dapat
melakukan kegiatan pembelajaran menulis
permulaan yang terdiri dari menghubungkan
titik menjadi garis horizontal, garis vertikal,
garis miring, garis lengkung, dan garis zigzag,
membuat garis horizontal, garis vertikal, garis
miring, garis lengkung, dan garis zigzag,
Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Peggunaan Metode Multisensori Pada Siswa Tunagrahita Sedang Kelas II (Vivi Oktaviani)
6. menulis huruf vokal a, i, u, e, o, menulis huruf
konsonan b, j, k, m, s dengan tulisan yang jelas
dan dapat dibaca meskipun dengan ukuran
yang belum konsisten,Kemampun siswa dalam
menulis permulaan dapat digambarkan dengan
grafik
peningkatan
prosentase
tingkat
kemampuan
menulis
permulaan
dari
kemampuan awal, siklus I, sampai pada siklus
II sebagai berikut :
100
PRA SIKLUS
50
SIKLUS I
0
SIKLUS II
ND NZ RN SD SL
Gambar grafik diatas menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan menulis permulaan
pada siklus I, dan siklus II dan penelitian ini
dikatakan berhasil. Tindakan yang diberikan
berupa penggunaan metode multisensori yang
dilakukan berdasarkan tahapan – tahapan
menulis permulaan. Hal ini membuat siswa
terbiasa dan memahami dalam melakukan
kegiatan pembelajaran menulis permulaan
sehingga kemampuan siswa dalam menulis
permulaan mengalami peningkatan.Dari uraian
diatas nampak bahwa dalam mengajarkan
menulis permulaan, sebaiknya menggunakan
metode multisensori. Metode multisensori
merupakan metode yang melibatkan seluruh
indera dalam pembelajaran membantu siswa
tunagrahita untuk menumbuhkan konsep garis
dan huruf berdasarkan huruf yang dilihat,
nama huruf yang didengar, huruf yang diraba,
dan gerakan tangan untuk mengingatkan
karakter-karakter pada huruf.
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat terlihat
adanya perubahan kemampuan menulis
permulaan siswa tunagrahita sedang melalui
penggunaan metode multisensori yang
dilaksanakan oleh siswa kelas II SDLB
Cempaka Putih Jakarta Pusat. Hal ini dapat
terlihat dari refleksi hasil tes kemampuan
awal, siklus I, siklus II. Pada kemampuan awal
siswa berinisial ND memperoleh skor
kemampuan 45%, siswa berinisial NZ
memperoleh skor kemampuan 42%, siswa
berinisial RN memperoleh skor kemampuan
58%, siswa berinisial SD memperoleh skor
kemampuan 50%, siswa berinisial SL
memperoleh skor kemampuan mendapat 48%,
sebagian siswa sudah dapat menghubungkan
titik-titik menjadi garis namun belum
konsisten, siswa masih mebutuhkan bantuan
dalam membuat garis, menulis huruf vokal,
dan menulis huruf konsonan. Kemudian pada
siklus I siswa berinisial ND memperoleh skor
kemampuan 63%, siswa berinisial NZ
memperoleh skor kemampuan 58%, siswa
berinisial SD memperoleh skor kemampuan
66%, siswa berinisial SL memperoleh skor
kemampuan 65%, salah satu siswa telah
mencapai kriteria keberhasilan yaitu siswa RN
sebesar 72%, berdasarkan rata-rata hasil
prosentase pada siklus I yang belum mencapai
kriteria 70%, sehingga peneliti dan guru kelas
sepakat untuk melanjutkan pada siklus II. Pada
siklus II Siswa berinisial siswa berinisial ND
memperoleh skor kemampuan 75%, siswa
berinisial NZ memperoleh skor kemampuan
70%, siswa berinisial RN memperoleh skor
kemampuan 85%, siswa berinisial SD
memperoleh skor kemampuan 78%, siswa
berinisial SL memperoleh skor kemampuan
77%.
Hal
ini
menunjukkan
adanya
peningkatan kemampuan menulis permulaan
dari kemampuan awal siswa, kemudian
dilanjutkan dengan siklus I, dan ditingkatkan
lagi pada siklus II. Hasil tersebut telah
mencapai pada skor kriteria keberhasilan 70%,
sehingga peneliti dan guru kelas sepakat untuk
menghentikan penelitian ini. Melihat hasil
yang diperoleh dapat dikatakan bahwa
penggunaan metode multisensori telah berhasil
meningkatkan kemampuan menulis permulaan
pada siswa tunagrahita sedang di kelas II
SDLB C Cempaka Putih Jakarta Pusat.
