SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 19
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
A. LATAR BELAKANG 
Dalam mempelajari ilmu pendididkan, sering dikemukakan pertanyaan 
berupa ”mengapa seseorang perlu belajar?” untuk menjawab pertanyaan ini, 
sepertinya kita sependapat bahwa di dunia ini tak ada makhluk hidup yang 
ketika baru dilahirkan dapat melakukan segala sesuatu dengan sendirinya, 
begitu juga dengan manusia. Sejak ia bayi, bahkan ketika dewasa pun, ia pasti 
membutuhkan bantuan orang lain. 
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari 
manusia dewasa lainnya, tentu ia akan binasa. Ia tidak mampu hidup sebagai 
manusia jika ia tidak dididik oleh manusia. Oleh karena itu, manusia disebut 
sebagai makhluk sosial. Selain itu, manusia juga makhluk berbudaya, sehingga 
belajar merupakan kebutuhan yang vital sejak manusia dilahirkan. Manusia 
selalu memerlukan dan melakukan perbuatan belajar kapan saja dan dimana 
saja ia berada. 
Banyak ilmuan yang telah menemukan teori belajar. Salah satu teori 
belajar tersebut adalah teori belajar dari Robert M. Gagne, yang akan kami 
bahas dalam maklah ini. 
B. RUMUSAN MASALAH 
Berdasarkan latar belakng tersebut, rumusan masalah yang kami buat 
adalah: 
1. Bagaiman teori belajar yang dikemukakan oleh Gagne? 
2. Apa sajakah prinsip belajar Robert Gagne? 
3. Apa sajakah prinsip pembelajaran Robert Gagne? 
4. Bagaimana implikasi teori Gagne dalam pembelajaran? 
C. TUJUAN 
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 
1. Untuk mengetahui dan memahami teori belajar yang dikemukakan 
oleh Gagne.
2. Untuk mengetahui dan memahami prinsip belajar yang dikemukakan 
2 
Robert Gagne. 
3. Untuk mengetahui dan memahami prinsip pembelajaran yang 
dikemukakan Robert Gagne. 
4. Untuk mengetahui implikasi teori Gagne dalam pembelajaran.
BAB II 
PEMBEHASAN 
I. PRINSIP BELAJAR ROBERT GAGNE 
Manusia melakukan banyak kegiatan yang merupakan hasil dari belajar. 
Masalah dalam teori-teori lama yang membahas belajar adalah mereka tidak 
menangkap perbedaan kompleksitas aktivitas yang membedakan manusia 
dengan spesies lainnya. Gagne (1972,1977a) berpendapat bahwa kunci untuk 
mengembangkan teori yang komprehensif adalah memulai dengan analisis 
berbagai macam kinerja dan keterampilan yang dilakukan oleh manusia. 
3 
A. Asumsi Dasar 
Asumsi dasar dari teori Gagne mendeskripsikan sifat unik dari kegiatan 
belajar manusia dan definisinya tentang belajar. 
1. Keunikan Hakekat Belajar Manusia 
Elemen penting dalam analisis Gagne adalah kaitan belajar dengan 
perkembangan, kompleksitas belajar pada manusia, dan masalah khusus 
dengan pandangan-pandangan sebelumnya. 
a. Kaitan Belajar dengan Perkembangan. 
Dalam model kesiapan pertumbuhan (model Gesellian), 
pertumbuhan tubuh terkait erat dengan pertumbuhan mental. Salah satu 
pendapat mengatakan bahwa kemunculan gigi permanen pada anak 
mengindikasikan usia perkembangan yang tepat untuk memulai 
pembelajaran membaca. Akan tetapi menyamakan belajar dengan 
pertumbuhan tidaklah tepat, karena faktor utama yang mempengaruhi 
keduanya berbeda. Dimana faktor utama yang mempengaruhi 
pertumbuhan adalah genetik, sedangkan faktor utama yang 
mempengaruhi belajar adalah kegiatan-kegiatan di lingkungan individu 
itu sendiri. 
b. Kompleksitas Belajar Manusia 
Banyak hasil belajar manusia digeneralisasikan untuk berbagai 
macam situasi. Keterampilan yang kompleks didasarkan pada belajar 
sebelumnya. Sebagai contoh, siswa yang belajar menulis paragraf
deskriptif akan menggunakan pengetahuannya tentang penulisan kalimat 
dan memilih kata. 
c. Masalah dalam Pandangan Sebelumnya 
Ide-ide yang dikemukakan oleh teoritisi awal terkait dengan situasi 
spesifik yang berasal dari studi belajar laboratorium, namun mereka 
tidak dapat menjelaskan kapasitas manusia untuk mempelajari 
keterampilan dan kemampuan yang kompleks. 
Beberapa teori berbasis laboratorium memang menjelaskan 
subkomponen belajar manusia, namun subketerampilan ini bukan tujuan 
utama dari belajar. Contohnya, Model Pavlov mengenai stimulus yang 
dikondisikan “menandakan” adanya emosi atau reaksi lain, seperti 
perasaan nyaman yang ditimbulkan oleh mainan. Perspektif lain adalah 
teori Stimulus-Respon (S-R) dari Thorndike dan Skinner. Contoh dari 
koneksi S-R adalah bayi belajar memegang botol minuman, menjangkau 
dan memegang mainan, dan menggucapkan sesuatu. Saat anak 
mendapatkan jumlah koneksi S-R semakin banyak, mereka mulai 
membentuk rantai koneksi. Seperti mengancingkan baju sendiri, 
mengucapkan ucapan yang runtut. 
Psikolog Gestalt juga menjelasknan sifat sesungguhnya dari 
belajar. Mereka berpendapat bahwa belajar terjadi ketika subjek melihat 
hubungan baru dalam situasi masalah. Akan tetapi, mereka tidak menilai 
belajar yang telah dilakukan sebelumnya oleh subjek, yang dapat 
menjelaskan perilaku memecahkan masalah. 
Pada 1960-an, kecerendungan riset lain memperkenalkan 
perspektif baru dalam diskusi belajar. Mereka adalah (a) riset 
komunikasi, yang memandang pemelajaran sebagai sistem pemrosesan 
informasi yang kompleks, (b) munculnya komputer berkecapatan tinggi, 
yang diikuti dengan sederet petunjuk pemrosesan, dan (c) deskripsi yang 
mengikuti aturan mengenai bagaimana individu memproses bahasa. 
Perubahan utama dalam pemikiran belajar yang diawali oleh 
perkembangan ini adalah bahwa individu tidak sekedar beraksi terhadap 
stimuli, sebaliknya mereka memproses stimulasi yang diterima dari 
4
lingkungan. Model ini tidak membahas hasil spesifik dari belajar, namun 
konsep bertindak pada stimuli di lingkungan dalam berbagai cara 
memberikan implikasi bagi pembelajaran. 
5 
2. Definisi Belajar 
Analisis Gagne mengidentifikasi persyaratan untuk definisi belajar 
yang komprehensif dan deskripsi belajar pada manusia. Fokus yang 
memaksakan semua belajar ke dalam satu deskripsi adalah salah satu 
kesalahan prinsip belajar sebelumnya. Temuan ini mengindikasikan 
bahwa belajar adalah bukan proses tunggal. Riset laboratorium yang 
dilakukan oleh psikolog kognitif di awal 1980-an menyebabkan riset itu 
menjadi terpaku hanya pada saluran belajar yang sempit. Deskripsi yang 
memadai dari belajar manusia harus berlaku untuk berbagai macam 
aktivitas manusia di beragam latar dan situasi belajar itu terjadi. 
Belajar adalah mekanisme yang membuat individu menjadi 
berfungsi sebagai anggota masyarakat secara kompeten. Belajar juga 
melahirkan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang 
didapat oleh manusia. Dalam pengertian umum belajar merupakan 
perubahan disposisi kapabilitas (kemampuan) manusia yang bertahan 
dalam jangka waktu yang lama dan bukan hasil dari pertumbuhan. Ketika 
didefinisikan secara formal, belajar menghasilkan berbagai disposisi yang 
dipertahankan yang tercermin dalam berbagai macam perilaku atau hasil 
kinerja tertentu, yaitu perbandingan antara hasil kinerja sebelumnya 
dengan sesudah pembelajaran. Menurut Gagne, kapabilitas (kemampuan) 
ini terdiri dari komponen mental (disposisi yang dipertahankan) dan 
komponen perilaku (kinerja). Kedua komponen kapabilitas ini didapatkan 
oleh manusia melalui stimulasi dari lingkungan, dan pemrosesan kognitif 
yang mengubah stimulus dari lingkungan menjadi kapabilitas baru. 
B. Komponen Belajar 
Pendekatan Gagne untuk pemahaman belajar pada manusia berbeda 
dengan pendekatan sebelumnya, terutama dalam hal keharusan langkah awal 
untuk menganalisis keragaman belajar manusia, dan belajar dan pembelajaran
merupakan satu kesatuan yang harus dikembangkan secara beriringan. 
Kerangka belajar yang dikembangkan Gagne terdiri atas ragam belajar, 
kondisi belajar internal dan kondisi belajar eksternal. 
Lima variasi belajar yang dikemukakan Gagne adalah informasi verbal, 
keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif. 
Kelima variasi belajar ini merepresentasikan hasil belajar yang merupakan 
kapabilitas. 
a. Informasi Verbal 
Informasi verbal dimulai sejak masa kanak-kanak awal ketika bayi 
mulai belajar nama-nama objek, hewan, dan peristiwa. Berlanjut 
disepanjang hayat saat mereka belajar tentang dunia sekitar. Karakteristik 
