1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap permukaan Bumi dan proses yang terjadi
terhadapnya. Secara luas, berhubungan dengan landform (bentuk lahan) tererosi dari batuan yang
keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perilaku
organisme di tempat mereka hidup.
Bentuk lahan merupakan bentuk pada permukaan bumi sebagai hasil perubahan bentuk
permukaan bumi oleh proses – proses gemorfologi yang beroperasi dipermukaan bumi . semua
perubahan fisik maupun kimia pada permukaan bumi oleh tenaga – tenaga geomorfologi. Semua
tenaga yang ditimbulkan oleh medium alam yang berada dipermukaan bumi termasuk di
atmosfer . Proses merupakan perubahan bentuk lahan dalam waktu relatif pendek akibat adanya
gaya eksogen serta waktu perkembangan relatif pendek. Bentuk lahan atau Landform adalah
bentukan alam di permukaan bumi khususnya di daratan yang terjadi karena proses pembentukan
tertentu dan melalui serangkaian evolusi tertentu pula.
Menjelaskan bahwa bentuk lahan merupakan suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh
proses alami, memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan julat
tertentu yang terjadi dimanapun bentuk lahan tersebut terdapat. Lebih lanjut Gunadi (1991)
mengemukakan bahwa berkaitan dengan data bentuk-lahan, tanah, hidrologi, dan sebagainya,
dapat merumuskan alternatif-Alternatif dan strategi pengembangan guna perencanaan
penggunaan lahan. Sedangkan bahwa bentuk lahan adalah kenampakan medan yang dibentuk
oleh proses-proses alami yang mempunyai susunan tertentu dan julat karakteristik fisik dan
visual di mana bentuk lahan itu terbentuk.
Bumi merupakan satu satunya planet yang memiliki kehidupan di dalamnya. Bumi sebagai
sebuah planet memiliki struktur komposisi, proses yang terjadi padanya dan juga hasilnya serta
materi penyusunnya. Adapun materi penyusun bumi, yaitu berupa mineral dan batuan.
2. 2
1.2. Ruang lingkup
Atas dasar definisi dan pengertian Geomorfologi seperti yang dikemukakan pada bagian
terdahulu, maka beriktut ini disajikan tentang ruang lingkup geomorfologi serta hubungannya
dengan ilmu-ilmu lain. nampak jelas bahwa fisiografi merupakan studi tentang daratan, lautan,
dan atmosfir. Lautan dipelajari dalam Oseanografi, atmosfir menjadi studi Meteorologi,
sedangkan daratan merupakan obyek kajian Geomorfologi. Dengan demikian jelaslah studi
Geomorfologi merupakan salah satu cabang dari Fisiografi yaitu tentang daratan yang menitik
beratkan pada bentuklahan penyusun konfigurasi permukaan bumi.
Berbicara mengenai hubungan antara Geomorfologi dengan Geologi W.M. Davis dalam
Sudardja menggunakan istilah geomorphogeny dan geomorphography, karena adanya perbedaan
penekanan dalam mempelajarinya. Dimana, geomorphogeny tekanan dalam mempelajarinya
mengutamakan bentuk-bentuk muka bumi masa lampau, yang erat hubungannya dengan geologi,
sedangkan geomorphography lebih menekankan mempelajari bentuk-bentuk muka bumi yada
ada pada masa sekarang, sehingga hubunganya dengan geografi sangat erat. Obyek kajian
Geomorfologi seperti yang tersurat dalam definisi-definisi yang dikemukakan pada bagian
terdahulu adalah bentuklahan. Zakrezewska dalam Sutiknomengatakan bahwa Geomorfologi itu
mencakaup aspek lingkungan dan aspek spasial/keruangan termasuk ke dalam aliran
geomorfologi-geografis.
1.3. Tujuan
Tujuan dari Tugas geomorfologi ini membangun sistem informasi mengenai
geomorfologi di Samarinda. Untuk mengetahui peranan geomorfologi dalam geografi fisik
dan untuk mengetahui bentang lahan dan bentuk lahan sebagai sumber daya landskap kota
samarinda
3. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bentang alam
Adalah suatu unit geomorfologis yang dikategorikan berdasarkan karateristik seperti
elevasi, kelandaian, orientasi, stratifikasi, paparan batuan, dan jenis tanah. Jenis-jenis bentang
alam antara lain adalah bukit, lembah, tanjung, dll, sedangkan samudra dan benua adalah contoh
jenis bentang alam tingkat tertinggi.(asdak,2002)
Beberapa faktor, mulai dari lempeng tektonik hingga erosi dan deposisi dapat membentuk
dan memengaruhi bentang alam. Faktor biologi dapat pula memengaruhi bentang alam,
contohnya adalah peranan tumbuhan dan ganggang dalam pembentukan rawa serta terumbu
karang. Istilah-istilah bentang alam tidak hanya dibatasi bagi bentukan di bumi, melainkan dapat
pula digunakan untuk menjelaskan bentukan pada permukaan planet dan obyek-obyek lain di
alam semesta. Bentang alam adalah hasil bentukan dari alam tanpa ada campur tangan manusia,
seperti sungai, guguk pasir, danau, kipas aluvial, hutan bakau, dan lain-lain. (asdak.2002)
1. Di bawah ini adalah contoh-contoh pengenalan bentang alam yaitu :
Sungai , tekstur permukaan seragam dan ronanya gelap pada air jernih dan cerah pada air
keruh, makin ke muara makin lebar, dan tempat pertemuan umumnya menyudut lancip ke
arah aliran sungai.
2. Hutan bakau , rona hitam karena daya pantul yang rendah sekali, pohon tingginya
seragam antara 7 sampai dengan 13 meter, dan tumbuh pada pantai yang becek atau air
payau.
