SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 18
Profesi Pendidikan Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya, pendidikan merupakan upaya untuk membimbing dan membina
manusia muda atau belum memiliki pengalaman apapun agar menjadi manusia yang
berperilaku seperti manusia pada umumnya serta pengembangan dirinya yang berguna
ketika berinteraksi dengan manusia lainnya. Hal ini dapat diamati dari proses interaksi
antara seorang pendidik/guru dengan peserta didiknya (siswa), yaitu si pendidik
memberikan pengaruh kepada peserta didiknya kearah positif. Selain itu, tujuan
pendidikan itu sendiri yaitu membentuk para peserta didik pada perubahan tingkah laku
dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan, kacakapan, kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), pengembangan sikap (attitude) dan nilai-nilai dalam rangka
pengembangan dirinya. Pengembangan tersebut dibutuhkan oleh peserta didik dalam
menghadapi tugas-tugasnya didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
sebagai siswa, anggota masyarakat, warga negara, dan sebagainya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini semakin maju, menuntut para
pendidik untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan saat ini. Hal inipun turut
dirasakan oleh para pemuda atau peserta didik saat ini, yang merupakan orang pertama
yang menjadi sasaran perkembangan teknologi. Namun, tidak semua kemajuan teknologi
pada saat ini membawa para pemuda bergerak menuju pada hal positif. Bahkan pada saat
ini banyak para pemuda atau peserta didik melakukan berbagai tindakan yang tidak sesuai
dengan norma-norma yang berlaku pada kehidupan masyarakat serta tidak mencirikan
etika bangsa dan agama. Tindakan negatif yang dilakukan oleh para pemuda tersebut
seperti tawuran antar kelompok/sekolah, mengkonsumsi narkoba, premanisme, dan
sebagainya, bahkan tidak sedikit diantara meraka melakukan tindakan asusila. Hal ini jika
Profesi Pendidikan Page 2
terus dibiarkan terjadi, maka lambat laun akan merusak moral bangsa dan para pemuda
tidak akan menghargai budaya bangsanya sendiri.
Pada akhirnya, semua permasalahan ini akan menyalahkan sistem pendidikan saat
ini, terutama kepada guru sebagai tenaga pendidik. Guru sebagai orang tua kedua di
lingkungan pendidikan atau sekolah dituntut untuk dapat membentuk etika, moral, dan
akhlak atau perilaku para peserta didiknya (siswa) agar sesuai dengan norma-norma yang
berlaku di kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Namun, tidak semua para
pendidik atau guru melaksanakan tugasnya dengan baik. Tidak sedikit dari para pendidik
atau guru yang belum mengerti tugasnya secara professional. Hal ini dapat dilihat seperti
si pendidik atau guru hanya memberikan materi yang dikuasainya, serta tidak menutup
kemungkinan mereka belum mampu menciptakan suasana belajar yang baik bagi peserta
didiknya.
Banyaknya peristiwa yang terjadi pada saat ini terutama oleh para pemuda atau
peserta didik sabagai penerus bangsa, agen perubahan dan calon pemimpin masa depan
adalah mengacu pada sistem pembelajaran yang dilakukan oleh para pendidik atau guru.
Tidak sedikit diantara mereka yang menyadari akan pentingnya pembentukan etika,
moral, dan akhlak atau perilaku peserta didiknya menuju kearah positif. Hal itu perlu
adanya kerjasama antara pendidik atau guru, orang tua, dan pemerintah. Oleh karena itu
penulis menyusun sebuah makalah dengan tema “PENGINTEGRASIAN PEMBINAAN
ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI
SEKOLAH SEBAGAI TUNTUTAN KOMPETENSI MORAL GURU
PROFESIONAL”.
Profesi Pendidikan Page 3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa arti penting kompetensi moral guru?
2. Bagaimana peran kompetensi moral guru dalam lingkungan pendidikan?
3. Apa yang menyebabkan menurunnya moral, etika dan akhlak peserta didik pada
saat ini?
1.3 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengintegrasian pembinaan etika, moral dan akhlak siswa dalam
proses pembelajaran.
2. Untuk mengetahui peranan kompetensi moral seorang guru.
1.4 Tujuan Umum
1. Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan.
2. Untuk memahami pentingnya peningkatan profesionalisme guru dan peranan
kompetensi profesional guru sebagai tuntutan kompetensi moral.
3. Untuk menambah wawasan antara penulis dan pembaca tentang kompetensi sosial
guru yang ada di sekolah dan masayarakat.
4. Memberikan penyuluhan kepada para pendidik atau guru maupun calon pendidik
tentang pentingnya pembinaan etika, moral,dan akhlak atau perilaku kepada para
peserta didik atau siswa.
5. Mengetahui proses pembinaan etika, moral, dan akhlak atau perilaku kepada
peserta didik atau siswa melalui proses pembelajaran.
1.5 Manfaat Penulisan Makalah
1. Sebagai sumber informasi bagi pembaca mengenai figur keteladan guru
profesional.
2. Sebagai suatu pembelajaran kepada calon pendidik atau guru agar kendala-kendala
yang dialami oleh guru saat ini agar tidak diulangi oleh mereka.
Profesi Pendidikan Page 4
3. Menambah pengetahuan mengenai pembinaan etika, moral, dan akhlak atau
perilaku yang dilaksanakan oleh pendidik atau guru kepada peserta didik atau
siswanya.
4. Para pendidik atau guru, khususnya calon pendidik mampu merealisasikan
pembinaan etika, moral, dan akhlak atau perilaku didalam proses pembelajaran di
kelas.
5. Para peserta didik atau siswa selain mendapatkan ilmu pengetahuan yang
diperolehnya dari lingkungan sekolah, meraka dibekali etika, moral, dan akhlak
yang harus dimilikinya dalam berinteraksi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
1.6 Sistematika Penulisan Makalah
Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan khusus
1.4 Tujuan umum
1.5 Manfaat penulisan makalah
1.6 Sistematika penulisan makalah
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Pengertian guru
2.2 Pengertian professional
2.3 Pengertian kompetensi
2.4 Pengertian etika, moral dan akhlak
2.5 Fungsi Kompetensi Moral Guru
Profesi Pendidikan Page 5
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Peranan social guru dalam masyarakat
3.2. Figur keteladanan guru profesional
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Profesi Pendidikan Page 6
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Pengertian guru
Menurut: (Greta G. Morine-Dershimer 2009, 43) guru adalah pekerjaan profesional
yang membutuhkan kemampuan khusus hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh
lembaga pendidikan keguruan.
Hasan Alwy (2009, 65) guru adalah orang yang pekerjaannya sehari-hari (mata
pencahariannya, profesinya mengajar). Guru terbagi menjadi 2 guru formal tugasnya di
sekolah dan tutor (guru) non formal yang tugasnya dalam proses belajar mengajar di
PKBM, kursus dan berbagai pelatihan lainnya. Masih ada istilah selain tutor, seperti
inspektur, fasilitator dll.
Menurut kami pengertian guru diatas lebih setuju pendapat dari Hasan Alwy bahwa
guru adalah seseorang yang profesional yang tugasnya bukan hanya sekedar mengajar di
tempat formal (disekolah) saja tetapi di tempat non formal (tempat kursus dan berbagai
pelatihan).
2.2 Pengertian profesional
Hasan Alwy (2002; 897) profesional adalah bidang pekerjaan yang dimiliki
seseorang, dalam sudut pandang lain merupakan kepandaian (keterampilan) khusus
seseorang dalam menjalankan tugasnya....”.
Hassan Shadily (1984; 2774) profesional adalah orang yang mengerjakan sesuatu
karena jabatan atau profesinya, bukan hanya untuk kesenangan saja, tetapi merupakan
suatu mata pencaharian dalam mencari nafkah...”. Termasuk juga mereka yang
mengemban jabatan fungsional guru, PPL, PLKB, Tutor, Instruktur, dll.
Menurut kelompok kami bahwa Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya
suatu bidang pekerjaan yang ingin atau ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan
sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.
Profesi Pendidikan Page 7
2.3 Pengertian kompetensi
Banyak pakar membicarakan tentang kompetensi yang pada prinsipna merujuk pada
pengertian yang sama. Dalam makna yang lebih luas kompetensi memiliki arti yang sebagai
kecakapan, kebiasaan, keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam kehidupannya
(Syaodih,2004 : 29) baik sebagai pribadi ,warga masyarakat, siswa dan termasuk juga guru.
Kata-kata tersebut sebenarnya memiliki makna khusus, tetapi secara umum dapat diartiakan
sama, yaitu sebagai perilaku atau perpormansi yang diperlihatkan sesorang dalam