esensial dari informasi verbal yaitu dapat ditulis atau dikatakan 
(diverbalkan), dan beberapa kata dari informasi verbal memiliki makna 
bagi individual. 
Kapabilitas yang ditunjukkan antara lain label dan fakta, prosa atau 
puisi yang terkait secara bermakna, dan isi informasi yang tertata. 
Informasi verbal juga merupakan pengetahuan deklaratif, yang 
menyiratkan kemampuan untuk mengumumkan atau menyatakan sesuatu. 
Informasi verbal mengacu pada memilih teks yang terkoneksi 
secara bermakna, dan mengorganisasikan bagian-bagian informasi. Hasil 
dari informasi verbal adalah menyatakan informasi. 
6 
b. Keterampilan Intelektual 
Yang termasuk dalam keterampilan intelektual adalah 
membedakan, mengombinasikan, menabulasikan, mengklasifikasikan, 
mengaalisis, dan mengkuantifikasikan objek, kejadian, dan simbol-simbol 
lain. Contohnya, menerjemahkan ton menjadi kilogram. Yang juga 
termasuk dalam keterampilan intelektual adalah aplikasi kaidah yang 
mengatur aktivitas bicara, menulis dan membaca, dan dalam matematika 
biasanya menggunakan aturan perhitungan dan memecahkan masalah soal 
cerita. Keterampilan intelektual sering dijumpai dalam beberapa jenis 
pekerjaan mulai dari perawat hingga programer komputer. Ketermapilan
ini merupakan kapabilitas yang membuat manusia berfungsi secara 
kompeten dalam masyarakat. 
Informasi verbal dan keterampilan intelektual merupakan dua 
kategori yang saling ketergantungan, namun keduanya memiliki 
pembeda. Keterampilan intelektual tidak dapat di pelajari hanya dengan 
mendengar atau mencari informasi. Sebaliknya seseorang merespons 
situasi dengan memanipulasi simbol dengan berbagai macam cara. 
Karakteristik unik lainnya adalah, keterampilan intelektual terdiri dari 
empat keterampilan lain yaitu: 
 Belajar diskriminasi, merupakan merespon secara berbeda pada 
karakteristik yang membedakan objek. Contohnya, membedakan 
gambar segitiga tertutup dengan geometris lainnya. 
 Belajar konsep konkret dan definisi, merupakan mengidentifikasi 
objek atau kegiatan sebagai anggota dari satu kelompok konsep, 
belajar melalui pertemuan langsung dengan contoh konkret. 
Contohnya, mengidentifikasi berbagai bentuk segitiga dari segitiga 
yang tinggi sampai yang lebar. 
 Belajar kaidah atau aturan, merupakan merespon satu kelompok 
situasi dengan kelompok kinerja yang berkaitan. Contohnya, 
menjawab 5 x (2 + 3) dengan menjumlahkan (5 x 2) + (5 x 3) 
 Belajar pemecahan masalah, merupakan memecahkan masalah 
dengan mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh 
sebelumnya. Contohnya, untuk mencari FPB dari 15 dan 30 harus 
mengetahui dan mengaplikasikan pemfaktoran atau faktorisasi 
prima dari 15 dan 30. 
7 
c. Strategi Kognitif 
Keterampilan Intelektual membentuk struktur dasar untuk belajar. 
Setelah siswa berhasil dalam belajar informasi verbal dan keterampilan 
intelektual, siswa akan mulai mengembangkan cara untuk mengatur 
sendiri proses mental mereka yang diasosiasikan dengan belajar. Secara 
spesifik, strategi kognitif merupakan belajar bagaimana cara belajar, cara
mengingat, dan cara menjalankan pemikiran reflektif dan analitis yang 
dapat melahirkan lebih banyak kegiatan belajar lagi. 
Berbeda dengan informasi verbal dan keterampilan intelektual, 
yang beroperasi dengan konten tertentu, objek strategi kognitif adalah 
proses pemikiran individu yang belajar itu sendiri. Strtaegi kognitif yang 
membantu siswa dalam mengelola belajar dan pengingatan antara lain 
mencitrakan suatu kata yang hendak dipelajari, menggarisbawahi kalimat 
penting, mengecek pemahaman dengan mengerjakan soal latihan. 
Strategi kognitif juga membantu individu untuk mengelola 
pemikiran mereka dengan membantu mereka menentukan kapan dan 
bagaimana menggunakan informasi verbal dan keterampilan intelektual. 
Arti penting dari startegi kognif diilustrasikan dalam riset tenntang siswa 
yang lemah pada salah satu mata pelajaran. Siswa ini secara khusus 
membutuhkan latihan strategi yang intensif. Siswa dengan prestasi rendah 
cenderung menggunakan memorisasi tanpa pendalaman dan strategi yang 
tidak efisien lainnya. Mereka gagal mengorganisasikan belajar mereka 
dan cenderung melewati materi yang tidak dimengerti. 
8 
d. Keterampilan Motorik 
Pada tingkatan tertentu semua kinerja adalah motorik atau gerakan 
karena membutuhkan beberapa jenis tindakan. Siswa munggik 
menggunakan tangan dan jarinya untuk menggunakan pensil sehingga dia 
dapat menulis jawaban soal 5 x 8. Akan tetapi tindakan ini adalah 
demonstaris keterampilan intelektual, bukan keterampilan motorik. 
Karena keterampilan motorik tidak dapat ditentukan dengan sekedar 
mengamati beberapa kinerja gerak yang nyata. Dalam kasus soal 
perkalian, siswa sudah tahu cara menulis angka, focus tugasnya adalah 
menunjukkan keterampilan intelektual. Tentu saja sebelumnya anak harus 
belajar keterampilan motorik yang memungkinkan untuk menulis 
jawaban. Meskipun demikian, keterampilan motorik yang baru dipelajari 
bergantung pada pengenalan bahwa suatu kinerja motorik tidak ada 
sebelum belajar. Contohnya melempar bola, membuat simpul tali, 
melakukan serve dalam permainan tenis.
Karakteristik dari keterampilan motorik adalah persyaratan untu 
mengembangkan kelancaran tindakan, ketepatan, dan pengaturan waktu, 
dan hanya dapat diperoleh melalui pengulangan gerakan yang tepat. 
Sehingga menuntut latihan gerakan secara berkelanjutan. 
Dalam belajar keterampilan motorik ada tiga fase yaitu belajar 
tahap-tahap gerakan dalam keterampilan dan pelaksanaan rutin, 
menyesuaikan bagian-bagian dari keterampilan secara keseluruhan 
melalui latihan, dan memperbaiki pengaturan waktu dan kelancaran 
kinerja melalui latihan terus menerus. Fase ini secara otomatis akan 
menimbulkan keterampilan, sehingga ia dapat menentukan tindakan yang 
mungkin dapat mengganggu. Ketika belajar keterampilan telah selesai, 
seseorang mampu untuk merespon isyarat kinestetik yang menandai 
perbedaan antara tindakan yang tepat dilakukan dan yang bebas dari 
kesalahan. 
9 
e. Sikap 
Sikap adalah keadaan yang memengaruhi atau mengatur perilaku 
namun tidak secara langsung menentukan tindakan. Sikap hanya 
menyebabkan kemungkinan dilakukannya suatu tindakan. 
Memberitahu siswa tentang apa yang akan mereka pelajari dapat 
merupakan aspek efektif dalam pembelajaran tertentu. Namun upaya 
untuk membangun sikap dengan ajakan logis atau emosional yang 
persuasif tidaklah efektif. Contohnya, membaca pesan tertulis seperti 
“Jauhi Narkoba!” tidak akan memengaruhi sikap pemelajar. 
Sikap pada umumnya dideskripsikan terdiri dari tiga aspek yaitu 
kognitif, afektif, dan behavioral. Kognitif yaitu yang mengekspresikan 
kaitan seperti “bertambahnya jumlah penduduk meningkatkan jumlah 
penangguran di Indonesia”. Aspek kedua yaitu afektif adalah perasaan 
yang mengiringi keyakinan kognitif. Aspek behavioral berkaitan dengan 
kesiapan untuk bertindak. 
Berbagai institusi masyarakat, seperti sekolah tertarik untuk 
engembangkan sikap siswa. Sekolah biasanya menekankan sikap seperti 
menghormati orang lain, mematuhi aturan, dan bertanggung jawab atas
tindakannya. Namun medium yang paling memengaruhi sikap adalah 
televisi. Acara televisi yang beraneka ragam menghasilkan dan 
memperkuat sikap terhadap beberapa aspek kehidupan sehar-hari. 
Untuk dapat memperoleh dan menguasai kelima kategori 
kapabilitas tersebut dengan sebaik-baiknya ada sejumlah kondisi yang 
perlu diperhatikan oleh para pendidik. Ada kondisi belajar internal, yang 
timbul dari memori peserta didik sebagai hasil dari belajar sebelumnya, 
dan ada sejumlah kondisi eksternal ditinjau dari peserta didik. Kondisi 
eksternal ini bila diatur dan dikelola dengan baik merupakan usaha untuk 
membelajarkan. Misalnya pemanfaatan berbagai media dan sumber 
belajar. 
10 
C. Hakikat Belajar yang Kompleks 
Analisis belajar Gagne mencakup dua organisasi kapabilitas yang 
merepresentasikan hasil belajar yang kompleks, yaitu prosedur dan hierarki 
belajar. 
1. Prosedur 
Sebuah prosedur adalah seperangkat tindakan yang harus 
dilakukan sesuai urutan atau secara langkah demi lanngkah, dan 