Dengan menggunakan metode multisensori,
pembelajaran menulis permulaan menjadi
lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa
tunagrahita sedang. Motivasi belajar siswa
menjadi meningkat dan konsentrasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran menjadi lebih
fokus.
Berdasarkan hasil penelitian maka
implikasi dari penelitian ini membuktikan
bahwa metode multisensori yang digunakan
dapat membantu kesulitan-kesulitan dalam
pelajaran
terutama
dalam
mengenal
karakteristik suatu huruf, melalui metode
multisensori pembelajaran menulis menjadi
lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa
tunagrahita sedang.Penggunaan metode yang
tepat
dan
menarik juga
menunjang
Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Peggunaan Metode Multisensori Pada Siswa Tunagrahita Sedang Kelas II (Vivi Oktaviani)
7. keberhasilan dalam pembelajaran menulis
permulaan,
diantaranya
yaitu
metode
multisensori. Penelitian ini juga dapat menjadi
acuan bagi guru dalam mengajarkan
kemampuan menulis permulaan dan sebagai
acuan bagi peneliti selanjutnya.
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi
yang telah dikemukakan, maka peneliti
mencoba untuk mengemukakan saran-saran
sebagai berikut: untuk Sekolah, hendaknya
sekolah memberikan arahan dan kebijakan
untuk menerapkan metode multisensori serta
media kongkret sebagai penunjang dalam
proses belajar mengajar, hendaknya metode
mulisensori juga dapat diterapkan untuk mata
pelajaran
lainya.Untuk
guru,
metode
multisensori ini dapat dijadikan alternatif
metode pembelajaran dalam mengembangkan
pembelajaran pada aspek bahasa. Untuk orang
tua, dapat memberikan contoh dalam
mengembangkan
kemampuan
menulis
permulaan anak agar lebih baik. Untuk
peneliti selanjutnya, dapat mengembangkan
penelitian dengan metode multisensori pada
aspek-aspek perkembangan yang lain.
Mulyono Abdurrahman. 1994. Pendidikan
Luar Biasa Umum. Jakarta: Debdikbud
Muhammad Efendi. 2006.
Pengantar
Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:
Bumi Aksara
Seefeld, Carool & Barbara A. Wasik. 2008.
Pendidikan Anak Usia Dini Menyiapkan Anak
Usia Tiga,Empat dan Lima Tahun Masuk
Sekolah. Jakarta: PT Indeks
Sujihati.Somantri.2006.Psikologi Anak Luar
Biasa. Bandung: Refika Aditama
Tadkiroatun Musfiroh. 2009.
Menumbuhkembangkan Baca-Tulis Anak Usia
Dini. Jakarta: Grasindo
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Yusuf. 2003. Pendidikan Bagi Anak dengan
Problema Belajar. Solo: Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
Daftar Pustaka
Cecil D. Mercer. 1989. Teaching Students
With Learning Problems. Ohio: Merill
Publishing Company.
Choate.
1987.
Curriculum
Based
Assesmentand Programming. USA: Allyn and
Bacon
Depdiknas. 2007. Pedoman Pembelajaran
Persiapan Membaca Dan menulis Melalui
Permainan Di Taman Kanak – Kanak. Jakarta:
Direktorat Pembinaan TK dan SD
Jody Capehart. 2012. Chersing and
Challenging Your Children, Jakarta: Metanoia
Publishing
http://www.scribd.com/mobile/doc/105431346
?widht=320 diakses 11 januari 2013, 13.00
WIB.
Martini Jamaris. 2009. Kesulitan Belajar.
Jakarta: Yayasan Penamas Murni
Moh Amin. 1995. Orthopedagogik Anak
Tunagrahita. Bandung: Depdikbud
Muchlisoh. 1994. Materi Pokok Pendidikan
Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Universitas
Terbuka
Mulyono Abdurrahman. 1994. Pendidikan
Anak
Berkesulitan
Belajar.
Jakarta:
Depdikbud
Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Peggunaan Metode Multisensori Pada Siswa Tunagrahita Sedang Kelas II (Vivi Oktaviani)