beraktivitas,melaksanakan tugas, menyelesaikan pekerjaan, memecahkan masalah dan
sebagainya.(Syaodih,2002 : 32 ). Sejalan dengan itu, Muhibin (1997 : 229 ) menjelaskan bahwa
“kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan Sedangkan Broke dan Stone ( Wijaya &
Rusyan, 1994 : 7 ) menjelaskan bahwa “kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari
perilaku pendidik aau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti.
Menurut Barlow ( Dalam Muhibibin, 1997 : 229 )Bahwa kompetensi guru adalah the ability of a
teacher to responsibility perform his or her duites appropriately, yang berarti bahwa kompetensi
guru merupakan kemampuan dalam melaksanakan kewajiban – kewajiban secara bertanggung
jawab dan layak. Sependapat dengankutipan diatas, dalam hal ini kepputusan menteri pendidikan
nasional numer 045/U/2002, memberikan batasan tentang kompetensi sebagai seperangkat
tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimilki seseorng sebagai syarat untuk dianggap
mampu ( Kompeten oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang tertentu. Lebih
lanjut VITT ( 1992 : 23 ) mengemukakan terdapat lima dimensi kompetensi, yaitu (1) Motif ; )
Sifat; (3) Konsep diri ; (4) pengetahuan ; dan (5) keterampilan .Sementara itu dalam UU RI
NO.14 2005 tetang guru dan dosen dijelaskan bahwa “Kompentensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan
dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya “.
Betapa esensinya kompetensi bagi individu, terutama pada seseorang yang terlibat dalam
menekuni suatu pekerjaan ( profesi), maka kompetensi merupakan suatu hal yang mendasar bagi
Profesi Pendidikan Page 8
terciptanya kualitas kerja yang dihasilakan, sejalan dengan itu Spencer dan Spencer ( 1993 : 104
) memberikan definisi bahwa kompetensi adalah ….an underliying characteristic of an
individual that is causally related ti criterion referenced effective and/or superios performance in
job or situation. Menurut definisi tersebut,kompetensi merupakan kar kter dasar individu yang
mempengaruhi efektivitas cara berfikir dan bertindak, serta membentuk kinerja tinggi dalam
melaksanakan pekerjaan.
2.4 Pengertian etika, moral dan akhlak
1. Pengertian Etika
Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa Arab al-akhlak yang
merupakan bentukjamakdari al-khuluq yang berartibudipekerti, tabiat atau watak yang
tercantum dalam al-qur’an sebagai konsideran. (Pertimbangan yg menjadi dasar penetapan
keputusan, peraturan)
“ Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas budi pekerti yang agung” ( Q.S Al-
Qalam: 4 )
Etika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan
yang di lakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk, dengan kata lain aturan atau pola
tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani ethos , yang berarti adat kebiasaan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas – asas
akhlak. Ahmad Amin menegaskan etika ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Etika secara terminologis, menurut Ahmad Amin etika ialah ilmu yang menjelaskan arti baik
dan buruk yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Profesi Pendidikan Page 9
Etika dalam Encyclopedia Britania dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi tentang sifat
dasar dari konsep baik dan buruk, harus, benar dan salah ( Zubair 1980)
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat
tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi
standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Etika bersifat relative yakni dapat berubah-
ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
2. Pengertian Moral
Secara etimologis istilah moral berasal dari bahasa latin “mos” (Moris), yang berarti
adat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Dewasa ini orang cenderung
untuk memakai moralitas atau moral untuk menunjukkan tingkah laku itu sendiri. Dapat
dikatakan moral adalah ukuran baik buruk seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai
warga masyarakat, dan warga negara. Selain itu moral juga memiliki dua pengertian yaitu :
a. Serangkaian tentang nilai tentang baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan susila.
b. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah dan
berdisiplin sebagaimana terungkap dalam perbuatan (Nata, 2003: 90).
Kemudian menurut C Asri Budiningsih (2004: 24) mengartikan moral yang dikutip
dari pendapat Franz Magnis Soeseno, moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia
sebagai manusia sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi
kebaikan manusia. Definisi lain dikemukakan oleh Piaget, L Kohlberg, B Graham dan
Barbara Leers dalam Ahmad Kosasih Djahiri (1986: 76) yang menyatakan bahwa moral
adalah segala hal yang menyangkut, membatasi, dan menentukan serta harus dianut,
dijalankan, karena hal tersebut dianut, diyakini, dilaksanakan, atau diharapkan dalam
Profesi Pendidikan Page 10
kehidupan dimana kita berada. Moral ada di dalam kehidupan serta menuntut dianut,
diyakini, akan menjadi moralitas sendiri.
Manusia menurut kodratnya selain dikaruniai akal juga dikaruniai hawa nafsu. Selain
itu apda dasarnya manusia itu “kosong” menerima segala bentuk tingkah laku, oleh karena itu
pendidikan moral sangat penting. Pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan
anak manusia bermoral baik dan manusiawi. Tanpa pendidikan moral, akhlak terpuji dan
mulia tidak akan menjadi bagian yang menyatu dengan kepribadaian seseorang dan manusia
akan terbiasa dengan moral yang tercela karena hanya dilandasi nafsu. Ada beberapa pakar
yang mengembangkan pembelajaran nilai moral, dengan tujuan membentuk watak atau
karakterstik anak. Pakar-pakar tersebut di antaranya Newman, Simon, Howe, dan Lickona.
Dari beberapa pakar tersebut, pendapat Lickona-lah yang lebih cocok diterapkan untuk
membentuk watak/karakter anak. Pandangan Lickona (1992) tersebut dikenal dengan
educating for character atau pendidikan karakter/watak untuk membangun karakter atau
watak anak. Dalam hal ini, Lickona mengacu pada pemikiran filosof Michael Novak yang
berpendapat bahwa watak atau karakter seseorang dibentuk melalui tiga aspek yaitu, moral
knowing, moral feeling, dan moral behavior, yang mana satu sama lain saling berhubungan
dan terkait. Lickona menggarisbawahi pemikiran Novak. Ia berpendapat bahwa pembentukan
karakter atau watak anak dapat dilakukan melalui tiga kerangka pikir, yaitu konsep moral
(moral knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behavior). Dengan
demikian, hasil pembentukan sikap karakter anak pun dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu
konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral.
3. Pengertiann akhlak
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan
Profesi Pendidikan Page 11
bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku,
atau tabiat
2.5 Fungsi Kompetensi Moral Guru
Setiap subjek mempunyai pribadi yang unik, masing-masing mempunyai ciri dan sifat
bawaan serta latar belakang kehidupan. Banyak masalah psikologis yangdihadapi peserta
didik, banyak pula minat, kemampuan, motivasi dan kebutuhannya. Semua memerlukan
bimbingan guru yang berkepribadian dapat bertindak sebagai pembimbing, penyuluh dan
dapat menoling peserta didik agar mampu menolong dirinya sendiri. Disinilah letak
kompetensi kepribadian guru sebagai pembimbing dan suri teladan. Guru adalah sebagai
panutan yang harus digugu dan ditiru dan sebagai contoh pula bagi kehidupan dan pribadi
peserta didiknya. Dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem Amongnya yaitu guru
harus:
1. Ing ngarso sungtulodo
2. Ing madyo mangun karso
3. Tut wuri hindayani
Artinya bahwa guru harus menjadi contoh dan teladan, membangkitkan motif belajar siswa
serta mendorong/memberikan motivasi dari belakang. Dalam arti Anda sebagai seorang guru
dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya pola panutan dan ikutan orang-orang
yang di pimpinnya. Dalam hal ini siswa-siswa di sekolahnya, juga sebagai seorang guru
dituntut harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang
yang dibimbingnya serta harus mampu mendorong orang-orang yang di asuhnya agar berani
berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Berdasarkan uraian diatas, fungsi kompetensi kepribadian guru adalah memberikan
bimbingan dan suri teladan, secara bersama-sama mengembangkan kreativitas dan