organisasi keterampilan yang mencakup keterampilan motorik/gerak dan 
keterampilan intelektual. Mempelajari prosedur melibatkan belajar 
melakukan keterampilan motorik deskret dan mempelajari aturan dan 
konsep yang penting. 
2. Hierarki Belajar 
Menurut kamus ilmiah populer (2006:179) hirarki berarti 
berurutan-urutan, peringkat, tingkat. Hirarki belajar merupakan struktur 
belajar yang terdiri dari tingkatan-tingkatan belajar. Robert M. Gagne 
merupakan salah seorang penganut aliran psikologi tingkah laku. Gagne 
memiliki pandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku 
yang kegiatannya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat 
diobservasi atau diukur. Oleh karena itu, teori belajar yang dikemukakan 
Gagne dikenal sebagai Teori Hirarki Belajar.
Teori hirarki belajar ditemukan oleh Rober M. Gagne yang 
didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada 
proses belajar manusia. Penelitiannya dimaksudkan untuk menemukan 
teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi 
konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai 
oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang 
lebih sulit atau lebih kompleks. Orton dalam Warsita Hirarki belajar 
menurut Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau top down. Dimulai 
dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan 
yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran dipuncak 
hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan atau 
pengetahuan prasyarat yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar 
mereka berhasil mempelajari keterampilan atau pengetahuan diatasnya. 
Hirarki ini juga memungkinkan prasyarat yang berbeda untuk 
kemampuan yang berbeda pula. 
D. Tipe Belajar menurut Robert Gagne 
Gagne membedakan delapan tipe belajar yang terurut secara hirarki, 
mulai dari tipe belajar yang sederhana sampai dengan tipe belajar yang lebih 
kompleks. Kemampuan belajar pada tingkat tertentu ditentukan oleh 
kemampuan belajar di tingkat sebelumya. Kedelapan tipe belajar di atas 
dikemukakan berikut ini. 
1. Belajar isyarat (signal learning) 
Belajar isyarat adalah belajar sesuatu dengan tidak sengaja yaitu 
sebagai akibat dari suatu rangsangan yang dapat menimbulkan reaksi 
tertentu. Dari signal yang dilihat atau didengarnya, anak akan memberi 
respon tertentu. Belajar isyarat ini mirip dengan conditioning menurut 
Pavlov dan timbul setelah sejumlah pengalaman tertentu. Respons yang 
timbul bersifat umum, kabur, dan emosional. Misalnya, siswa menjadi 
senang belajar matematika karena gurunya bersikap ramah dan 
humoris. 
11
2. Belajar stimulus-respons (stimulus-response learning) 
Belajar stimulus-respons adalah belajar yang disengaja dan 
responsnya seringkali secara fisik (motoris). Respons atau kemampuan 
yang timbul tidak diperoleh dengan tiba-tiba melainkan melalui 
pelatihan-pelatihan. Respons itu dapat diatur dan dikuasai. Misalnya, 
seorang siswa dapat menyelesaikan suatu soal setelah memperhatikan 
contoh penyelesaian soal yang serupa oleh gurunya. 
12 
3. Rantai atau rangkaian (chaining) 
Belajar rantai atau rangkaian (gerak, tingkah laku) adalah belajar 
yang menunjukkan kemampuan anak untuk menggabungkan dua atau 
lebih hasil belajar stimulus–respon secara berurutan. Chaining terbatas 
hanya pada serangkaian gerak, bukan serangkaian produk bahasa lisan. 
Misalnya, siswa belajar melukis garis melalui dua titik melalui 
rangkaian gerak: mengambil pensil, membuat dua titik sembarang, 
memegang penggaris, meletakkan penggaris tepat di samping kedua 
titik, kemudian menarik ruas garis melalui kedua titik itu. 
4. Asosiasi verbal (verbal association) 
Belajar asosiasi verbal adalah tipe belajar yang menggabungkan 
hasil belajar yang melibatkan unit bahasa (lisan) seperti memberi nama 
sebuah objek/benda. Sebagai contoh, bila diperlihatkan suatu bentuk 
geometris, seorang siswa dapat mengatakan bentuknya adalah ’persegi’. 
Sebelumnya, ia harus dapat membedakan bentuk-bentuk geometris agar 
dapat mengenal ’persegi’ sebagai salah satu bentuk geometris. 
Hubungan itu terbentuk bila unsur-unsur itu terdapat dalam urutn 
tertentu, yang satu segera mengikuti yang satu lagi (contiguity). 
5. Belajar diskriminasi (discrimination learning) 
Belajar diskriminasi atau memperbedakan adalah belajar untuk 
membedakan hubungan stimulus-respons agar dapat memahami 
berbagai objek fisik dan konsep. Ada dua macam belajar diskriminasi, 
yaitu belajar disriminasi tunggal dan belajar diskriminasi jamak. 
Sebagai contoh belajar diskriminasi tunggal, siswa dapat membedakan 
lambang ∩ dan ∪ dalam operasi himpunan. Belajar diskriminasi jamak,
misalnya siswa dapat membedakan sudut dan sisi pada segitiga lancip, 
siku-siku, dan tumpul, atau pada segitiga sama sisi, sama kaki, dan 
sembarang. 
6. Belajar konsep (concept learning) 
Belajar konsep adalah belajar memahami sifat-sifat bersama dari 
benda-benda konkrit atau peristiwa-peristiwa untuk dikelompokkan 
menjadi satu jenis. Untuk mempelajari suatu konsep, anak harus 
mengalami berbagai situasi dan stimulus tertentu. Pada tipe belajar ini, 
mereka dapat mengadakan diskriminasi untuk membedakan apa yang 
termasuk atau tidak termasuk dalam suatu konsep. Melalui pemahaman 
konsep siswa mampu mengidentifikasikan benda lain yang berbeda 
ukuran, warna, maupun materinya, namun masih memiliki 
kararkteristik dari objek itu sendiri. Sebagai contoh, seorang siswa 
dikatakan telah belajar konsep himpunan jika ia telah dapat 
menunjukkan kumpulan objek yang merupakan contoh himpunan atau 
bukan contoh himpunan. 
13 
7. Belajar aturan (rule learning) 
Belajar aturan adalah tipe belajar yang memungkinkan peserta 
didik dapat menghubungkan dua konsep atau lebih untuk membentuk 
suatu aturan. Harus diingat, mengenal aturan tanpa memahaminya akan 
merupakan verbal-chain saja, dan hal ini merupakan cara 
pembelajaran yang keliru. Seorang siswa dikatakan telah belajar aturan 
jika ia telah mampu mengaplikasikan aturan itu Misalnya, dalam 
matematika siswa dapat memahami bahwa (a + b)(a – b) = a2 – b2 
berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, seperti perkalian dua bilangan, 
perkalian berulang, perkalian dua bilangan berbeda tanda, dan 
penjumlahan/pengurangan dua bilangan. 
8. Memecahkan masalah (problem solving) 
Belajar memecahkan masalah merupakan tipe belajar yang lebih 
tinggi dan lebih kompleks dibandingkan dengan tipe belajar yang lain. 
Dalam belajar pemecahan masalah, ada empat langkah penting dalam 
proses pemecahan masalah menurut Polya (dalam Pirdaus, 2007), yaitu
(1) memahami masalahnya, dalam arti menentukan apa yang diketahui 
dan apa yang ditanyakan, (2) merencanakan cara penyelesaiannya, (3) 
melaksanakan rencana; dan (4) menafsirkan atau mengecek hasilnya. 
Dalam belajar pemecahan masalah, siswa harus memiliki pemahaman 
sejumlah konsep dan aturan. Selain itu, siswa juga harus memiliki 
strategi yang dapat memberikan arah pada pemikirannya untuk 
memecahkan masalah itu. 
14 
E. FASE BELAJAR 
Menurut Gagne belajar melalui empat fase utama yaitu : 
1. Fase pengenalan (apprehending phase). 
Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian 
menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian 
ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. ini berarti bahwa belajar 
adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya 
setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang 
unik yang dia terima pada situasi belajar. 
2. Fase perolehan (acqusition phase). 
Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan 
menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan 
sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi 
antara informasi baru dan informasi lama. 
3. Fase penyimpanan (storage phase). 
Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada 
informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka 
panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek 
dapat dipindahkan ke memori jangka panjang. 
4. Fase pemanggilan (retrieval phase). 
Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau 
memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang 
dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan 
dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu
informasi yang baru dan yang lama disusun secara teror ganisasi, diatur 
dengan baik atas pengelompokan. 
II. PRINSIP PEMBELAJARAN ROBERT GAGNE 
Robert Gagne memberi kerangka pada analisis kondisi belajar yang 
memengaruhi belajar manusia dari perspektif pengidentifikasian faktor-faktor 
yang dapat memberi perbedaan dalam pembelajaran. Akibatnya, 
peralihan dari prinsip belajar secara teoretis ke dalam prinsip pembelajaran 
tidak membutuhkan penerjemahan. Menurut asumsi Gagne, pembelajaran 
di kelas mencakup sifat dari pembelajaran dan proses yang disebut sebagai 
desain pembelajaran. Desain pembelajaran yang dimaksud adalah untuk 
menangani semua kejadian yang mungkin mempengaruhi belajar 
individual. Prinsip Gagne untuk desain dan pengembangan pembelajaran 
adalah bagian dari upaya yang lebih besar yang dikenal sebagai desain 
sistem. Lima asumsi yang mendukung rekomendasi Gagne untuk desain 
pembelajaran yakni sebagai berikut : 
Asumsi Alasan 
1. Pembelajaran harus 
dirancang untuk 
menfasilitasi belajar siswa 
individual. 
15 
1. Meskipun siswa sering 
dikelompokkan untuk 
pembelajaran, belajar terjadi di 
dalam individual. 
2. Baik itu tahapan jangka 
panjang maupun menengah 
harus dimasukkan dalam 
desain pembelajaran. 
2. Guru atau perancang 
pembelajaran, merencanakan 
pelajaran haria, namun 
pelajaran itu harus berada di 
dalam segmen unit dan 
pelajaran yang lebih luas 
danharus serasi 
3. Perencanaan pembelajaran 
tidak boleh sembarangan 
atau sekadar memberikan 
lingkungan yang mengasuh. 
3. Perencanaan yang 
sembarangan dapat melahirkan 
orang dewasa yang tidak 
kompeten. Karena itu,
16 
pembelajaran harus 
dikembangkan sesitematis 
mungkin. 
4. Pembelajaran harus didesain 
menggunakan pendekatan 
sisem 
4. Pendakatan sistem adalah 
pemilihan komponen yang 
terorganisasi daan sekuensial 
yang : (a) menggunakan data, 
informasi dan prinsip teoretis 
sebagai masukan untuk setiap 
tahap perencanaan; (b) tes dan 
cek silang hasil dari tahap 
perkembangan ; dan (c) 
membuat perubahan jika 
diperlukan. 
5. Desain pembelajaran harus 
didasarkan pada cara 
manusia belajar 
5. Data dari temuan riset dan uji 
coba pembelajarandapat 
memberi informasi hal-hal 
yang berhasil dikerjakan. 
Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan 
sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan 
pembelajaran, sebagai berikut: 
1. Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan minat 
siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, 
atau kompleks. 
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the 
objectives) : memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa 
setelah selesai mengikuti pelajaran. 
3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall 
or prior learning) : merangsang ingatan tentang pengetahuan yang
telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi 
yang baru. 
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus) : 
menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan. 
5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) : 
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur 
berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik. 
6. Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance) ; 
siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau 
penguasaannya terhadap materi. 
7. Memberikan balikan (providing feedback) : memberitahu seberapa 
jauh ketepatan performance siswa. 
8. Menilai hasil belajar (assessing performance) :memberiytahukan 
tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan 
pembelajaran. 
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and 
transfer): merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer 
dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau 
mempraktekkan apa yang telah dipelajari. 
III. IMPLIKASI TEORI GAGNE DALAM PEMBELAJARAN 
1. Mengontrol perhatian siswa. 
2. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang 
17 
diharapkan guru. 
3. Merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa. 
4. Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar. 
5. Memberikan bimbingan belajar. 
6. Memberikan umpan balik. 
7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang 
telah dicapainya. 
8. Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning. 
9. Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan penggunaan 
kemampuan yang baru diberikan.
BAB III 
PENUTUP 
18 
A. SIMPULAN 
Prinsip belajar Gagne berbeda dengan prinsip-prinsip dari teoritisi 
sebelumnya yang menemukan prinsip belajar melalui studi belajar 
laboratorium. Gagne lebih memusatkan perhatiannya pada kompleksitas 
belajar manusia yang memiliki keunikan yang membedakannya dengan 
spesies yang lain. Belajar menurut Gagne adalah seperangkat proses yang 
bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil dari transformasi 
rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang 
bersangkutan. Bertolak dari define belajar tersebut, Gagne mengungkapkan 
bahwa dalam belajar terdapat komponen kondisi belajar internal dan eksternal 
yang mengalami interaksi akan menghasilkan suatu kapabilitas (kemampuan) 
sebagai hasil belajar. Ada lima kriteria hasil belajar yaitu informasi verbal, 
keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. 
Menurut asumsi Gagne, pembelajaran di kelas mencakup sifat dari 
pembelajaran dan proses yang disebut sebagai desain pembelajaran. Desain 
pembelajaran yang dimaksud adalah untuk menangani semua kejadian yang 
mungkin mempengaruhi belajar individual. Dalam buku Condition of 
Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat 
dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu: Menarik perhatian 
(gaining attention), menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of 
the objectives), mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari 
(stimulating recall or prior learning), menyampaikan materi pelajaran 
(presenting the stimulus), memberikan bimbingan belajar (providing learner 
guidance) : memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing 
proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik, 
memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance), memberikan 
balikan (providing feedback), menilai hasil belajar (assessing performance) 
dan Memperkuat retensi dan transfer belajar. 
Aplikasi pembelajaran Gagne bertitik tumpu pada variasi tau ragam 
belajar yang ditemukannya. Dalam aplikasi pmbelajarannya Gagne
menguraikan beberapa hal, (a) isu kelas, dimana isu kelas ini merukapan 
sebuah persiapan bagi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang 
terdiri dari kesiapan mental dan juga pemberian motivasi dalam belajar; (b) 
mengembangkan strategi kelas, pengembangan strategi kelas ini mengulas 
tentang model perancangan system dan langkah-langkah dalam merangcang 
pembelajaran yang tentunya merupakan suatu hal yang harus dikuasai oleh 
seorang pendidik; (c) contoh kelas, contoh kelas merupakan segala kegiatan 
yang dilakukan oleh guru dan siswa terbagi dalam Sembilan peristiwa 
pembelajaran yang ditemukan oleh Gagne; (d) ulasan teori, Pavlof, Skinner, 
dan Gestalt mengembangkan teorinya dalam laboratorium, namun Gagne 
menemukan ragam belajar manusia yang kemudian di aplikasikannya dalam 
teori pembelajaran. 
19 
B. SARAN 
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dapat 
mengetahui tentang kondisi belajar Robert Gagne yang diulas secara luas 
melalui teori, prinsip, dan aplikasinya. Dalam menulis makalah ini, penulis 
mengharapkan adanya suatu saran dan kritik agar nantinya makalah ini dapat 
direvisi dan disempurnakan lagi. Semoga makalah ini dapat menjadi sebuah 
refrensi untuk memecahkan masalah-masalah yang ada yang khususnya 
berkaitan dengan kondisi belajar Robert Gagne.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Teori Belajar Robert M. GAgne
Teori Belajar Robert M. GAgneTeori Belajar Robert M. GAgne
Teori Belajar Robert M. GAgneAbdul Rais P
 