Bentang budaya adalah bentukan di bumi disertai adanya campur tangan manusia seperti jalan
raya, kolam renang, sawah, kebun, dan sebagainya
1. Jalan, bentuk memanjang dengan lebar seragam, relief lurus, tekstur halus, rona berbeda
dengan sekitarnya, umumnya cerah, simpang jalan pada umumnya tegak lurus atau
4. 4
mendekati tegak lurus.
2. Rumah, bentuk mendekati empat persegi panjang, berasosiasi dengan jalan, ukuran
rumah relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan pabrik atau kantor, jika mempunyai
halaman, biasanya ditanami tanaman hias atau tanaman pekarangan.
3. Lapangan sepak bola, bentuk persegi panjang dengan ciri dimensi yang jelas, ukuran
100m x 100m, rona cerah oleh rumput, tekstur halus.
2.2 Macam-macam proses bentang alam
Bentang alam structural
adalah bentang alam yang pembentukkannya dikontrol oleh struktur geologi daerah yang
bersangkutan. Struktur geologi yang paling banyak berpengaruh terhadap pembentukan
morfologi adalah struktur geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu
ada. Biasanya terbentuk oleh adanya proses endogen yaitu proses tektonik yang mengakibatkan
adanya pengangkatan, patahan, dan lipatan, yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief
yang khas. (soewarno,1991)
Bentang alam volkanik adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh proses
keluarnya magma dari dalam bumi . Bentang alam volkanik umumnya dihubungkan dengan
gerak tektonik, gunungapi-gunungapi sebagian besar dijumpai di depan zona penunjaman
(subduction zone)
Bentang alam eolian merupakan bentang alam yang dibentuk karena adanya aktivitas angin.
Bentang alam ini banyak dijumpai pada daerah gurun pasir.
Terjadinya gurun pasir sendiri lebih diakibatkan karena adanya pengaruh iklim dan bukan
merupakan hasil khusus dari agen geologi tertentu.
Bentang alam fluvial
satuan geomorfologi yang pembentukannya erat hubungannya dengan proses fluviatil.
Proses fluviatil : semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang
mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air
permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang
tidak terkonsentrasi ( sheet water).proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang
5. 5
khas sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk
dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air
permukaan.(soewarno,1991)
Bentang alam Marin (M)
Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan
terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir
yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer ke arah
darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi,
sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya.
Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu,
berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
Bentang alam Denudasional
Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan
tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua proses pada batuan baik secara
fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan
yang lapuk menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan abrasi,
tersangkut ke daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian terendapkan.
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat
erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief
Bentang alam Solusional
Bentuk lahan karst dihasilkan oleh proses pelarutan pada batuan yang mudah larut.
Karst adalah suatu kawasan yang mempunyai karekteristik relief dan drainase yang khas, yang
disebabkan keterlarutan batuannya yang tinggi. Dengan demikian Karst tidak selalu pada batu
gamping, meskipun hampir semua topografi karst tersusun oleh batu gamping.(soewarno,1991)
6. 6
Bentang alam Glasial
Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit di puncak
Gunung Jaya Wijaya, Papua. Bentuk lahan asal glasial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang
menghasilkan suatu bentang alam.
Semua satuan bentuklahan tersebut memiliki karakter yang khas dan mencerminkan ciri tertentu.
Dengan demikian maka, dengan mengenal nama satuan bentuklahan akan dapat dibayangkan
sifat alaminya. Satuan bentuklahan ini sangat penting terutama dalam konteks kajian lingkungan,
baik lingkungan fisik, biotis, maupun kultural.
Bentang alam Organik
Bentuklahan ini merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh
kuat aktivitas organisme (flora dan fauna).
Bentang alam Antropogenik
Bentuklahan asal antropogenik (A), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi
akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, dan pelabuhan, merupakan contoh-contoh satuan
bentuklahan hasil proses antropogenik.Terdapat banyak variasi gambaran bentuklahan didalam
wilayah iklim yang luas. Proses geologi berperan penting dalam pembentukan bentuklahan
melalui aktivitas tektonik dan vulkanik yang telah membentuk daratan benua menjadi berbagai
bentuk. Bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografis khas, akibat pengaruh
kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan, dalam skala ruang dan waktu
kronologis tertentu disebut bentuklahan. Ekositem bentuklahan sangat mempengaruhi iklim dan
penggunaan lahan. Sebaliknya, panas atau dinginnya iklim akan mempengaruhi tanah dan
tanaman yang ada di bentuklahan tersebut.
3. Pola Pengaliran
Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu daerah
yangdipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur pengaliran tetap pengali.Biasanya
pola pengaliran yang demikian disebut sebagai pola pengaliran permanen (tetap).
7. 7
Macam-macam pola pengaliran :
1. Pola trellis dimana memperlihatkan letak anak-anak sungai yang paralel menurut strike
atau topografi yang paralel. Anak-anak sungai bermuara pada sungai induk secara tegak
lurus. Pola pengaliran trellis mencirikan daerah pegunungan lipatan (folded mountains).
Induk sungai mengalir sejajar dengan strike, mengalir di atas struktur synclinal,
sedangkan anak-anak sungainya mengalir sesuai deep dari sayap-sayap synclinal dan
anticlinal-nya. Jadi, anak-anak sungai juga bermuara tegak lurus terhadap induk
sungainya (Indriani, Diah, 2006)
2. Pola Rektanguler, dicirikan oleh induk sungainya memiliki kelokan-kelokan ± 90o, arah
anak-anak sungai (tributary) terhadap sungai induknya berpotongan tegak lurus. Biasanya
ditemukan di daerah pegunungan patahan (block mountains). Pola seperti ini
menunjukkan adanya pengaruh joint atau bidang-bidang dan/atau retakan patahan escarp-
escarp atau graben-graben yang saling berpotongan.
