Ontologi, epistemologi dan aksiologi merupakan cabang-cabang utama filsafat yang membahas tentang hakikat yang ada, sumber pengetahuan dan nilai. Ontologi berkaitan dengan teori keberadaan, epistemologi membahas tentang pengetahuan, sedangkan aksiologi mempelajari nilai. Ketiga cabang filsafat ini merupakan konsep dasar dalam memahami berbagai persoalan filsafat.
2. Obyek Studi Filsafat Ilmu
1. Kenyataan atau Fakta
2. Kebenaran
3. Uji konfirmasi
4. Logika Inferensi
3. Metode Filsafat
• Metode Kritis (Socrates)
Metode kritis disebut juga metode dialektik
Socrates (470-399 SM) menganalisis objek-objek filsafatnya secara
kritis dan dialektis. Berusaha menemukan jawaban yang
mendasarkan tentang objek analisanya dengan pemeriksaan yang
amat teliti dan terus-menerus.
Menempatkan dirinya sebagai intelektual mid wife, yaitu orang yang
memberi dorongan agar seseorang bisa melahirkan pengetahuannya
yang tertimbun oleh pengetahuan semunya.
Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap orang tahu akan hakekat.
• Metode Intuitif (Platinos dan Bergson)
Filsuf yang mengembangkan pemikiran dengan metode ini adalah
Platinos (205-275 M) dan Henri Bergson (1859-1941).
Platinos menggunakan metode intuitif atau mistik dengan
membentuk kelompok yang melakukan kontemplasi religious yang
dijiwai oleh sikap kontemplatif.
4. Filsafat Platinos adalah a way of life.
Dalam kelompoknya Platinos melakukan usaha untuk
member semangat dan mengantarkan mereka kedalam
kehidupan rohani.
Dengan demikian bisa kita pahami bahwa tujuan Platinos
dengan filsafatnya adalah ingin membawa manusia kedalam
hidup mistis, hidup yang mempertinggi nilai rohani dan
persatuan dengan Yang Maha Esa.
Dinamika kosmis hanya bisa dipahami kalau manusia
menyelam dan membiarkan diri dalam arus kesadaran. Ia
langsung mengambil bagian dalamnya. Identifikasi telah
ditemukan dalam naluri, tapi dalam manusia mencapai
tingkat lebih tinggi bersifat sadar diri, reflektif, disinterested,
lepas dari tuntutan kegiatan dan hidup social.
5. • Metode Skolastik (Aristoteles dan Thomas Aquinas)
Metode Skolastik dikembangkan oleh Thomas Aquinas (1225-
1247).
Juga disebut metode sintetis deduktif. Metode berpikir
skolastik menunjukan persamaan dengan metode mengajar
dalam bentuknya yang sistematis dan matang.
Ada dua prinsip utama dalam metode sekolastik
yaitu Lectio dan Disputatio.
@ Lectio adalah perkuliahan kritis, diambil teks-teks dari para
pemikir besar yang berwibawa untuk dikaji.
@ Disputatio adalah suatu diskusi sistematis dan meliputi
debat dialegtis yang sangat terarah.
• Metode Geometris, Rene Descartes
Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks di capai intiuisi
akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari
yang lain), dari hakikat-hakikat itu di dedukasikan secara
matematis segala pengertian lainnya.
Rene Descartes (1596-1650) adalah pelopor filsafat modern
yang berusaha melepaskan dari pengaruh fisafat klasik.
6. Dalam metodenya Descartes mengintegrasikan logika, analisa
geometris dan aljabar dengan menghindari kelemahannya.
Metode ini membuat kombinasi dari pemahaman intuitif akan
pemecahan soal dan uraian analitis.
Descartes ingin mencari titik pangkal yang bersifat mutlak dari
filsafat dengan menolak atau meragukan metode-metode dan
pengetahuan lain secara prinsipel ia menghasilkan segala-galanya.
• Metode Empiris (Thomas Hobbes & John Locke)
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu
sendiri dan mengecilkan peran akal.
Istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria yang berarti
pengalaman.
Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme.
Meskipun bertolak pada dasar-dasar empiris, namun menerima
juga metode yang dipakai dalam ilmu alam yang bersifat
matematis. Ia telah mempersatukan empirisme dengan
rasionalisme matematis.
Mempersatukan empirisme dengan rasionalisme dalam bentuk
suatu filsafat materialistis yang konsekuen pada zaman modern.
7. • Metode Transendental (Immanuel Kant & Neo Skolastik)
Immanuel Kant (1724-1804) dalam filsafat mengembangkan
metode kritis transcendental.
Kant berpikir tentang unsure-unsur mana dalam pemikiran
manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang
terdapat dalam rasio manusia.
Ia melawan dogmatisme.
• Metode Fenomenologis (Husserl)
Edmund Husserl (1859-1938) mengembaangkan metode
fenomenologis dalam filsafat.
Menurut Husserl dalam usaha kita mencapai hakekat –pengertian
dalam aslinya- harus melalui proses reduksi.
Reduksi adalah proses pembersihan atau penyaringan dimana
objek harus disaring dari beberapa hal tambahannya.