TEORI KONSTRUKTIVISME
TEORI KONSTRUKTIVISMETEORI KONSTRUKTIVISME
TEORI KONSTRUKTIVISMESigmund Fai
 
Teori hirarki belajar dari robert m
Teori hirarki belajar dari robert mTeori hirarki belajar dari robert m
Teori hirarki belajar dari robert magungfaizaqila
 
Belajar Sebagai Konstruksi Pengetahuan
Belajar Sebagai Konstruksi PengetahuanBelajar Sebagai Konstruksi Pengetahuan
Belajar Sebagai Konstruksi PengetahuanKusdian
 
Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam PembelajaranFitri Yusmaniah
 
AFI PARNAWI, M.Pd Mata kuliah psikologi belajar.
AFI PARNAWI, M.Pd  Mata kuliah psikologi belajar. AFI PARNAWI, M.Pd  Mata kuliah psikologi belajar.
AFI PARNAWI, M.Pd Mata kuliah psikologi belajar. Dr. Afi Parnawi, M.Pd
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifkholid harras
 
Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran
Perkembangan kognitif dan proses pembelajaranPerkembangan kognitif dan proses pembelajaran
Perkembangan kognitif dan proses pembelajaranDedi Yulianto
 
Hierarki belajar dari gagne
Hierarki belajar dari gagneHierarki belajar dari gagne
Hierarki belajar dari gagneBudimanshero
 
Belajar dan pembelajaran (kognitif dan konstruktivisme)
Belajar dan pembelajaran (kognitif dan konstruktivisme)Belajar dan pembelajaran (kognitif dan konstruktivisme)
Belajar dan pembelajaran (kognitif dan konstruktivisme)satyayoga96
 
Konsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistikKonsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistikKundas Tanma
 
Teori konstruktivisme kognitif
Teori konstruktivisme kognitifTeori konstruktivisme kognitif
Teori konstruktivisme kognitifNur Liz
 
Teori Kognitivistik
Teori KognitivistikTeori Kognitivistik
Teori Kognitivistik3ry21
 
Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)Churifiani Eva
 

Was ist angesagt? (19)

Teori Belajar Robert M. GAgne
Teori Belajar Robert M. GAgneTeori Belajar Robert M. GAgne
Teori Belajar Robert M. GAgne
 
TEORI KONSTRUKTIVISME
TEORI KONSTRUKTIVISMETEORI KONSTRUKTIVISME
TEORI KONSTRUKTIVISME
 
Teori belajar gagne
Teori belajar gagneTeori belajar gagne
Teori belajar gagne
 
Teori hirarki belajar dari robert m
Teori hirarki belajar dari robert mTeori hirarki belajar dari robert m
Teori hirarki belajar dari robert m
 
Belajar Sebagai Konstruksi Pengetahuan
Belajar Sebagai Konstruksi PengetahuanBelajar Sebagai Konstruksi Pengetahuan
Belajar Sebagai Konstruksi Pengetahuan
 
Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
 
Model –model pembelajaran
Model –model pembelajaranModel –model pembelajaran
Model –model pembelajaran
 
AFI PARNAWI, M.Pd Mata kuliah psikologi belajar.
AFI PARNAWI, M.Pd  Mata kuliah psikologi belajar. AFI PARNAWI, M.Pd  Mata kuliah psikologi belajar.
AFI PARNAWI, M.Pd Mata kuliah psikologi belajar.
 