3. Pola Denritik, yaitu pola sungai dimana anak-anak sungainya (tributaries) cenderung
sejajar dengan induk sungainya. Anak-anak sungainya bermuara pada induk sungai
dengan sudut lancip. Model pola denritis seperti pohon dengan tatanan dahan dan ranting
sebagai cabang-cabang dan anak-anak sungainya. Pola ini biasanya terdapat pada
daerah berstruktur plain, atau pada daerah batuan yang sejenis (seragam, homogen)
dengan penyebaran yang luas.
4. Pola Radial Sentripugal, Pola pengaliran beberapa sungai di mana daerah hulu sungai-
sungai itu saling berdekatan seakan terpusat pada satu “titik” tetapi muaranya menyebar,
masing-masing ke segala arah. Pola pengaliran radial terdapat di daerah gunungapi atau
topografi bentuk kubah seperti pegunungan dome yang berstadia muda, hulu sungai-
sungai berada di bagian puncak, tetapi muaranya masing-masing menyebar ke arah yang
lain, ke segala arah.
5. Pola Radial Sentripetal, Kebalikan dari pola radial yang menyebar dari satu pusat, pola
sentripetal ini justru memusat dari banyak arah. Pola ini terdapat pada satu cekungan
(basin), dan biasanya bermuara pada satu danau. Di daerah beriklim kering dimana air
danau tidak mempunyai saluran pelepasan ke laut karena penguapan sangat tinggi,
biasanya memiliki kadar garam yang tinggi sehingga terasa asin.
8. 8
6. Pola Paralel, Adalah pola pengaliran yang sejajar. Pola pengaliran semacam ini
menunjukkan lereng yang curam. Beberapa wilayah di pantai barat Sumatera
memperlihatkan pola pengaliran parallel
7. Pola Annular, Pola pengaliran cenderung melingkar seperti gelang; tetapi bukan meander.
Terdapat pada daerah berstruktur dome (kubah) yang topografinya telah berada pada
stadium dewasa. Daerah dome yang semula (pada stadium remaja) tertutup oleh lapisan-
lapisan batuan endapan yang berselang-seling antara lapisan batuan keras dengan lapisan
batuan lembut.( Indriani, Diah, 2006)
2.3 Ganesa pembentukan lembah sungai
Proses terbentuknya lembah sungai
Sungai itu terbentuk dgn adanya aliran air dari satu atau beberapa sumber air yg berada di
ketinggian,umpamanya disebuah puncak bukit atau gunung yg tinggi,dimana air hujan sangat
banyak jatuh di daerah itu,kemudian terkumpul dibagian yg cekung ,lama kelamaan dikarenakan
sdh terlalu penuh ,akhirnya mengalir keluar melalui bagian bibir cekungan yg paling mudah
tergerus air,selanjutnya air itu akan mengalir di atas permukaan tanah yg paling rendah,mungkin
mula mula merata,namun karena ada bgn bgn dipermukaan tanah yg tdk begitu keras,maka
mudahlah terkikis,sehingga menjadi alur alur yg tercipta makin hari makin panjang,seiring dgn
makin deras dan makin seringnya air mengalir di alur itu, maka semakin panjang dan semakin
dalam ,alur itu akan berbelok,atau bercabang, apabila air yg mengalir disitu terhalang oleh batu
sebesar alur itu,atau batu yg banyak,demikian juga dgn sungai di bawah permukaan tanah,terjadi
dari air yg mengalir dari atas,kemudian menemukan bgn bgn yg dpt di tembus ke bwh
permukaan tnh dan mengalir ke arah dataran rendah yg rendah.lama kelamaan sungai itu akan
semakin lebar
Air yang berada di permukaan daratan, baik air hujan, mata air, maupun cairan gletser,
akan mengalir melalui sebuah saluran menuju tempat yang lebih rendah. Mula-mula saluran
yang dilalui ini relatif sempit dan pendek. Namun, secara proses alamiah aliran ini mengikis
daerah-daerah yang dilaluinya. Akibatnya, saluran ini semakin lama semakin lebar dan panjang,
9. 9
dan terbentuklah sungai.
Proses Perkembangan Sungai
Perkembangan suatu lembah sungai menunjukkan umur dari sungai tersebut. Umur di
sini merupakan umur relatif berdasarkan ketampakan bentuk lembah tersebut yang terjadi dalam
beberapa tingkat (stadium). Pada stadium muda pembentukan lembah mulai terjadi dengan
tanda-tanda sebagai berikut :
a) Penampang melintang dari lembah berbentuk V, hal ini disebabkan karena daya kikis
vertikal yang kuat karena gradien masih besar.
b) Sungai masih banyak mempunyai erosi basis sementara.
c) Memiliki daya angkut aliran air yang terbesar.
d) Lebar bagian bawah lembah sama dengan lebar saluran sungai.
e) Dasar lembah masih belum merata.
Pada stadium dewasa lembah sungai akan memiliki ciri sebagai berikut.
a) Gradien sungai menjadi lebih kecil.
b) Erosi yang berperan penting adalah erosi lateral, sedangkan erosi vertikal praktis sudah
tidak terjadi.
c) Pada bagian akhir stadium dewasa sungai sudah mengalami pendataran dasar sungai.
d) Lembah sungai berbentuk U melebar, yang ukuran lebarnya melebihi dalamnya sungai.
e) Pada dasar lembah terdapat dataran banjir (flood plain) dan terdapat kelokan-kelokan
sungai (meander).
f) Sudah tidak terdapat erosi dasar sungai, karena dasar lembah sungai sudah merata.
