1. lostin1924.wordpress.com/2013/03/13/seputar-sekularisme/ 1/4
Note
Mitra dari seorang pelupa :)
Seputar Sekularisme
MARCH 13, 2013 BY NONE
Lahir dari proses kompromi
Sekularisme lahir dari proses kompromi, bukan proses berfikir. Kenapa? Bila dikaji secara mendalam,
sekuarisme tidak memberikan jawaban apapun bahkan tidak pernah membahas persoalan mendasar umat
manusia, yakni dari mana saya, untuk apa saya hidup di dunia, dan kemana saya akan pergi setelah
kehidupan di dunia ini? Sebab kemunculan paham ini bukan untuk memberikan jawaban atas tiga
pertanyaan mendasar tersebut, akan tetapi ia lahir dari hasil kompromi untuk menyelesaikan sengketa
yang terjadi antara kaum agamawan dengan ilmuan. Wujud kompromi itu memisahkan agama dari
kehidupan (sekularisme).
Pada dasarnya jalan kompromi tidak muncul dari proses berfikir yang benar, bahkan tidak dapat
dikatakan lahir dari sebuah proses berfikir. Contoh berikut ini mungkin bisa digunakan untuk
menerangkan, bahwa kompromi memang bukan lahir dari proses berfikir yang jernih dan mendalam. Si A
adalah orang yang gemar mencuri, sedangkan si B anti terhadap pencurian. Si A dan si B terus menerus
bersengketa tanpa ada unjung akhirnya. Selanjutnya muncul sebuah ide untuk menyelesaikan masalah si A
dan si B dengan jalan kompromi. Komprominya adalah, biarkan si A mencuri selama tidak mengganggu si
B, si B jangan mencegah si A untuk mencuri, selama si A tidak mengganggu dirinya. Walhasil, kompromi
ini dilakukan untuk menyelesaikan persengketaan antara si A dan si B namun ia tidak menyelesaikan hal-
hal yang substansial, yakni pencurian itu sendiri. Walhasi, pada dasarnya, kelahiran sekularisme bukan
ditujukan untuk menjawab ‘uqdatul kubra. Tetapi lahir untuk mengkompromikan dua hal yang saling
bertentangan.
Sekularisme bertentangan dengan Islam
Islam merupakan agama menyeluruh yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Isalm tidak hanya
mengatur ritual belaka, tetapi mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam mengatur masalah ekonomi,
politik, dan sosial budaya. Adapun pertentangan sekularisme dengan Islam tampak pada alasan-alasan
berikut ini:
2. lostin1924.wordpress.com/2013/03/13/seputar-sekularisme/ 2/4
Pertama, sekularisem bertentangan dengan nash al-Quran yang memerintahkan kaum muslim –termasuk ahli
kitab- untuk masuk ke dalam Islam secara menyeluruh dan total. Firman-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh. Dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kamu.” (al-Baqarah:
208)
Ibnu Katsir menyatakan: “Allah swt memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin dan mempercayai
Rasul-Nya, untuk mengadopsi keyakinan-keyakinan dan syariah Islam; mengerjakan seluruh perintah-Nya
dan meninggalkan seluruh larangan-Nya, selagi mereka mampu.”
Berdasarkan nash di atas dapat disimpulkan, bahwa seluruh kaum muslim diperintahkan untuk berserah
diri secara total terhadap ‘aqidah Islam, dan melaksanakan seluruh syariah Islam. Faham sekularisme akan
mengebiri bahkan memasung ajaran Islam yang mengatur masalah publik. Sebab, menurut faham
sekularisme ini, agama harus dipisahkan dari kehidupan. Dengan kata lain, ajaran Islam yang mengatur
sendi-sendi kemayarakatan tidak boleh diterapkan. Kaum muslim boleh beragama, akan tetapi sebatas
pada masalah-masalah ritual belaka. Sungguh, faham sekularisme adalah faham yang sesat dan kufur.
Siapapun yang meyakini paham ini akan terjatuh kepada kesesatan dan kekufuran.
Faham ini selain menjauhkan Islam dari penerapannya yang sempurna, juga akan melahirkan manusia-
manusia hipokrit yang meyakini Allah SWT, akan tetapi tidak sudi mengerjakan seluruh perintah-Nya.