Kb2 teori kognitif
Kb2 teori kognitifKb2 teori kognitif
Kb2 teori kognitif
 
Makalah robert gagne
Makalah robert gagneMakalah robert gagne
Makalah robert gagne
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran
Perkembangan kognitif dan proses pembelajaranPerkembangan kognitif dan proses pembelajaran
Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran
 
Hierarki belajar dari gagne
Hierarki belajar dari gagneHierarki belajar dari gagne
Hierarki belajar dari gagne
 
Belajar dan pembelajaran (kognitif dan konstruktivisme)
Belajar dan pembelajaran (kognitif dan konstruktivisme)Belajar dan pembelajaran (kognitif dan konstruktivisme)
Belajar dan pembelajaran (kognitif dan konstruktivisme)
 
teori beljara dan pembelajaran
teori beljara dan pembelajaranteori beljara dan pembelajaran
teori beljara dan pembelajaran
 
Konsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistikKonsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistik
 
Teori konstruktivisme kognitif
Teori konstruktivisme kognitifTeori konstruktivisme kognitif
Teori konstruktivisme kognitif
 
Teori Kognitivistik
Teori KognitivistikTeori Kognitivistik
Teori Kognitivistik
 
Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)
 

Andere mochten auch

Hakekat matematika
Hakekat matematika Hakekat matematika
Hakekat matematika Abdul Rais P
 
INGENIERIA ECONOMICA ISABEL CRISTINA
INGENIERIA ECONOMICA ISABEL CRISTINAINGENIERIA ECONOMICA ISABEL CRISTINA
INGENIERIA ECONOMICA ISABEL CRISTINAisacrisdani
 
Sejarah Muhammadiyah
Sejarah MuhammadiyahSejarah Muhammadiyah
Sejarah MuhammadiyahAbdul Rais P
 
statement and recommendation
statement and recommendationstatement and recommendation
statement and recommendationDinesh Budhathoki
 
自動デプロイ
自動デプロイ自動デプロイ
自動デプロイIku Yamamoto
 
KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKS
KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKSKARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKS
KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKSAbdul Rais P
 
MATERI ALJABAR KELAS VII
MATERI ALJABAR KELAS VIIMATERI ALJABAR KELAS VII
MATERI ALJABAR KELAS VIIAbdul Rais P
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatAbdul Rais P
 
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)Abdul Rais P
 
Laporan Kegiatan Magang 1
Laporan Kegiatan Magang 1Laporan Kegiatan Magang 1
Laporan Kegiatan Magang 1Abdul Rais P
 

Andere mochten auch (17)

Tarde de Halloween
Tarde de HalloweenTarde de Halloween
Tarde de Halloween
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
Hakekat matematika
Hakekat matematika Hakekat matematika
Hakekat matematika
 
INGENIERIA ECONOMICA ISABEL CRISTINA
INGENIERIA ECONOMICA ISABEL CRISTINAINGENIERIA ECONOMICA ISABEL CRISTINA
INGENIERIA ECONOMICA ISABEL CRISTINA
 
Science – the human body
Science – the human bodyScience – the human body
Science – the human body
 
Sejarah Muhammadiyah
Sejarah MuhammadiyahSejarah Muhammadiyah
Sejarah Muhammadiyah
 
Mapa germary
Mapa germaryMapa germary
Mapa germary
 
Science – the human body
Science – the human bodyScience – the human body
Science – the human body
 
Accionsolidaria grupo173
Accionsolidaria grupo173Accionsolidaria grupo173
Accionsolidaria grupo173
 
Lap lich du an
Lap lich du anLap lich du an
Lap lich du an
 
statement and recommendation
statement and recommendationstatement and recommendation
statement and recommendation
 
自動デプロイ
自動デプロイ自動デプロイ
自動デプロイ
 
KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKS
KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKSKARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKS
KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKS
 
MATERI ALJABAR KELAS VII
MATERI ALJABAR KELAS VIIMATERI ALJABAR KELAS VII
MATERI ALJABAR KELAS VII
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan Bulat
 
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
 
Laporan Kegiatan Magang 1
Laporan Kegiatan Magang 1Laporan Kegiatan Magang 1
Laporan Kegiatan Magang 1
 

Ähnlich wie Teo

Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)Churifiani Eva
 
Prediksi materi soal berdasarkan kisi ips
Prediksi materi soal berdasarkan kisi ipsPrediksi materi soal berdasarkan kisi ips
Prediksi materi soal berdasarkan kisi ipsarif widyatma
 
Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajarNarendra
 
Tugas observasi
Tugas observasiTugas observasi
Tugas observasinuuu23
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...Dadang DjokoKaryanto
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...Dadang DjokoKaryanto
 
Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7EBab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7EMariz Cha Cha
 
52942980 teori-belajar-kognitif
52942980 teori-belajar-kognitif52942980 teori-belajar-kognitif
52942980 teori-belajar-kognitiffhendy
 
Materi 1 hakekat psikologi
Materi 1 hakekat psikologiMateri 1 hakekat psikologi
Materi 1 hakekat psikologiNhia Item
 
Learning theory kognitif
Learning theory kognitifLearning theory kognitif
Learning theory kognitifJeny Hardiah
 
Makalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan Bandura
Makalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan BanduraMakalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan Bandura
Makalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan BanduraNailul Hasibuan
 
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan PembelajaranMateri Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran-Nining Syafitri
 
RESUME KB 1.pdf
RESUME KB 1.pdfRESUME KB 1.pdf
RESUME KB 1.pdfkangifat
 
nota Teori pemerolehan bahasa bmm3117
nota Teori pemerolehan bahasa bmm3117nota Teori pemerolehan bahasa bmm3117
nota Teori pemerolehan bahasa bmm3117Yuvarani Subramaniam
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxWAKURSMKUMMA
 
Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran
Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaranPemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran
Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaranIsmail Fizh
 
Tipe kegiatan belajar
Tipe kegiatan belajarTipe kegiatan belajar
Tipe kegiatan belajarIin Angriyani
 
Pembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitifPembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitifzikriamri86
 

Ähnlich wie Teo (20)

Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)
 
Prediksi materi soal berdasarkan kisi ips
Prediksi materi soal berdasarkan kisi ipsPrediksi materi soal berdasarkan kisi ips
Prediksi materi soal berdasarkan kisi ips
 
Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajar
 
Tugas observasi
Tugas observasiTugas observasi
Tugas observasi
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7EBab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
 
52942980 teori-belajar-kognitif
52942980 teori-belajar-kognitif52942980 teori-belajar-kognitif
52942980 teori-belajar-kognitif
 