Pada stadium tua sungai memilik ciri-ciri sebagai berikut.
a) Gradien sungai sudah menjadi kecil.
b) Erosi yang berperan adalah erosi lateral dan lembah sungai berbentuk U melebar.
c) Terbentuk dataran banjir.
10. 10
Morfometri
adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi dan perubahan dalam bentuk
(ukuran dan bentuk) dari organisme, meliputi pengukuran panjang dan analisis kerangka suatu
organisme .Studi morfometri didasarkan pada sekumpulan data pengukuran yang mewakili
variasi bentuk dan ukuran ikan. (Hallaf, H.P,2005)
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif terhadap bentuk lahan, sebagai aspek
pendukung morfografi dan morfogenetik, sehingga klasifikasi semakin tegas dengan angka –
angka yang jelas.
Morfometri merupakan peneraan pengukuran morfologi yang meliputi ukuran panjang
dan berat, serta skala kondisi fisik berdasarkan standar morfologi tubuh, sesuai fase hidup
hewan. Morfometri dimaksudkan untuk mengukur bagian tubuh yang penting pada hewan, agar
diketahui kisaran ukurannya, disetiap fase pertumbuhan pada masing-masing jenis-spesies
hewan, sehingga informasi untuk determinasi taksa menjadi lebih lengkap dan akurat. Nilai
penting yang terkandung dalam morfometri yaitu untuk mengenal lebih mendalam tentang jenis-
spesies, melakukan estimasi umur dan jenis kelamin serta mengetahui berat dan ukuran tubuh.
Metode analisis morfologis tradisional yaitu perbandingan antara univariate karakter
meristik dan morfometrik seperti panjang tubuh, lebar tubuh, dan tinggi tubuh, yang mampu
mengidentifikasi perbedaan antar spesies, sering kali gagal mengidentifikasi perbedaan antar
galur atau populasi. Karakter morfometri baku yang terkonsentrasi pada ukuran-ukuran panjang
dan bagian kepala, badan dan ekor menghasilkan pola gambaran bentuk tubuh yang cenderung
bias. (Hallaf, H.P,2005)
Teknik truss morphometrics merupakan salah satu upaya menggambarkan bentuk ikan
dengan cara mengukur bagian-bagian dari tubuhnya atas dasar titik-titik patokan. Pengukuran
karakter morfometrik dengan pola truss network memberikan gambaran yang lebih menyeluruh.
Metode ini menghasilkan karakterisasi geometric bentuk tubuh ikan secara lebih sistematis dan
menunjukkan peningkatan kemampuan untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan bentuk
tubuh. Patokan titik truss pada tubuh ikan sebanyak 11 buah yang meliputi : pangkal rahang
bawah, pangkal moncong bawah, pangkal moncong atas, batas antara kepala dengan badan
(ujung dorsal kepala).
Morfometri adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi dan perubahan dalam
bentuk (ukuran dan bentuk) dari organisme, meliputi pengukuran panjang dan analisis kerangka
11. 11
suatu organisme Studi morfometri didasarkan pada sekumpulan data pengukuran yang mewakili
variasi bentuk dan ukuran ikan Dalam biologi perikanan pengukuran morfologi (analisis
morfometri) digunakan untuk mengukur ciri-ciri khusus dan hubungan variasi dalam suatu
taksonomi suatu stok populasi ikan
Peta topografi
Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti
menggambar.Petatopografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian
sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili
satu ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat
diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu.( Hallaf,
H.P,2006)
Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi
elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar). Peta topografi
menyediakan data yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai,
vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak
mungkin ciri-ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.
Peta topografi yaitu jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan detail, biasanya
menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Sebuah peta topografi biasanya terdiri dari
dua atau lebih peta yang tergabung untuk membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur
merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang berhubungan namun tidak berpotongan, ini
merupakan titik elevasi pada peta topografi.Pusat Informasi Peta Topografi Kanada memberikan
definisi untuk peta topografi sebagai berikut : Sebuah peta topografi adalah representasi grafis
secara rinci dan akurat mengenai keadaan alam di suatu daratan. Karakteristik unik yang
membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya adalah peta ini menunjukkan kontur topografi
atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti jalan, sungai, danau, dan lain-lain. Karena peta
topografi menunjukkan kontur bentuk tanah, maka peta jenis ini merupakan jenis peta yang
paling cocok untuk kegiatan outdoor dari peta kebanyakan. ( Hallaf, H.P,2006)
12. 12
Orientasi medan dan posisi/GPS
Orientasi Medan mutlak di perlukan bagi para penggiat petualangan di alam terbuka. Kita
perlu tahu medan yang kita hadapi, mengetahui di mana posisi kita dan bagaimana arah kita
selanjutnya. Dengan mengetahui medan, berarti kita telah mampu melakukan olahraga sehat
bukan hanya bermodal nekat. Orientasi medan di sini termasuk pula kemampuan membaca peta
dan tanda - tandanya, termasuk penggunaan kompas untuk membaca letak kita di peta. (Sianipar
Haryadi ,2000)
Orientasi medan pada diartikan sebagai cara untuk membaca kenampakan medan yang
kemudian disesuaikan dengan peta, juga termasuk mengetahui arah dan posisi kita di
lapangan. Biasanya Anda akan di beri peta ( punya peta terlebih dahulu ) kemudian
membayangkan peta tersebut seperti apa, lalu di alam bebas itulah Anda mencocokkan bayangan
( interpetasi ) peta Anda pada keadaan nyata. Orientasi medan termasuk pula mengatahui posisi
kita di peta, dan titik posisi ( orang atau object ) lainnya yang kita ketahui di peta.