membangkitkan motif belajar serta dorongan untuk maju kepada anak didik.
Profesi Pendidikan Page 12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Arti Penting Kompetensi Moral Guru
Penguasaan kompetensi moral guru memiliki arti penting, baik bagi guru yang
bersangkutan, sekolah dan terutama bagi siswa. Berikut ini disajikan beberapa arti
penting penguasaan kompetensi moral guru:
1. Ungkapan klasik mengatakan bahwa “segala sesuatunya bergantung pada
pribadi masing-masing”. Dalam konteks tugas guru, kompetensi pedagogik,
profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada dasarnya akan bersumber
dan bergantung pada pribadi guru itu sendiri. Dalam melaksanakan proses
pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa akan banyak ditentukan oleh
karakteristik kepribadian guru yang bersangkutan. Memiliki kepribadian yang
sehat dan utuh, dengan kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan
kompetensi kepribadian di atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang
untuk menjadi guru yang sukses.
2. Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan
kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa. Penguasaan
kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru akan sangat membantu
upaya pengembangan karakter siswa. Dengan menampilkan sebagai sosok yang
bisa di-gugu (dipercaya) dan ditiru, secara psikologis anak cenderung akan
merasa yakin dengan apa yang sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika
guru hendak membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi
lain secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah
cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak kasar,
Profesi Pendidikan Page 13
maka yang akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih sayang, melainkan
sikap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan tertanam dalam sistem pikiran
dan keyakinan siswanya.
3. Di masyarakat, moral guru masih dianggap hal sensitif dibandingkan dengan
kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila ada seorang guru melakukan
tindakan tercela, atau pelanggaran norma-norma yang berlaku di masyarakat,
pada umumnya masyarakat cenderung akan cepat mereaksi. Hal ini tentu dapat
berakibat terhadap merosotnya wibawa guru yang bersangkutan dan kepercayaan
masyarakat terhadap institusi sekolah, tempat dia bekerja.
4. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa kompetensi moral guru berpengaruh
terhadap perkembangan belajar dan kepribadian siswa. Studi kuantitatif yang
dilakukan Pangky Irawan (2010) membuktikan bahwa kompetensi kepribadian
guru memiliki hubungan erat dan signifikan dengan motivasi berprestasi siswa.
Sementara studi kualitatif yang dilakukan Sri Rahayu (2008) menunjukkan bahwa
kompetensi kepribadian guru memiliki kontribusi terhadap kondisi moral siswa.
Hasil studi lain membuktikan tampilan kepribadian guru akan lebih banyak
mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran (Iis Holidah, 2010)
Dari uraian singkat di atas, tampak terang bahwa begitu pentingnya penguasaan
kompetensi kepribadian bagi seorang guru.
3.2 Peran Kompetensi Moral Guru
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil sangat besar terhdap
keberhasilan sebuah pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup secara optimal.
Profesi Pendidikan Page 14
Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam
perekembangannya senantiasa membutuhkanorang lain sejak lahir, bahkan pada saat
meninggal dunia. Demikan juga dengan peserta didik sejak orang tuannya
mendaftarkannya di sekolah.
Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan
berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru harus
memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik
dengan yang lainnya memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Memahami realitas
dilapangan tentang peranan dan eksistensi guru betapa besar jasa guru dalam
membantu pertumbungan dan perkembangan para peserta didik. Eksistensi dalam
pembentukan kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya
manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan bangsa dan negara.
Pada sisi lain guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan
kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya
secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan
dengan memposisikan diri sebagai berikut:
1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi peserta didik.
3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik
sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan tanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik untuk saling bersilaturrahmi dengan orang lain secara
wajar.
Profesi Pendidikan Page 15
7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antara peserta didik, orang lain dan
lingkungannya.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadi pembantu ketika diperlukan.
Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta
menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan
kualitas pribadi peserta didik.
3.3 Penyebab Menurunya Moral, Etika dan Akhlak
Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah
maupun masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak
berjalan menurut semsetinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga
misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan
umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti mana yang benar dan mana yang
salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam
lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk
manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pembinaan
moral pada anak dirumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak menghapalkan
rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus dibiasakan. Zakiah Darajat mangatakan,
moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa
membiasakan hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada
pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat
mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat
diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan perkembangan
mental dan moral anak didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan
bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi
anak-anak, dimana pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian
berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian itu, pendidikan
agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang diterima dirumah tidak akan
berkembang, bahkan mungkin terhalang. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil
peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yanglebih rusak moralnya perelu segera
Profesi Pendidikan Page 16
diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita.
Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-
anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana
disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam
pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak
belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.
Profesi Pendidikan Page 17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dalam menjalankan tugasnya secara profesional, hal yang pertama yang harus
dilakukan oleh guru sebagai tenaga pendidik adalah menjadi teladan bagi siswanya.
Hal ini dikarenakan si peserta didik akan melihat moral dan perilaku kita sebagai
teladannya. Maka, hal pertama yang harus dilakukan oleh si pendidik adalah
memberikan contoh yang baik bagi peserta didiknya.
4.2 Saran
1. Saran untuk pemerintah
Pemerintah harus mampu menyiapkan guru yang memiliki kompetensi moral yang
baik untuk melahirkan para peserta didik yang diharapkan sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
2. Saran untuk sekolah
Hendaknya sekolah di tuntut untuk menyiapkan guru berkompetensi untuk dapat
mengikatkan moral kepada para peserta didiknya.
3. Saran untuk seorang pendidik atau guru
Selayaknya seorang guru memiliki kompetesi moral yang baik yang dapat menjadi
teladan yang baik bagi para peserta didiknya.
4. Saran untuk masyarakat
Masyarakat turut berperan dalam meningkatkan kompetensi moral agar kompetensi
moral yang di harapkan tercapai secara maksimal.
5. Saran untuk mahasiswa keguruan
Sebagai mahasiswa harus mampu menumbuhkan pentingnya kompetensi moral yang
baik dan dapat mengaplikasikannya khususnya bagi diri sendiri dan masyarakat.
Profesi Pendidikan Page 18