Materi 1 hakekat psikologi
Materi 1 hakekat psikologiMateri 1 hakekat psikologi
Materi 1 hakekat psikologi
 
Learning theory kognitif
Learning theory kognitifLearning theory kognitif
Learning theory kognitif
 
Makalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan Bandura
Makalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan BanduraMakalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan Bandura
Makalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan Bandura
 
Tokoh dan teori matematika
Tokoh dan teori matematika Tokoh dan teori matematika
Tokoh dan teori matematika
 
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan PembelajaranMateri Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran
 
RESUME KB 1.pdf
RESUME KB 1.pdfRESUME KB 1.pdf
RESUME KB 1.pdf
 
nota Teori pemerolehan bahasa bmm3117
nota Teori pemerolehan bahasa bmm3117nota Teori pemerolehan bahasa bmm3117
nota Teori pemerolehan bahasa bmm3117
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
 
Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran
Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaranPemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran
Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran
 
Tipe kegiatan belajar
Tipe kegiatan belajarTipe kegiatan belajar
Tipe kegiatan belajar
 
Pembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitifPembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitif
 

Teo

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG Dalam mempelajari ilmu pendididkan, sering dikemukakan pertanyaan berupa ”mengapa seseorang perlu belajar?” untuk menjawab pertanyaan ini, sepertinya kita sependapat bahwa di dunia ini tak ada makhluk hidup yang ketika baru dilahirkan dapat melakukan segala sesuatu dengan sendirinya, begitu juga dengan manusia. Sejak ia bayi, bahkan ketika dewasa pun, ia pasti membutuhkan bantuan orang lain. Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia dewasa lainnya, tentu ia akan binasa. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik oleh manusia. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Selain itu, manusia juga makhluk berbudaya, sehingga belajar merupakan kebutuhan yang vital sejak manusia dilahirkan. Manusia selalu memerlukan dan melakukan perbuatan belajar kapan saja dan dimana saja ia berada. Banyak ilmuan yang telah menemukan teori belajar. Salah satu teori belajar tersebut adalah teori belajar dari Robert M. Gagne, yang akan kami bahas dalam maklah ini. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakng tersebut, rumusan masalah yang kami buat adalah: 1. Bagaiman teori belajar yang dikemukakan oleh Gagne? 2. Apa sajakah prinsip belajar Robert Gagne? 3. Apa sajakah prinsip pembelajaran Robert Gagne? 4. Bagaimana implikasi teori Gagne dalam pembelajaran? C. TUJUAN Tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan memahami teori belajar yang dikemukakan oleh Gagne.
  • 2. 2. Untuk mengetahui dan memahami prinsip belajar yang dikemukakan 2 Robert Gagne. 3. Untuk mengetahui dan memahami prinsip pembelajaran yang dikemukakan Robert Gagne. 4. Untuk mengetahui implikasi teori Gagne dalam pembelajaran.
  • 3. BAB II PEMBEHASAN I. PRINSIP BELAJAR ROBERT GAGNE Manusia melakukan banyak kegiatan yang merupakan hasil dari belajar. Masalah dalam teori-teori lama yang membahas belajar adalah mereka tidak menangkap perbedaan kompleksitas aktivitas yang membedakan manusia dengan spesies lainnya. Gagne (1972,1977a) berpendapat bahwa kunci untuk mengembangkan teori yang komprehensif adalah memulai dengan analisis berbagai macam kinerja dan keterampilan yang dilakukan oleh manusia. 3 A. Asumsi Dasar Asumsi dasar dari teori Gagne mendeskripsikan sifat unik dari kegiatan belajar manusia dan definisinya tentang belajar. 1. Keunikan Hakekat Belajar Manusia Elemen penting dalam analisis Gagne adalah kaitan belajar dengan perkembangan, kompleksitas belajar pada manusia, dan masalah khusus dengan pandangan-pandangan sebelumnya. a. Kaitan Belajar dengan Perkembangan. Dalam model kesiapan pertumbuhan (model Gesellian), pertumbuhan tubuh terkait erat dengan pertumbuhan mental. Salah satu pendapat mengatakan bahwa kemunculan gigi permanen pada anak mengindikasikan usia perkembangan yang tepat untuk memulai pembelajaran membaca. Akan tetapi menyamakan belajar dengan pertumbuhan tidaklah tepat, karena faktor utama yang mempengaruhi keduanya berbeda. Dimana faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik, sedangkan faktor utama yang mempengaruhi belajar adalah kegiatan-kegiatan di lingkungan individu itu sendiri. b. Kompleksitas Belajar Manusia Banyak hasil belajar manusia digeneralisasikan untuk berbagai macam situasi. Keterampilan yang kompleks didasarkan pada belajar sebelumnya. Sebagai contoh, siswa yang belajar menulis paragraf
  • 4. deskriptif akan menggunakan pengetahuannya tentang penulisan kalimat dan memilih kata. c. Masalah dalam Pandangan Sebelumnya Ide-ide yang dikemukakan oleh teoritisi awal terkait dengan situasi spesifik yang berasal dari studi belajar laboratorium, namun mereka tidak dapat menjelaskan kapasitas manusia untuk mempelajari keterampilan dan kemampuan yang kompleks. Beberapa teori berbasis laboratorium memang menjelaskan subkomponen belajar manusia, namun subketerampilan ini bukan tujuan utama dari belajar. Contohnya, Model Pavlov mengenai stimulus yang dikondisikan “menandakan” adanya emosi atau reaksi lain, seperti perasaan nyaman yang ditimbulkan oleh mainan. Perspektif lain adalah teori Stimulus-Respon (S-R) dari Thorndike dan Skinner. Contoh dari koneksi S-R adalah bayi belajar memegang botol minuman, menjangkau dan memegang mainan, dan menggucapkan sesuatu. Saat anak mendapatkan jumlah koneksi S-R semakin banyak, mereka mulai membentuk rantai koneksi. Seperti mengancingkan baju sendiri, mengucapkan ucapan yang runtut. Psikolog Gestalt juga menjelasknan sifat sesungguhnya dari belajar. Mereka berpendapat bahwa belajar terjadi ketika subjek melihat hubungan baru dalam situasi masalah. Akan tetapi, mereka tidak menilai belajar yang telah dilakukan sebelumnya oleh subjek, yang dapat menjelaskan perilaku memecahkan masalah. Pada 1960-an, kecerendungan riset lain memperkenalkan perspektif baru dalam diskusi belajar. Mereka adalah (a) riset komunikasi, yang memandang pemelajaran sebagai sistem pemrosesan informasi yang kompleks, (b) munculnya komputer berkecapatan tinggi, yang diikuti dengan sederet petunjuk pemrosesan, dan (c) deskripsi yang mengikuti aturan mengenai bagaimana individu memproses bahasa. Perubahan utama dalam pemikiran belajar yang diawali oleh perkembangan ini adalah bahwa individu tidak sekedar beraksi terhadap stimuli, sebaliknya mereka memproses stimulasi yang diterima dari 4