Orientasi medan yang dilakukan dengan Kompas terdapat dua cara, yaitu Resection
(menentukan posisi kita ) dan Intersection ( menentukan posisi orang lain ). Mungkin bagi orang
awam materi ini tidak telalu mudah di pahami, namun bagi orang yang telah berpengalaman
seperti para pecinta alam, ini wajib di kuasai. (Sianipar Haryadi ,2000)
Pemetaan Geologi
Untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan pemetaan geologi, maka dibutuhkan metode dan
tahapan penelitian yang disusun secara teratur dan sistematis sehingga kegiatan ini dapat
terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.( aryadhani,2005)
Kegiatan ini dilakukan dengan metode pemetaan geologi permukaan, meliputi kegiatan
orientasi lapangan dan pengambilan data lapangan pada lintasan-lintasan yang dilalui dalam
bentuk poligon terbuka. Adapun lintasan yang dilalui berupa : Lintasan sungai, dilakukan karena
ditempat-tempat tersebut mudah dijumpai singkapan litologi yang masih fresh (belum
mengalami pelapukan tingkat tinggi). Lintasan jalan, dilakukan dengan mengikuti semua jalan
13. 13
yang terdapat di daerah penelitian terutama pada jalan yang baru dibuka dengan kemungkinan
akan ditemukan singkapan geologi yang masih fresh. Lintasan kompas, dilakukan apabila di
daerah penelitian ditemukan suatu kondisi topografi (jalan, sungai, bukit) yang tidak tergambar
pada peta dasar yang digunakan.
Struktur geologi adalah struktur perubahan lapisan batuan sedimen akibat kerja
kekuatan tektonik,sehingga tidak lagi memenuhi hukum superposisi disamping itu struktur
geologi juga merupakan struktur kerak bumi produk deformasi tektonik . Struktur geologi,
bentuk-bentuk geometri yang terdapat pada kulit bumi yang terbentuk oleh pengaruh gaya-gaya
endogen, baik berupa tekanan maupun tarikan. Para ahli geologi menyebutnya Struktur Geologi,
dan dikenal dengan Kekar, Sesar, dan Lipatan. Disalin dari Museum Geologi. (Pfannkuch, 1971).
Struktur geologi, bagian dari geologi berkaitan dengan struktur yang terbentuk pada
batuan. Cabang geologi yang menjelaskan struktur geologi secara detail disebut GEOLOGI
STRUKTUR,dimana geologi struktur merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari
mengenai bentuk arsitektur kulit bumi. Kekutan Tektonik dan orogenik yang membentuk
struktur geologi itu berupa stress (Tegangan).
Berdasarkan keseragaman kekuatannya,Stress dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
A. Uniform stress (Confining Stress)
Yaitu tegangan yang menekan atau menarik dengan kekuatan yang sama dari atau ke
segala arah
B. Differential Stress
Yaitu tegangan yang menekan atau menarik dari atau ke satu arah saja dan bisa juga dari
atau ke segala arah,tetapi salah satu arah kekuatannya ada yang lebih dominan.
14. 14
Pengenalan struktur geologi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui cara-cara berikut ini :
a) Pemetaan geologi dengan mengukur strike dan dip. (Pfannkuch, 1971).
b) Interprestasi peta topografi,yaitu dari penampakan gejala penelusuran sungai,penelusuran
morfologi dan garis kontur serta pola garis konturnya.
c) Foto udara.
d) Pemboran.
e) Geofisika,
15. 15
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan lokasi praktikum
Praktikum Geomorfologi dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2013 bertempat di Perumahan
Salma Sofa, Mugirejo, Samarinda dan pada tanggal 12 Mei 2013 bertempat di daerah Batu
Besaung, Sempaja Utara, Samarinda.
Gambar 3.1.1 Lokasi Mugirejo dari data satelit
Gambar 3.1.2 Lokasi Batu besaung dari data satelit
16. 16
Gambar 3.1.3 Pengambilan data 1 Daerah Mugirejo , poto arah Utara
Gambar 3.1.4 Pengambilan data 2 Daerah Mugirejo, poto arah Selatan
17. 17
3.2 Alat & Bahan
1. Peta geologi adalah gambaran tentang keadaan geologi suatu wilayah. Dengan adanya
peta geologi dapat mempermudah kita dalam mengumpulkan data di lapangan seperti :
jenis-jenis batuan, ketebalan dan arah penyebaran batuan, susunan / urutan satuan batuan,
struktur pelapisan, kekar dan perlipatan. Serta proses yang pernah terjadi didaerah
tersebut.
2. Kompas Geologi adalah alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah penunjuk
magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat.
kompas geologi, selain dapat dipakai untuk mengukur komponen arah, juga dapat
digunakan untuk mengukur komponen besar sudut lereng. Contoh: (Strike dan Dip),
Azimuth. Dalam praktikum kali ini praktikan menggunakan kompas geologi tipe brunton,
dimana data yang diambil di lapangan adalah data kemiringan perlapisan (dip) dan data
Jurus (Strike).
3. GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit yang dapat memberikan posisi
anda di mana pun di dunia ini. Satelit GPS tidak mentransmisikan informasi posisi anda,
yang ditransmisikan satelit adalah posisi satelit dan jarak penerima GPS anda dari satelit.
Dalam praktikum lapangan ini data yang praktikan harus ambil adalah data titik koordiat
atau posisi dimana praktikan mengambil data tersebut. Contohnya : S = 28'56,3", E =
12' 3".
4. Palu geologi di gunakan untuk megait perlapisan pada batuan. Pada praktikum
geomorfologi ini praktikan menggunakan palu type chisel point. Merupakan tipe palu
yang mana memiliki salah satu bagian yang pipih, palu tipe ini biasanya di gunakan
untuk tipe yang lunak misalnya pada batuan sedimen.