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Mkalah citra guru
Mkalah citra guruMkalah citra guru
Mkalah citra guruaanteen
 
Guru yang Ideal Dalam Prespektif Islam
Guru yang Ideal Dalam Prespektif IslamGuru yang Ideal Dalam Prespektif Islam
Guru yang Ideal Dalam Prespektif IslamThony Hermansyah
 
Peranan guru di sekolah dan masyarakat
Peranan guru di sekolah dan masyarakatPeranan guru di sekolah dan masyarakat
Peranan guru di sekolah dan masyarakatDWC
 
Menjadi Guru Profesional
Menjadi Guru ProfesionalMenjadi Guru Profesional
Menjadi Guru Profesionaliqbalmayzun
 
Makalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guruMakalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guruemy mila
 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Mayawi Karim
 
Makalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guruMakalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guruIkhwan Mutaqin
 
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guruRatih Ginarti
 
Makalah tugas guru
Makalah tugas guruMakalah tugas guru
Makalah tugas guruiskawia
 
Arti & hakikat guru profesional
Arti & hakikat guru profesionalArti & hakikat guru profesional
Arti & hakikat guru profesionalAndy Saiful Musthofa
 
Ya Allah
Ya AllahYa Allah
Ya Allahsumesek
 
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Peran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswa
Peran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswaPeran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswa
Peran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswaSuyandi Sinaga
 

Was ist angesagt? (20)

Mkalah citra guru
Mkalah citra guruMkalah citra guru
Mkalah citra guru
 
Guru yang Ideal Dalam Prespektif Islam
Guru yang Ideal Dalam Prespektif IslamGuru yang Ideal Dalam Prespektif Islam
Guru yang Ideal Dalam Prespektif Islam
 
Peranan guru di sekolah dan masyarakat
Peranan guru di sekolah dan masyarakatPeranan guru di sekolah dan masyarakat
Peranan guru di sekolah dan masyarakat
 
Makalah Peran Guru dalam Pembelajaran
Makalah Peran Guru dalam PembelajaranMakalah Peran Guru dalam Pembelajaran
Makalah Peran Guru dalam Pembelajaran
 
Menjadi Guru Profesional
Menjadi Guru ProfesionalMenjadi Guru Profesional
Menjadi Guru Profesional
 
Makalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guruMakalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guru
 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
 
Peran dan fungsi guru
Peran dan fungsi guruPeran dan fungsi guru
Peran dan fungsi guru
 
Proposal Hibah PPM 2013
Proposal Hibah PPM 2013Proposal Hibah PPM 2013
Proposal Hibah PPM 2013
 