Firman Allah:
“…Apakah kamu beriman kebada sebagian al-Kitab (taurat) serta mengingkari sebagian yang lain? Tiadalah
balasan bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan
pada hari kiamat nanti akan dilemparkan pada siksa yang amat keras.” (QS al-Baqarah: 85)
Mengadopsi sekularisme akan berimplikasi besar terhadap selamat atau tidaknya aqidah. Ketika kaum
muslim mengadopsi ide ini, sungguh secara langsung ia telah berusaha memarginalkan Islam dalam iklim
kehidupan . ketika ia mencampakkan aturan Allah dan diganti dengan aturan kufur , pada dasarnya ia
telah terjatuh dalam kesesatan dan kekufuran. Sementara itu, tidak ada kerugian besar, kecuali terjatuh
dalam kekafiran.
Kedua, sekularisme juga bertentangan dengan nash-nash yang memerintahkan kaum muslim untuk hanya
berhukum dengan syariah Islam. Ketika sekularisme menetapkan, bahwa manusia adalah pihak yang paling
berhak menerapkan sistem hukum di kehidupan dunia, maka pada saat itu pula, manusia, termasuk kaum
muslim akan dipaksa untuk tunduk dengan hukum-hukum positif buatan manusia. Al-quran telah
menyatakan dengan tegas:
“Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kamu
masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. an-Nisa: 115)
“Dan barang siapa tidak berhukum dengan apa-apa yang telah diturunkan Allah, maka mereka termasuk orang-
orang kafir.” (QS. al-Maidah: 44)
“Dan barang siapa tidak berhukum dengan apa-apa yang telah diturunkan Allah, maka mereka termasuk orang-
orang dzolim.” (QS. al-Maidah: 45)
3. lostin1924.wordpress.com/2013/03/13/seputar-sekularisme/ 3/4
“Dan barang siapa tidak berhukum dengan apa-apa yang telah diturunkan Allah, maka mereka termasuk orang-
orang fasiq.” (QS. al-Maidah: 47)
“Dan apa-apa yang diperintahkan Rasul kepadamu maka ambillah, dan apa-apa yang dilarang oleh Rasul maka
tinggalkanlah.” (QS. al-Hasyr: 7)
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar mereka
berhukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah
termasuk orang yang patuh.” (QS. an-Nur: 51)
“Dan kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu,
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah memperturutkan hawa
nafsu.” (QS. al-Maidah: 48)
Sekularisme akan berdampak pada dipinggirkannya dan dilenyapkannya hukum-hukum Islam yang
mengatur urusan publik. Agama Islam harus direduksi menjadi agama ritual dan hanya mengurusi urusan
pribadi. Hukum-hukum yang berhubungan dengan urusan publik harus dilenyapkan dari kehidupan.
Yang boleh hidup dalam masyarakat sekuleristik adalah ajaran Islam yang hanya mengatur etika dan
moral.
Dalam sistem, sekularistik, tidak ada seorang muslim pun yang bisa menjalankan ajaran Islam secara
sempurna. Yang tersisa hanyalah kaum muslim yang terlihat khusyuk beribadah di masjid-masjid, namun
membangkang, atau tidak mampu menjalankan aturan Allah yang mengatur urusan muamalah, hudud-
jinayat, dan ta’zir. Reduksi dan marginalisasi agama merupakan konsekuensi dari ide sekularisme yang
menempatkan agama pada wilayah pribadi dan pada wilyah moral-etika belaka. Untuk mengurursi
kehidupan dunia diatur dengan aturan manusia. Tuhan tidak boleh campur tangan urusan dunia. Padahal
kaum muslimin diperintahkan untuk hanya berhukum dengan syariat Allah, bukan syariat buatan
manusia. Lalu, dari arah mana para penganjur sekuler membenarkan ide-ide sesat ini? bahkan
mengananjurkannya? Lalu atas dasar apa pula sebagian kaum muslim yang mencari-cari nash-nash al-
Quran dan hadits untuk membenarkan ajaran sesat dan kufur ini?
Ketiga, sekularisme yang diserukan para penganjurnya akan berakibat pada tercampaknya hukum Islam yang
mengatur urusan-urusan publik baik ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Sebab, itu ajaran sesat sekularisme
adalah pemisahan agama dari kehidupan. Padahal Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek
kehidupan. Allah swt befirman:
“Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. an-Nahl: 89)
Ayat ini menunjukkan pengertian yang pasti (qath’i) tidak perlu pentakwilan lagi, bahwa Islam merupakan
dien yang mengatur seluruh urusan manusia.
Keempat, sekularisme bertentangan dengan perintah kepada kaum muslim untuk menegakkan sistem
kenegaraan Islam (Khilafah Islamiyah). Berdasarkan nash-nash al-Quran, sunnah Rasul dan Ijma’ sahabat
kaum muslim diwajibkan untuk menegakkan negara Islam (khilafah Islam).
(Selengkapnya baca di: Islam Musuh Bagi Kapitalisme dan Sosialisme, Syamsuddin Rhamadlan)