5. Alat tulis sebagai alat penunjang dalam praktikum. Contohnya : pensil, bolpoint,
penggaris, penghapus, buku catatan lapangan, Dll.
6. Meteran digunakan untuk mengukur ketebalan lapisan batuan.
7. Papan clipboard berfungsi sebagai alas buat buku catatan lapangan. Dalam hal tertentu,
papan clipboard ini juga dapat praktikan gunakan sebagai alat bantu praktikan dalam
mengukur strike dan dip, jika kondisi singkapan (outcrop) tidak memungkinkan untuk
kita ambil stike dan dipnya dengan menggunakan kompas.
18. 18
8. Plastik sample sebagai wadah atau tempat menyimpan sample-sample batuan yang
praktikan dapatkan di lapangan.
3.3 Prosedur pengukuran dan pengamatan
1. Ditentukan lokasi lahan yang akan diamati.
2. Dicatat posisi lokasi dengan titik koordinat pada GPS serta melihat arah utara dan selatan
pada lokasi pengamatan.
3. Ditentukan satuan lahan pada setiap lokasi serta diukur panjang dan lebar setiap satuan
lahan.
4. Ditentukan aspek-aspek geologi, geomorfologi, dan hidrologi pada lokasi pengamatan.
(sesuai tabel pengamatan berikut ini)
5. Dari data pengamatan, diolah untuk mendapatkan hasil dan kesimpulan dari pengamatan.
19. 19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Lokasi I (Mugirejo)
Lampiran 1 Data Hasil Pengamatan Perumahan Salma Shofa
INSTRUMEN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI
No Satuan Lahan Lokasi
Koordinat
Grid (x y z) Geodetik
1
Lereng-agak
curam, dataran,
lereng
Mugirejo Lubuk Sawah, Salma Shofa
S = 28'56,3"
E = 12' 32,3"
2 Dataran, lereng Mugirejo Lubuk Sawah, Salma Shofa
S = 28'56,3"
E = 12' 32,3"
3 Mugirejo Lubuk Sawah, Salma Shofa
4 Dataran, lereng Mugirejo Lubuk Sawah, Salma Shofa
S = 20'08,6"
E = 12' 56,4"
5 Dataran, bukit, lereng Mugirejo Lubuk Sawah, Salma Shofa
S = 24,3'42,5"
E = 09' 70,4"
6 Lereng, bukit, dataran Mugirejo Lubuk Sawah, Salma Shofa
S = 29'08,7"
E = 12' 56,4"
Geologi
Tipe batuan *)
Beku Sedimen
Metamorf
Material
lepas/
endapan
Gambut
Padas
curi
Kedalaman
pelapukanTebal Istilah
20. 20
permukaan
− 38 m Klastik − Lepas √ −
−
22,90
m
Klastik − Lepas − −
− −
−
28,7
m
Klastik − Lepas − −
−
14,05
m
Klastik − Lepas-gembur − −
−
38,8
c
m
Klastik − Gembur –
Geomorfologi
Bentuk Lereng Bentuk Lembah
Aspek
Relief
**)
Ketinggian
(mdpl)
Kemiringan
Lereng(%)
Panjang
Lereng
(m)
Cembung
Cekung
Lurus
LembahU
Tumpul
Lembah
UTajam
Lembah
V
Tumpul
LembahV
Tajam
– – – – – – 3 ? – 35 m
– √ – √ – – – 34 mdpl 90% 36 m
√ – – – – √ – ??? 33 m
√ – √ √ – – – 6 80,80 mdpl 52,86 m
– – – – – – – 1 34 mdpl
PROSES GEOMORFOLOGI
21. 21
Erosi Pelarutan Karst BanjirAda/Tidak
TipeErosi***)
Tingkat
Luas(m2
)
Ada/Tidak
TipeKarst
****)
Luas(m2
)
Ada/Tidak
Tipe
Banjir**
***)
TenagaBanjir
Frekuensi
Banjir
Lama
Genanga
nKedalaman
Genanga
n
Luas(m2
)
Rendah
Sedang
Tinggi
4 − − − − − − − − − − Cepat − −
√ 6 − − √ − − − − − − − − − −
√ ? √ − − − − − − − − − − − − −
√
1 &
3
− √ − − − −
89,5
4
m
2
− − − − − − −
3 − − − − − − − − − − − − −
Ada/Tidak
Sedimentasi Longsor
Jenis
Luas (m2
) Ada/Tidak
Tingkat
Luas (m2
)
Lumpur Pasir Kerikil Campuran Rendah Sedang Tinggi
√ − √ √ √ − √ √ − − −
√ − √ √ 60 m2
√ √ − − −
? − √ − − − − √ − − −
√ √ √ √ √ − √ √ √
− − − 46,56 m2
– − − − −
Tanah
Warna
(Mun
sell
book
)Solum(m)Kedalama
n
efekti
f(m)
Tekstur
Struktur
Permeabilit
as
Bahan
Orga
nik
pH
Konsisten
si
Tana
h
****
**)
Drainase
Kandunga
n
Hum
us
Permukaa
n
berk
erikil
/
berb
atu
Singkapa
n
Batu
an
23. 23
Hitam-coklat 1,
4
3
m
54,3
m
kasar
re
k
a
h
a
n
− − − − − − B2 − − − − − −
Panjang Lintasan = ……. m
Lebar Sungai = ……. m = …….. cm
= = ..….. cm
Hidrologi
Q (m3
/s)
Warna Bau Rasa
pHTidak
berwarna
Berwarna
Tidak
berbau
Berbau
Tidak
Berasa
Berasa
− − − − − − − −
− − − − − − − −
− − − − − − − −
− − − − − − − −
− − √ √ − √ − −
− − − − − − − −
Segmen Kedalam Air (cm)
h0
h1
h2
h3
h4
h5
h6
h7
h8
24. 24
Pengukuran
Waktu
Tempuh
(detik)
t1
t2
t3
t4
t5
t6
t7
t8
t9
t10
Kecepatan Aliran (V) ….. m/detik
Debit = V (Kecepatan Aliran) x A (Luas Penampang)
= ……………. m/detik x ………….. cm2
= ……………. m/detik x ………….. m2
= ……………. m3
/detik
Penggunaan Lahan Vegetasi
P
e
m
u
k
i
m
a
n
S
a
w
a
h
T
e
g
a
l
a
n
L
a
d
a
n
g
H
u
t
a
n
L
a
i
n
-
l
a
i
n
(
t
u
l
i
s
k
a
n
!