Edu semester 7
Edu semester 7Edu semester 7
Edu semester 7
 
Makalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guruMakalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guru
 
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
 
Kompetensi guru
Kompetensi guruKompetensi guru
Kompetensi guru
 
Makalah tugas guru
Makalah tugas guruMakalah tugas guru
Makalah tugas guru
 
Ppp2
Ppp2Ppp2
Ppp2
 
Gambaran umum tentang guru (by m.faizal)
Gambaran umum tentang guru (by m.faizal)Gambaran umum tentang guru (by m.faizal)
Gambaran umum tentang guru (by m.faizal)
 
Arti & hakikat guru profesional
Arti & hakikat guru profesionalArti & hakikat guru profesional
Arti & hakikat guru profesional
 
Ya Allah
Ya AllahYa Allah
Ya Allah
 
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
Peran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswa
Peran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswaPeran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswa
Peran guru sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswa
 

Andere mochten auch

Analisis abu
Analisis abuAnalisis abu
Analisis abuAisAisyah
 
Laporan prak. analisis abu
Laporan prak. analisis abuLaporan prak. analisis abu
Laporan prak. analisis abuAisAisyah
 
fisiologi tumbuhan - water deficit
fisiologi tumbuhan - water deficitfisiologi tumbuhan - water deficit
fisiologi tumbuhan - water deficitAisAisyah
 
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanahFisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanahAisAisyah
 
Makalah jual beli valutasi dalam Islam
Makalah jual beli valutasi dalam Islam Makalah jual beli valutasi dalam Islam
Makalah jual beli valutasi dalam Islam AisAisyah
 
Contoh Makalah Valuta asing
Contoh Makalah Valuta asingContoh Makalah Valuta asing
Contoh Makalah Valuta asingIqmal Muttaqin
 

Andere mochten auch (6)

Analisis abu
Analisis abuAnalisis abu
Analisis abu
 
Laporan prak. analisis abu
Laporan prak. analisis abuLaporan prak. analisis abu
Laporan prak. analisis abu
 
fisiologi tumbuhan - water deficit
fisiologi tumbuhan - water deficitfisiologi tumbuhan - water deficit
fisiologi tumbuhan - water deficit
 
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanahFisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
 
Makalah jual beli valutasi dalam Islam
Makalah jual beli valutasi dalam Islam Makalah jual beli valutasi dalam Islam
Makalah jual beli valutasi dalam Islam
 
Contoh Makalah Valuta asing
Contoh Makalah Valuta asingContoh Makalah Valuta asing
Contoh Makalah Valuta asing
 

Ähnlich wie profesi pendidikan

Ähnlich wie profesi pendidikan (20)

Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi Pendidikan
 
Pendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didikPendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didik
 
Peran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan PembelajaranPeran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
 
Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2
 
Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2
 
Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3
 
Komponen pendidikan
Komponen pendidikanKomponen pendidikan
Komponen pendidikan
 
New Microsoft Power Point Presentation
New Microsoft Power Point PresentationNew Microsoft Power Point Presentation
New Microsoft Power Point Presentation
 
New Microsoft Power Point Presentation
New Microsoft Power Point PresentationNew Microsoft Power Point Presentation
New Microsoft Power Point Presentation
 
Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3
 
Peran guru bk di sekolah
Peran guru bk di sekolahPeran guru bk di sekolah
Peran guru bk di sekolah
 
Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3
 
Tajuk 1 done
Tajuk 1 doneTajuk 1 done
Tajuk 1 done
 
Tajuk 1 done
Tajuk 1 doneTajuk 1 done
Tajuk 1 done
 
BAB 1.pptx
BAB 1.pptxBAB 1.pptx
BAB 1.pptx
 
Kompetensi Guru
Kompetensi GuruKompetensi Guru
Kompetensi Guru
 
Tugas filsafat tema 3.docx
Tugas filsafat tema 3.docxTugas filsafat tema 3.docx
Tugas filsafat tema 3.docx
 
Perguruan sebagai satu profesion
Perguruan sebagai satu profesionPerguruan sebagai satu profesion
Perguruan sebagai satu profesion
 
Perguruan sebagai satu profesion
Perguruan sebagai satu profesionPerguruan sebagai satu profesion
Perguruan sebagai satu profesion
 