Obyek penyelidikan adalah fenomena.
Dan yang kita cari adalah kekhasan hakekat yang berlaku bagi
masing-masing fenomena.
Fenomena adalah yang menampak. Yaitu data sejauh disadari dan
sejauh masuk dalam pemahaman
8. Jadi fenomena adalah yang menampakkan diri menurut adanya
didalam diri manusia.
Fenomenologis mengadakan refleksi mengenai pengalaman
langsung.
• Metode Dialektis (Hegel, Marx)
Metode yang dikembangkan oleh Hegel (George Wilhelm
Friederich Hegel, 1770-1831) disebut metode dialektis.
Disebut demikian sebab jalan untuk memahami kenyataan adalah
dengan mengikuti gerakan fikiran atau konsep.
Metode teori dan sistem tidak dapat dipisahkan karena saling
menentukan dan keduanya sama dengan kenyataan pula.
Dialektis terjadi dalam langkah-langkah yang dinamakan tesis-antitesis-
sintesis.
• Metode Nen-Positivistis
Kenyataan yang di pahami menurut hakikatnya dengan jalan
mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu
pengetahuan positif (eksakta).
Non-positivisme adalah satu cara pandang open mind untuk
mendapatkan keunikan informasi serta tidak untuk generalisasi,
yang entry pouint pendekatannya berawal dari pemaknaan untuk
menghasilkan teori dan bukan mencari pembenaran terhadap
suatu teori ataupun menjelaskan suatu teori, dikarenakan
kebenaran yang diperoleh ialah pemahaman terhadap teori yang
dihasilkan.
9. • Metode Analitika Bahasa (Wittgenstein)
Menurut Ludwig Von Wittgenstein (1889-1951) filsafat adalah
hanya merupakan metode Critique of Language.
Analisa bahasa adalah metode netral.
Tidak mengandaikan epistemology, metafisika, atau filsafat.
Metode Wittgenstein mempunyai maksud positif dan negatif.
Positif maksudnya bahasa sendirilah yang dijelaskan.
Apakah memang dapat dikatakan dan bagaimanakah dapat
dikatakan.
10. Peter R.Senn mengemukakan, “metode merupakan
suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah yang sistematis”.
Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian
dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut.
Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa metodologi
adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang
mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui
sesuatu.
11. Banyak peneliti pemula yang tidak bisa
membedakan paradigma penelitian ketika
dia mengadakan penelitian kuantitatif dan
kualitatif.
Padahal mestinya harus benar-benar
memahami, bahwa penelitian kuantitatif
menggunakan paradigma positivisme,
sehingga ditentukan oleh sebab akibat
(mengikuti paham determinsime, sesuatu
yang ditentukan oleh yang lain), sedangkan
penelitian kualitatif menggunakan
paradigma naturalisme (fenomenologis).
12. Ontologi
• Menurut Bahasa : Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
on / ontos = being atau ada, dan logos = logic atau ilmu.
Jadi, ontologi bisa diartikan :
The theory of being qua being (teori tentang keberadaan
sebagai keberadaan), atau Ilmu tentang yang ada.
• Pengertian menurut istilah : Ontologi adalah ilmu yang
membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan
ultimate reality yang berbentuk jasmani / kongkret maupun
rohani / abstrak (Bakhtiar, 2004).
• Dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan
pokok/aliran-aliran pemikiran antara lain:
Monoisme, Dualisme, Pluralisme, Nihilisme, dan Agnotisisme.
13. Epistimologi
• Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani
episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori.
• Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang
mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan
sahnya (validitasnya) pengetahuan.
• Pengertian lain, menyatakan bahwa epistemologi merupakan
pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan
pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan ? apakah
hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai
tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap
manuasia (William S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian,
1965, dalam Jujun S.Suriasumantri, 2005).
14. • Ruang lingkup Epistimologi
M.Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat,
sumber dan validitas pengetahuan.
Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat,
unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan.
Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa epistemologi
mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari
mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana
membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu,
mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita
ketahui, dan sampai dimanakah batasannya.
Semua pertanyaan itu dapat diringkat
menjadi dua masalah pokok; masalah
sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu.
15. • Objek dan Tujuan
Objek epistemologi ini menurut Jujun S.Suriasumatri berupa
“segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk
memperoleh pengetahuan.”
Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi
sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan
tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap
pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan.
Tujuan epistemologi menurut Jacques Martain mengatakan:
“Tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab
pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan
syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu”.
Hakikat Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu
pengetahuan, membedakan cabang-cabangnya yang pokok,
mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya.
“Apa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahui”
adalah masalah-masalah sentral epistemologi, tetapi masalah-masalah
ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat
16. Aksiologi
• Menurut Kamus Filsafat, Aksiologi Berasal dari bahasa Yunani
Axios (layak, pantas) dan Logos (Ilmu).
• Jadi aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari
nilai.
• Jujun S.Suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai
yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh.
17. CABANG-CABANG FILSAFAT
• Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika,
hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan
pengalaman manusia.
• Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
• Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
• Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
• Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.
• Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia,
filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat
pendidikan, dan sebagainya.