)
J
e
n
i
s
K
e
r
a
p
a
t
a
n
(
%
)
Pola Tanam Sistem Tanam
h9
h10
h11
Luas Penampang (A) …….cm2
25. 25
Mengikuti
kont
ur
Memoton
g
kont
ur
Menyebar
Sejajar
Monokult
ur
Tumpang
sari
√ − − − −
Belukar
Diptrokar
pose
70
%
− − − − − −
√ − − − −
Belukar
Diptrokar
pose
− − − − − − −
√ − − − √
perumaha
n
− − √ − √ − − −
√ − − −
B
e
l
u
k
a
r
tambang
− − − − − − − −
– – –
Jalan
Diptrokar
pose
− − − − − − −
Teknik Konservasi
Ada/Tidak
Jenis Kualitas Ukuran Konservasi
Mekanik Kimiawi Vegetatif Buruk Sedang Baik Sempit Sedang Luas
− − − − − − − − − −
− − − − − − − − − −
− − − − − − − − − −
− − − − − − − − − −
26. 26
− − − − − − − − − −
N
O
Faktor
Penghambat/Pembata
s
Kelas Kemampuan Lahan
I II III IV V VI VII VIII
1 Lereng Permukaan − − − − − − − −
2 Kepekaan Erosi − − − − − − − −
3 Tingkat Erosi − − − − − − − −
4 Kedalaman Tanah − − − − − − − −
5 Tekstur Lapisan Atas − − − − − − − −
6
Tekstur Lapisan
Bawah
− − − − − − − −
7 Permeabilitas − − − − − − − −
8 Drainase − − − − − − − −
9 Kerikil/Batuan − − − − − − − −
10 Ancaman Banjir − − − − − − − −
27. 27
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perumahan Salma Shofa
Perumahan Salma Shofa, desa Mugirejo, Lubuk Sawah, Samarinda terletak pada
koordinat S = 28'56,3" dan E = 12' 32,3". Dari data hasil field trip yang dilakukan
pada lokasi tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah bukit, lereng, dan
dataran. Sedimen yang terdapat pada lokasi berupa sedimen klastik dan merupakan material
permukaan domina n lepas dan sebagian gembur. Bentuk lereng pada lokasi berupa lereng
cembung, cekung, dan lurus. Tetapi lebih banyak lereng yang berbentuk cembung dan lurus serta
bentuk lembah yang tumpul. Dari bentuk lereng dan lembah didapatkan unit relief yang datar,
topografi berombak atau berbukit lereng miring, dan pegunungan terkikis dengan lereng sangat
terjal. Kemiringan yang cukup terjal, panjang lereng yang bervariasi sehingga ketinggian
lokasipun bervariasi dilihat dari permukaan air laut.
Pada lokasi tersebut terdapat erosi dan tingkat erosinyapun bervariasi, tetapi lebih
dominan tipe erosi yang rendah, dan tipe erosinya berupa tipe erosi alur, erosi parit, erosi
percikan dan tipe erosi longsoran. Terdapat proses sedimentasi yang terbentuk yang berupa
sedimen lumpur, sedimen pasir, sedimen krikil, sedimen campuran. Sehingga terdapat longsoran
pada lokasi tersebut pada intensitas rendah.
Pada lokasi tersebut memiliki warna tanah coklat, coklat muda, coklat kemerahan, coklat
kehitaman. Kedalaman solum pada lokasi tersebut tidak lebih dari 5 meter. Sehingga kedalaman
efektifnya juga berada sekitar 5 meter dari atas bukit. Tekstur tanah pada lokasi tersebut berupa
pasir-lempung-batubara. Sehingga struktur tanah yang terbentuk granular, gempal membulat dan
rekahan. Konsistensi tanah di lokasi tersebut tidak lekat, agak lekat dan sangat lekat, keadaan
drainase cepat terdapat kandungan humus dan singkapan di lokasi tersebut.
Penggunaan lahan dilokasi tersebut berupa belukar dan dimanfaatkan untuk permukiman
warga. Dari data yang didapat dapat kami simpulkan termasuk dalam formasi Balikpapan.
Formasi Balikpapan (Tmbp), perselingan batupasir dan lempung dengan sisipan lanau, serpih,
batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa, putih kekuningan, tebal lapisan 1 – 3 m, disisipi
lapisan batubara, tebal 0,5 – 5 m. Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan
bersusun dan silang siur, tebal lapisan 20 – 40 cm, mengandung Foraminifera kecil, disisipi
28. 28
lapisan tipis karbon. Lempung, kelabu kehitaman, setempat mengandung sisa tumbuhan, oksida
besi yang mengisi rekahan-rekahan setempat mengandung lensa-lensa batupasir gampingan.
Lanau gampingan, berlapis tipis; serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping pasiran,
mengandung Foraminifera besar, moluska, menunjukan umur Miosen Akhir bagian bawah –
Miosen Tengah bagian atas. Lingkungan pengendapan delta, dengan ketebalan 1000 – 1500 m.