Makalah ayun
Makalah ayunMakalah ayun
Makalah ayun
 

profesi pendidikan

  • 1. Profesi Pendidikan Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, pendidikan merupakan upaya untuk membimbing dan membina manusia muda atau belum memiliki pengalaman apapun agar menjadi manusia yang berperilaku seperti manusia pada umumnya serta pengembangan dirinya yang berguna ketika berinteraksi dengan manusia lainnya. Hal ini dapat diamati dari proses interaksi antara seorang pendidik/guru dengan peserta didiknya (siswa), yaitu si pendidik memberikan pengaruh kepada peserta didiknya kearah positif. Selain itu, tujuan pendidikan itu sendiri yaitu membentuk para peserta didik pada perubahan tingkah laku dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan, kacakapan, kemampuan (competencies), keterampilan (skills), pengembangan sikap (attitude) dan nilai-nilai dalam rangka pengembangan dirinya. Pengembangan tersebut dibutuhkan oleh peserta didik dalam menghadapi tugas-tugasnya didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai siswa, anggota masyarakat, warga negara, dan sebagainya. Ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini semakin maju, menuntut para pendidik untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan saat ini. Hal inipun turut dirasakan oleh para pemuda atau peserta didik saat ini, yang merupakan orang pertama yang menjadi sasaran perkembangan teknologi. Namun, tidak semua kemajuan teknologi pada saat ini membawa para pemuda bergerak menuju pada hal positif. Bahkan pada saat ini banyak para pemuda atau peserta didik melakukan berbagai tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada kehidupan masyarakat serta tidak mencirikan etika bangsa dan agama. Tindakan negatif yang dilakukan oleh para pemuda tersebut seperti tawuran antar kelompok/sekolah, mengkonsumsi narkoba, premanisme, dan sebagainya, bahkan tidak sedikit diantara meraka melakukan tindakan asusila. Hal ini jika
  • 2. Profesi Pendidikan Page 2 terus dibiarkan terjadi, maka lambat laun akan merusak moral bangsa dan para pemuda tidak akan menghargai budaya bangsanya sendiri. Pada akhirnya, semua permasalahan ini akan menyalahkan sistem pendidikan saat ini, terutama kepada guru sebagai tenaga pendidik. Guru sebagai orang tua kedua di lingkungan pendidikan atau sekolah dituntut untuk dapat membentuk etika, moral, dan akhlak atau perilaku para peserta didiknya (siswa) agar sesuai dengan norma-norma yang berlaku di kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Namun, tidak semua para pendidik atau guru melaksanakan tugasnya dengan baik. Tidak sedikit dari para pendidik atau guru yang belum mengerti tugasnya secara professional. Hal ini dapat dilihat seperti si pendidik atau guru hanya memberikan materi yang dikuasainya, serta tidak menutup kemungkinan mereka belum mampu menciptakan suasana belajar yang baik bagi peserta didiknya. Banyaknya peristiwa yang terjadi pada saat ini terutama oleh para pemuda atau peserta didik sabagai penerus bangsa, agen perubahan dan calon pemimpin masa depan adalah mengacu pada sistem pembelajaran yang dilakukan oleh para pendidik atau guru. Tidak sedikit diantara mereka yang menyadari akan pentingnya pembentukan etika, moral, dan akhlak atau perilaku peserta didiknya menuju kearah positif. Hal itu perlu adanya kerjasama antara pendidik atau guru, orang tua, dan pemerintah. Oleh karena itu penulis menyusun sebuah makalah dengan tema “PENGINTEGRASIAN PEMBINAAN ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH SEBAGAI TUNTUTAN KOMPETENSI MORAL GURU PROFESIONAL”.
  • 3. Profesi Pendidikan Page 3 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa arti penting kompetensi moral guru? 2. Bagaimana peran kompetensi moral guru dalam lingkungan pendidikan? 3. Apa yang menyebabkan menurunnya moral, etika dan akhlak peserta didik pada saat ini? 1.3 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengintegrasian pembinaan etika, moral dan akhlak siswa dalam proses pembelajaran. 2. Untuk mengetahui peranan kompetensi moral seorang guru. 1.4 Tujuan Umum 1. Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan. 2. Untuk memahami pentingnya peningkatan profesionalisme guru dan peranan kompetensi profesional guru sebagai tuntutan kompetensi moral. 3. Untuk menambah wawasan antara penulis dan pembaca tentang kompetensi sosial guru yang ada di sekolah dan masayarakat. 4. Memberikan penyuluhan kepada para pendidik atau guru maupun calon pendidik tentang pentingnya pembinaan etika, moral,dan akhlak atau perilaku kepada para peserta didik atau siswa. 5. Mengetahui proses pembinaan etika, moral, dan akhlak atau perilaku kepada peserta didik atau siswa melalui proses pembelajaran. 1.5 Manfaat Penulisan Makalah 1. Sebagai sumber informasi bagi pembaca mengenai figur keteladan guru profesional. 2. Sebagai suatu pembelajaran kepada calon pendidik atau guru agar kendala-kendala yang dialami oleh guru saat ini agar tidak diulangi oleh mereka.
  • 4. Profesi Pendidikan Page 4 3. Menambah pengetahuan mengenai pembinaan etika, moral, dan akhlak atau perilaku yang dilaksanakan oleh pendidik atau guru kepada peserta didik atau siswanya. 4. Para pendidik atau guru, khususnya calon pendidik mampu merealisasikan pembinaan etika, moral, dan akhlak atau perilaku didalam proses pembelajaran di kelas. 5. Para peserta didik atau siswa selain mendapatkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan sekolah, meraka dibekali etika, moral, dan akhlak yang harus dimilikinya dalam berinteraksi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 1.6 Sistematika Penulisan Makalah Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut: KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan khusus 1.4 Tujuan umum 1.5 Manfaat penulisan makalah 1.6 Sistematika penulisan makalah BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian guru 2.2 Pengertian professional 2.3 Pengertian kompetensi 2.4 Pengertian etika, moral dan akhlak 2.5 Fungsi Kompetensi Moral Guru
  • 5. Profesi Pendidikan Page 5 BAB III PEMBAHASAN 3.1. Peranan social guru dalam masyarakat 3.2. Figur keteladanan guru profesional BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 4.2. Saran DAFTAR PUSTAKA
  • 6. Profesi Pendidikan Page 6 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian guru Menurut: (Greta G. Morine-Dershimer 2009, 43) guru adalah pekerjaan profesional yang membutuhkan kemampuan khusus hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan. Hasan Alwy (2009, 65) guru adalah orang yang pekerjaannya sehari-hari (mata pencahariannya, profesinya mengajar). Guru terbagi menjadi 2 guru formal tugasnya di sekolah dan tutor (guru) non formal yang tugasnya dalam proses belajar mengajar di PKBM, kursus dan berbagai pelatihan lainnya. Masih ada istilah selain tutor, seperti inspektur, fasilitator dll. Menurut kami pengertian guru diatas lebih setuju pendapat dari Hasan Alwy bahwa guru adalah seseorang yang profesional yang tugasnya bukan hanya sekedar mengajar di tempat formal (disekolah) saja tetapi di tempat non formal (tempat kursus dan berbagai pelatihan). 2.2 Pengertian profesional Hasan Alwy (2002; 897) profesional adalah bidang pekerjaan yang dimiliki seseorang, dalam sudut pandang lain merupakan kepandaian (keterampilan) khusus seseorang dalam menjalankan tugasnya....”. Hassan Shadily (1984; 2774) profesional adalah orang yang mengerjakan sesuatu karena jabatan atau profesinya, bukan hanya untuk kesenangan saja, tetapi merupakan suatu mata pencaharian dalam mencari nafkah...”. Termasuk juga mereka yang mengemban jabatan fungsional guru, PPL, PLKB, Tutor, Instruktur, dll. Menurut kelompok kami bahwa Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.
