1. “ TEUKU UMAR “
XI – MIA 3
SMA NEGERI 1 KEJAYAN
Kab. Pasuruan
• Andri Ferdiansyah
• Aditya Firman Syahbana
• Rizki Apriliangga Putra Prasetya
2. Foto – Foto Tentang Teuku Umar
Teuku Umar
Teuku Umar bersama
Pengikutnya
Rumah Teuku Umar di
Lampisang, Peukan Bada,
Aceh Besar thn. 1896
Makam Teuku Umar
di Mugo Rayek,
Panton Reu, Aceh
Barat
3. Monumen Teuku Umar di
Meulaboh
Gelang Akarbahar Milik Teuku Umar
(koleksi Tropen Museum)
Jas Teuku Umar
(koleksi Tropen Museum)
4. Biografi Teuku Umar
Teuku Umar berasal dari keluarga keturunan Minangkabau yang merantau ke Aceh pada akhir abad ke-17.
Teuku Umar lahir di Meulaboh Aceh Barat pada tahun 1854, anak seorang Uleebalang bernama Teuku
Achmad Mahmud dari perkawinan dengan adik perempuan Raja Meulaboh. Umar mempunyai dua orang
saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki.
Teuku Umar dari kecil dikenal sebagai anak yang cerdas, dan terkadang suka berkelahi dengan teman-
teman sebayanya. Ia juga memiliki sifat yang keras dan pantang menyerah dalam menghadapi segala
persoalan. Teuku Umar tidak pernah mendapakan pendidikan formal yang baik. Meski ia tidak
mendapatkan pendidikan yang baik, ia mampu menjadi seorang pemimpin yang kuat, cerdas , dan
pemberani.
Teuku Umar menikah saat berusia 20 tahun, dengan Nyak Sofiah, anak Uleebalang Glumpang. Untuk
meningkatkan derajat dirinya, Teuku Umar kemudian menikah lagi dengan Nyak Malighai, puteri dari
Panglima Sagi XXV Mukim.
Pada tahun 1880, Teuku Umar menikahi janda Cut Nyak Dhien, puteri pamannya Teuku Nanta Setia.
Suami Cut Nya Dien, yaitu Teuku Ibrahim Lamnga meninggal dunia pada Juni 1878 dalam peperangan
melawan Belanda di Gle Tarun. Kemudian mereka berdua berjuang bersama untuk melancarkan serangan
terhadap Belanda.
5. Perlawanan dengan Penjajah
Perang Aceh meletus pada tahun1873, pada saat itu Teuku Umar ikut serta berjuang
bersama pejuang-pejuang Aceh lainnya, umurnya baru menginjak 19 tahun. Mulanya ia
berjuang di kampungnya sendiri, kemudian dilanjutkan ke Aceh Barat. Pada umur yang
masih muda ini, Teuku Umar sudah diangkat sebagai kepala desa atau keuchik gampong
di daerah Daya Meulaboh.
Pada tahun 1878, Belanda berhasil menguasai Kampung Darat yang pada waktu itu
merupakan markas Teuku Umar beserta pasukannya. Karena sudah dikuasai oleh Belanda,
maka ia beserta pasukannya mundur ke daerah Aceh Besar sambil menyusun kekuatan
dan melancarkan Wakil Panglima Besar (1962-1965) Ketua MPRS (1966-1972) perang
gerilya.
Teuku Umar kemudian mencari strategi untuk mendapatkan senjata dari pihak Belanda
yang akan ia gunakan untuk menghadapi perlawan Belanda. Akhirnya, Teuku Umar
berpura-pura tunduk pada Belanda dengan menyatakan sumpah setia kepada Van Teijin
Gubernur yang merangkap sebagai panglima Belanda di Aceh.
6. Akhir Perjuangan Teuku Umar
Pada Februari 1899, Jenderal Van Heutsz mendapat laporan dari mata-matanya
mengenai rencana kedatangan Teuku Umar di Meulaboh, dan segera
menempatkan sejumlah pasukan yang cukup kuat diperbatasan Meulaboh.
Malam menjelang 11 Februari 1899 Teuku Umar bersama pasukannya tiba di
pinggiran kota Meulaboh
Pasukan Aceh terkejut saat pasukan Van Heutsz mencegat. Posisi pasukan Umar
tidak menguntungkan dan tidak mungkin mundur. Satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan pasukannya adalah bertempur. Dalam pertempuran itu Teuku
Umar gugur terkena peluru musuh yang menembus dadanya.
Jenazahnya dimakamkan di Mesjid Kampung Mugo di Hulu Sungai Meulaboh.
Mendengar berita kematian suaminya, Cut Nyak Dhien sangat bersedih, namun
bukan berarti perjuangan telah berakhir. Dengan gugurnya suaminya tersebut, Cut
Nyak Dhien bertekad untuk meneruskan perjuangan rakyat Aceh melawan
Belanda. Ia pun mengambil alih pimpinan perlawanan pejuang Aceh.
7. DISUSUN OLEH :
NAMA : Andri Ferdiansyah
KELAS : XI-MIA 3
NO. : 03
SEKOLAH : SMAN 1 Kejayan
8. NAMA : Aditya Firman Syahbana
KELAS : XI-MIA 3
NO. : 01
SEKOLAH : SMAN 1 Kejayan
9. NAMA : Rizki Apriliangga Putra P.
KELAS : XI-MIA 3
NO. : 19
SEKOLAH : SMAN 1 Kejayan