4.2.2 Batu Besaung
Batu besaung terletak pada koordinat S = 24'37,2"E = 09' 03,2". Dari data hasil
field trip yang dilakukan pada lokasi tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan
daerah daratan, lembah, bukit, lereng. Sedimen yang terdapat pada lokasi berupa sedimen non
klastik dan endapan alluvial, dan merupakan material permukaan dominan lepas dan sebagian
gembur. Bentuk lereng pada lokasi berupa lereng cembung, cekung, dan lurus. Tetapi lebih
banyak lereng yang berbentuk cembung dan cekung serta bentuk lembah yang tumpul. Dari
bentuk lereng dan lembah didapatkan unit relief yang datar, dan pegunungan terkikis dengan
lereng sangat terjal. Kemiringan yang cukup terjal, panjang lereng yang bervariasi sehingga
ketinggian lokasipun bervariasi dilihat dari permukaan air laut.
Pada lokasi tersebut terdapat erosi dan tingkat erosinyapun bervariasi, tetapi lebih
dominan tipe erosi yang tingi, dan tipe erosinya berupa tipe erosi alur, erosi parit, erosi percikan
dan tipe erosi longsoran. Terdapat proses sedimentasi yang terbentuk yang berupa sedimen
lumpur, sedimen pasir, sedimen krikil, sedimen campuran. Sehingga terdapat longsoran pada
lokasi tersebut pada intensitas sedang – tinggi.
Pada lokasi tersebut memiliki warna tanah coklat, coklat muda, coklat kemerahan, coklat
kehitaman dan abu-abu kehitaman. Kedalaman solum pada lokasi tersebut tidak lebih dari 3
meter. Sehingga kedalaman efektifnya juga berada sekitar 3 meter dari atas bukit. Tekstur tanah
pada lokasi tersebut berupa pasir halus-pasir kasar-lempung-batubara. Sehingga struktur tanah
yang terbentuk gempal membulat. Konsistensi tanah di lokasi tersebut lekat, agak lekat dan
sangat lekat, keadaan drainase cepat terdapat kandungan humus dan singkapan di lokasi tersebut.
29. 29
Penggunaan lahan dilokasi tersebut berupa hutan dan dimanfaatkan untuk permukiman
warga tanah kavling warga. Dari data yang didapat dapat kami simpulkan termasuk dalam
formasi Balikpapan. Formasi Balikpapan (Tmbp), perselingan batupasir dan lempung dengan
sisipan lanau, serpih, batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa, putih kekuningan, tebal
lapisan 1 – 3 m, disisipi lapisan batubara, tebal 0,5 – 5 m. Batupasir gampingan, coklat,
berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang siur, tebal lapisan 20 – 40 cm, mengandung
Foraminifera kecil, disisipi lapisan tipis karbon. Lempung, kelabu kehitaman, setempat
mengandung sisa tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan setempat mengandung
lensa-lensa batupasir gampingan. Lanau gampingan, berlapis tipis; serpih kecoklatan, berlapis
tipis. Batugamping pasiran, mengandung Foraminifera besar, moluska, menunjukan umur
Miosen Akhir bagian bawah – Miosen Tengah bagian atas. Lingkungan pengendapan delta,
dengan ketebalan 1000 – 1500 m.
30. 30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kuliah lapangan dan laporan yang disusun diperoleh kesimpulan bahwa: Lokasi
kunjungan pertama yang bertempat pada Perumahan Salma Shofa menunjukkan bahwa lokasi
tersebut merupakan daerah perbukitan yang dimanfaatkan untuk lokasi perumahan dan sebagian
proses pertambangan. Serta lokasi berada pada formasi Balikpapan. Sedangkan lokasi kedua
yang berada di daerah Batu Besaung menunjukkan bahwa lokasi tersebut merupakan daerah
pegunungan yang dimanfaatkan untuk lokasi tanah kavling. Serta lokasi berada pada formasi
Balikpapan.
5.2 Saran
Pada kuliah lapangan yang telah dilaksanakan pada dua lokasi berbeda, baik dari sisi
geologi dan geomorfologi tersebut sudah cukup memuaskan. Namun, sebaiknya dalam
pencatatan deskripsi dan pencatatan data harus lebih teliti dan akurat karena data yang
diperoleh dapat menunjukkan kualitas informasi yang akan dijabarkan. Serta koordinasi
antar tiap-tiap kelompok maupun anggota harus lebih kompak.
Lokasi pengamatan yang akan dikunjungi, sebaiknya dilakukan survei yang lebih baik
agar tidak terjadi kepanikan saat akan dilakukan pengamatan.
31. 31
DAFTAR PUSTAKA
Asdak C, 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
Hallaf, H.P, 2005. Geomorfologi Sungai dan Pantai. Jurusan geografi FMIPA UNM.Makassar.
Indriani, Diah, 2006. Geologi Daerah Sukamandi dan Sekitarnya Kecamatan Talaga,
Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat. Jurusan Geologi Unpad, Bandung
Linsley RK, Kohler MA, Paulhus JLH. 1982. Hidrologi Untuk Insinyur. Hermawan
Moleong.J, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Pfannkuch, 1971. A Lexicon of Cave and Karst Terminology with Special Reference to
Environmental Karst Hydrology, AS
Sianipar Y, Haryadi E, editor. Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Hydrology for Engieneers,
Jakarta
Soewarno, 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai
(Hidrometri). Bandung
www.aryadhani.blogspot.com/2009/05/bentang-alam-fluvial.html (Diakses pada 19 Maret 2011
Pukul 22.32 WIB)
Zuidam, R.A. Van, 1985. Aerial Photo-Interpretation Terrain Analysis and Geomorphology
Mapping. Smith Publisher The Hague, ITC.