  • 7. Profesi Pendidikan Page 7 2.3 Pengertian kompetensi Banyak pakar membicarakan tentang kompetensi yang pada prinsipna merujuk pada pengertian yang sama. Dalam makna yang lebih luas kompetensi memiliki arti yang sebagai kecakapan, kebiasaan, keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam kehidupannya (Syaodih,2004 : 29) baik sebagai pribadi ,warga masyarakat, siswa dan termasuk juga guru. Kata-kata tersebut sebenarnya memiliki makna khusus, tetapi secara umum dapat diartiakan sama, yaitu sebagai perilaku atau perpormansi yang diperlihatkan sesorang dalam beraktivitas,melaksanakan tugas, menyelesaikan pekerjaan, memecahkan masalah dan sebagainya.(Syaodih,2002 : 32 ). Sejalan dengan itu, Muhibin (1997 : 229 ) menjelaskan bahwa “kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan Sedangkan Broke dan Stone ( Wijaya & Rusyan, 1994 : 7 ) menjelaskan bahwa “kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku pendidik aau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti. Menurut Barlow ( Dalam Muhibibin, 1997 : 229 )Bahwa kompetensi guru adalah the ability of a teacher to responsibility perform his or her duites appropriately, yang berarti bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan dalam melaksanakan kewajiban – kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Sependapat dengankutipan diatas, dalam hal ini kepputusan menteri pendidikan nasional numer 045/U/2002, memberikan batasan tentang kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimilki seseorng sebagai syarat untuk dianggap mampu ( Kompeten oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang tertentu. Lebih lanjut VITT ( 1992 : 23 ) mengemukakan terdapat lima dimensi kompetensi, yaitu (1) Motif ; ) Sifat; (3) Konsep diri ; (4) pengetahuan ; dan (5) keterampilan .Sementara itu dalam UU RI NO.14 2005 tetang guru dan dosen dijelaskan bahwa “Kompentensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya “. Betapa esensinya kompetensi bagi individu, terutama pada seseorang yang terlibat dalam menekuni suatu pekerjaan ( profesi), maka kompetensi merupakan suatu hal yang mendasar bagi
  • 8. Profesi Pendidikan Page 8 terciptanya kualitas kerja yang dihasilakan, sejalan dengan itu Spencer dan Spencer ( 1993 : 104 ) memberikan definisi bahwa kompetensi adalah ….an underliying characteristic of an individual that is causally related ti criterion referenced effective and/or superios performance in job or situation. Menurut definisi tersebut,kompetensi merupakan kar kter dasar individu yang mempengaruhi efektivitas cara berfikir dan bertindak, serta membentuk kinerja tinggi dalam melaksanakan pekerjaan. 2.4 Pengertian etika, moral dan akhlak 1. Pengertian Etika Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa Arab al-akhlak yang merupakan bentukjamakdari al-khuluq yang berartibudipekerti, tabiat atau watak yang tercantum dalam al-qur’an sebagai konsideran. (Pertimbangan yg menjadi dasar penetapan keputusan, peraturan) “ Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas budi pekerti yang agung” ( Q.S Al- Qalam: 4 ) Etika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang di lakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk, dengan kata lain aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia. Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani ethos , yang berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas – asas akhlak. Ahmad Amin menegaskan etika ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Etika secara terminologis, menurut Ahmad Amin etika ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
  • 9. Profesi Pendidikan Page 9 Etika dalam Encyclopedia Britania dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi tentang sifat dasar dari konsep baik dan buruk, harus, benar dan salah ( Zubair 1980) Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Etika bersifat relative yakni dapat berubah- ubah sesuai dengan tuntutan zaman. 2. Pengertian Moral Secara etimologis istilah moral berasal dari bahasa latin “mos” (Moris), yang berarti adat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Dewasa ini orang cenderung untuk memakai moralitas atau moral untuk menunjukkan tingkah laku itu sendiri. Dapat dikatakan moral adalah ukuran baik buruk seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara. Selain itu moral juga memiliki dua pengertian yaitu : a. Serangkaian tentang nilai tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan susila. b. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah dan berdisiplin sebagaimana terungkap dalam perbuatan (Nata, 2003: 90). Kemudian menurut C Asri Budiningsih (2004: 24) mengartikan moral yang dikutip dari pendapat Franz Magnis Soeseno, moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikan manusia. Definisi lain dikemukakan oleh Piaget, L Kohlberg, B Graham dan Barbara Leers dalam Ahmad Kosasih Djahiri (1986: 76) yang menyatakan bahwa moral adalah segala hal yang menyangkut, membatasi, dan menentukan serta harus dianut, dijalankan, karena hal tersebut dianut, diyakini, dilaksanakan, atau diharapkan dalam
  • 10. Profesi Pendidikan Page 10 kehidupan dimana kita berada. Moral ada di dalam kehidupan serta menuntut dianut, diyakini, akan menjadi moralitas sendiri. Manusia menurut kodratnya selain dikaruniai akal juga dikaruniai hawa nafsu. Selain itu apda dasarnya manusia itu “kosong” menerima segala bentuk tingkah laku, oleh karena itu pendidikan moral sangat penting. Pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia bermoral baik dan manusiawi. Tanpa pendidikan moral, akhlak terpuji dan mulia tidak akan menjadi bagian yang menyatu dengan kepribadaian seseorang dan manusia akan terbiasa dengan moral yang tercela karena hanya dilandasi nafsu. Ada beberapa pakar yang mengembangkan pembelajaran nilai moral, dengan tujuan membentuk watak atau karakterstik anak. Pakar-pakar tersebut di antaranya Newman, Simon, Howe, dan Lickona. Dari beberapa pakar tersebut, pendapat Lickona-lah yang lebih cocok diterapkan untuk membentuk watak/karakter anak. Pandangan Lickona (1992) tersebut dikenal dengan educating for character atau pendidikan karakter/watak untuk membangun karakter atau watak anak. Dalam hal ini, Lickona mengacu pada pemikiran filosof Michael Novak yang berpendapat bahwa watak atau karakter seseorang dibentuk melalui tiga aspek yaitu, moral knowing, moral feeling, dan moral behavior, yang mana satu sama lain saling berhubungan dan terkait. Lickona menggarisbawahi pemikiran Novak. Ia berpendapat bahwa pembentukan karakter atau watak anak dapat dilakukan melalui tiga kerangka pikir, yaitu konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behavior). Dengan demikian, hasil pembentukan sikap karakter anak pun dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral. 3. Pengertiann akhlak Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan
  • 11. Profesi Pendidikan Page 11 bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat 2.5 Fungsi Kompetensi Moral Guru Setiap subjek mempunyai pribadi yang unik, masing-masing mempunyai ciri dan sifat bawaan serta latar belakang kehidupan. Banyak masalah psikologis yangdihadapi peserta didik, banyak pula minat, kemampuan, motivasi dan kebutuhannya. Semua memerlukan bimbingan guru yang berkepribadian dapat bertindak sebagai pembimbing, penyuluh dan dapat menoling peserta didik agar mampu menolong dirinya sendiri. Disinilah letak kompetensi kepribadian guru sebagai pembimbing dan suri teladan. Guru adalah sebagai panutan yang harus digugu dan ditiru dan sebagai contoh pula bagi kehidupan dan pribadi peserta didiknya. Dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem Amongnya yaitu guru harus: 1. Ing ngarso sungtulodo 2. Ing madyo mangun karso 3. Tut wuri hindayani Artinya bahwa guru harus menjadi contoh dan teladan, membangkitkan motif belajar siswa serta mendorong/memberikan motivasi dari belakang. Dalam arti Anda sebagai seorang guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya pola panutan dan ikutan orang-orang yang di pimpinnya. Dalam hal ini siswa-siswa di sekolahnya, juga sebagai seorang guru dituntut harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya serta harus mampu mendorong orang-orang yang di asuhnya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab. Berdasarkan uraian diatas, fungsi kompetensi kepribadian guru adalah memberikan bimbingan dan suri teladan, secara bersama-sama mengembangkan kreativitas dan membangkitkan motif belajar serta dorongan untuk maju kepada anak didik.
  • 12. Profesi Pendidikan Page 12 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Arti Penting Kompetensi Moral Guru Penguasaan kompetensi moral guru memiliki arti penting, baik bagi guru yang bersangkutan, sekolah dan terutama bagi siswa. Berikut ini disajikan beberapa arti penting penguasaan kompetensi moral guru: 1. Ungkapan klasik mengatakan bahwa “segala sesuatunya bergantung pada pribadi masing-masing”. Dalam konteks tugas guru, kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada dasarnya akan bersumber dan bergantung pada pribadi guru itu sendiri. Dalam melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa akan banyak ditentukan oleh karakteristik kepribadian guru yang bersangkutan. Memiliki kepribadian yang sehat dan utuh, dengan kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan kompetensi kepribadian di atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang untuk menjadi guru yang sukses. 2. Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa. Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru akan sangat membantu upaya pengembangan karakter siswa. Dengan menampilkan sebagai sosok yang bisa di-gugu (dipercaya) dan ditiru, secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa yang sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika guru hendak membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi lain secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak kasar,
  • 13. Profesi Pendidikan Page 13 maka yang akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih sayang, melainkan sikap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan tertanam dalam sistem pikiran dan keyakinan siswanya. 3. Di masyarakat, moral guru masih dianggap hal sensitif dibandingkan dengan kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila ada seorang guru melakukan tindakan tercela, atau pelanggaran norma-norma yang berlaku di masyarakat, pada umumnya masyarakat cenderung akan cepat mereaksi. Hal ini tentu dapat berakibat terhadap merosotnya wibawa guru yang bersangkutan dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi sekolah, tempat dia bekerja. 4. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa kompetensi moral guru berpengaruh terhadap perkembangan belajar dan kepribadian siswa. Studi kuantitatif yang dilakukan Pangky Irawan (2010) membuktikan bahwa kompetensi kepribadian guru memiliki hubungan erat dan signifikan dengan motivasi berprestasi siswa. Sementara studi kualitatif yang dilakukan Sri Rahayu (2008) menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru memiliki kontribusi terhadap kondisi moral siswa. Hasil studi lain membuktikan tampilan kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (Iis Holidah, 2010) Dari uraian singkat di atas, tampak terang bahwa begitu pentingnya penguasaan kompetensi kepribadian bagi seorang guru. 3.2 Peran Kompetensi Moral Guru Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil sangat besar terhdap keberhasilan sebuah pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup secara optimal.
  • 14. Profesi Pendidikan Page 14 Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perekembangannya senantiasa membutuhkanorang lain sejak lahir, bahkan pada saat meninggal dunia. Demikan juga dengan peserta didik sejak orang tuannya mendaftarkannya di sekolah. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru harus memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lainnya memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Memahami realitas dilapangan tentang peranan dan eksistensi guru betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbungan dan perkembangan para peserta didik. Eksistensi dalam pembentukan kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan bangsa dan negara. Pada sisi lain guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan dengan memposisikan diri sebagai berikut: 1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya. 2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi peserta didik. 3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya. 4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya. 5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan tanggung jawab. 6. Membiasakan peserta didik untuk saling bersilaturrahmi dengan orang lain secara wajar.
  • 15. Profesi Pendidikan Page 15 7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antara peserta didik, orang lain dan lingkungannya. 8. Mengembangkan kreativitas. 9. Menjadi pembantu ketika diperlukan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. 3.3 Penyebab Menurunya Moral, Etika dan Akhlak Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut semsetinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus dibiasakan. Zakiah Darajat mangatakan, moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin terhalang. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yanglebih rusak moralnya perelu segera
  • 16. Profesi Pendidikan Page 16 diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak- anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.
  • 17. Profesi Pendidikan Page 17 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dalam menjalankan tugasnya secara profesional, hal yang pertama yang harus dilakukan oleh guru sebagai tenaga pendidik adalah menjadi teladan bagi siswanya. Hal ini dikarenakan si peserta didik akan melihat moral dan perilaku kita sebagai teladannya. Maka, hal pertama yang harus dilakukan oleh si pendidik adalah memberikan contoh yang baik bagi peserta didiknya. 4.2 Saran 1. Saran untuk pemerintah Pemerintah harus mampu menyiapkan guru yang memiliki kompetensi moral yang baik untuk melahirkan para peserta didik yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. 2. Saran untuk sekolah Hendaknya sekolah di tuntut untuk menyiapkan guru berkompetensi untuk dapat mengikatkan moral kepada para peserta didiknya. 3. Saran untuk seorang pendidik atau guru Selayaknya seorang guru memiliki kompetesi moral yang baik yang dapat menjadi teladan yang baik bagi para peserta didiknya. 4. Saran untuk masyarakat Masyarakat turut berperan dalam meningkatkan kompetensi moral agar kompetensi moral yang di harapkan tercapai secara maksimal. 5. Saran untuk mahasiswa keguruan Sebagai mahasiswa harus mampu menumbuhkan pentingnya kompetensi moral yang baik dan dapat mengaplikasikannya khususnya bagi diri sendiri dan masyarakat.