  • 5. lingkungan. Model ini tidak membahas hasil spesifik dari belajar, namun konsep bertindak pada stimuli di lingkungan dalam berbagai cara memberikan implikasi bagi pembelajaran. 5 2. Definisi Belajar Analisis Gagne mengidentifikasi persyaratan untuk definisi belajar yang komprehensif dan deskripsi belajar pada manusia. Fokus yang memaksakan semua belajar ke dalam satu deskripsi adalah salah satu kesalahan prinsip belajar sebelumnya. Temuan ini mengindikasikan bahwa belajar adalah bukan proses tunggal. Riset laboratorium yang dilakukan oleh psikolog kognitif di awal 1980-an menyebabkan riset itu menjadi terpaku hanya pada saluran belajar yang sempit. Deskripsi yang memadai dari belajar manusia harus berlaku untuk berbagai macam aktivitas manusia di beragam latar dan situasi belajar itu terjadi. Belajar adalah mekanisme yang membuat individu menjadi berfungsi sebagai anggota masyarakat secara kompeten. Belajar juga melahirkan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang didapat oleh manusia. Dalam pengertian umum belajar merupakan perubahan disposisi kapabilitas (kemampuan) manusia yang bertahan dalam jangka waktu yang lama dan bukan hasil dari pertumbuhan. Ketika didefinisikan secara formal, belajar menghasilkan berbagai disposisi yang dipertahankan yang tercermin dalam berbagai macam perilaku atau hasil kinerja tertentu, yaitu perbandingan antara hasil kinerja sebelumnya dengan sesudah pembelajaran. Menurut Gagne, kapabilitas (kemampuan) ini terdiri dari komponen mental (disposisi yang dipertahankan) dan komponen perilaku (kinerja). Kedua komponen kapabilitas ini didapatkan oleh manusia melalui stimulasi dari lingkungan, dan pemrosesan kognitif yang mengubah stimulus dari lingkungan menjadi kapabilitas baru. B. Komponen Belajar Pendekatan Gagne untuk pemahaman belajar pada manusia berbeda dengan pendekatan sebelumnya, terutama dalam hal keharusan langkah awal untuk menganalisis keragaman belajar manusia, dan belajar dan pembelajaran
  • 6. merupakan satu kesatuan yang harus dikembangkan secara beriringan. Kerangka belajar yang dikembangkan Gagne terdiri atas ragam belajar, kondisi belajar internal dan kondisi belajar eksternal. Lima variasi belajar yang dikemukakan Gagne adalah informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif. Kelima variasi belajar ini merepresentasikan hasil belajar yang merupakan kapabilitas. a. Informasi Verbal Informasi verbal dimulai sejak masa kanak-kanak awal ketika bayi mulai belajar nama-nama objek, hewan, dan peristiwa. Berlanjut disepanjang hayat saat mereka belajar tentang dunia sekitar. Karakteristik esensial dari informasi verbal yaitu dapat ditulis atau dikatakan (diverbalkan), dan beberapa kata dari informasi verbal memiliki makna bagi individual. Kapabilitas yang ditunjukkan antara lain label dan fakta, prosa atau puisi yang terkait secara bermakna, dan isi informasi yang tertata. Informasi verbal juga merupakan pengetahuan deklaratif, yang menyiratkan kemampuan untuk mengumumkan atau menyatakan sesuatu. Informasi verbal mengacu pada memilih teks yang terkoneksi secara bermakna, dan mengorganisasikan bagian-bagian informasi. Hasil dari informasi verbal adalah menyatakan informasi. 6 b. Keterampilan Intelektual Yang termasuk dalam keterampilan intelektual adalah membedakan, mengombinasikan, menabulasikan, mengklasifikasikan, mengaalisis, dan mengkuantifikasikan objek, kejadian, dan simbol-simbol lain. Contohnya, menerjemahkan ton menjadi kilogram. Yang juga termasuk dalam keterampilan intelektual adalah aplikasi kaidah yang mengatur aktivitas bicara, menulis dan membaca, dan dalam matematika biasanya menggunakan aturan perhitungan dan memecahkan masalah soal cerita. Keterampilan intelektual sering dijumpai dalam beberapa jenis pekerjaan mulai dari perawat hingga programer komputer. Ketermapilan
  • 7. ini merupakan kapabilitas yang membuat manusia berfungsi secara kompeten dalam masyarakat. Informasi verbal dan keterampilan intelektual merupakan dua kategori yang saling ketergantungan, namun keduanya memiliki pembeda. Keterampilan intelektual tidak dapat di pelajari hanya dengan mendengar atau mencari informasi. Sebaliknya seseorang merespons situasi dengan memanipulasi simbol dengan berbagai macam cara. Karakteristik unik lainnya adalah, keterampilan intelektual terdiri dari empat keterampilan lain yaitu:  Belajar diskriminasi, merupakan merespon secara berbeda pada karakteristik yang membedakan objek. Contohnya, membedakan gambar segitiga tertutup dengan geometris lainnya.  Belajar konsep konkret dan definisi, merupakan mengidentifikasi objek atau kegiatan sebagai anggota dari satu kelompok konsep, belajar melalui pertemuan langsung dengan contoh konkret. Contohnya, mengidentifikasi berbagai bentuk segitiga dari segitiga yang tinggi sampai yang lebar.  Belajar kaidah atau aturan, merupakan merespon satu kelompok situasi dengan kelompok kinerja yang berkaitan. Contohnya, menjawab 5 x (2 + 3) dengan menjumlahkan (5 x 2) + (5 x 3)  Belajar pemecahan masalah, merupakan memecahkan masalah dengan mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Contohnya, untuk mencari FPB dari 15 dan 30 harus mengetahui dan mengaplikasikan pemfaktoran atau faktorisasi prima dari 15 dan 30. 7 c. Strategi Kognitif Keterampilan Intelektual membentuk struktur dasar untuk belajar. Setelah siswa berhasil dalam belajar informasi verbal dan keterampilan intelektual, siswa akan mulai mengembangkan cara untuk mengatur sendiri proses mental mereka yang diasosiasikan dengan belajar. Secara spesifik, strategi kognitif merupakan belajar bagaimana cara belajar, cara
  • 8. mengingat, dan cara menjalankan pemikiran reflektif dan analitis yang dapat melahirkan lebih banyak kegiatan belajar lagi. Berbeda dengan informasi verbal dan keterampilan intelektual, yang beroperasi dengan konten tertentu, objek strategi kognitif adalah proses pemikiran individu yang belajar itu sendiri. Strtaegi kognitif yang membantu siswa dalam mengelola belajar dan pengingatan antara lain mencitrakan suatu kata yang hendak dipelajari, menggarisbawahi kalimat penting, mengecek pemahaman dengan mengerjakan soal latihan. Strategi kognitif juga membantu individu untuk mengelola pemikiran mereka dengan membantu mereka menentukan kapan dan bagaimana menggunakan informasi verbal dan keterampilan intelektual. Arti penting dari startegi kognif diilustrasikan dalam riset tenntang siswa yang lemah pada salah satu mata pelajaran. Siswa ini secara khusus membutuhkan latihan strategi yang intensif. Siswa dengan prestasi rendah cenderung menggunakan memorisasi tanpa pendalaman dan strategi yang tidak efisien lainnya. Mereka gagal mengorganisasikan belajar mereka dan cenderung melewati materi yang tidak dimengerti. 8 d. Keterampilan Motorik Pada tingkatan tertentu semua kinerja adalah motorik atau gerakan karena membutuhkan beberapa jenis tindakan. Siswa munggik menggunakan tangan dan jarinya untuk menggunakan pensil sehingga dia dapat menulis jawaban soal 5 x 8. Akan tetapi tindakan ini adalah demonstaris keterampilan intelektual, bukan keterampilan motorik. Karena keterampilan motorik tidak dapat ditentukan dengan sekedar mengamati beberapa kinerja gerak yang nyata. Dalam kasus soal perkalian, siswa sudah tahu cara menulis angka, focus tugasnya adalah menunjukkan keterampilan intelektual. Tentu saja sebelumnya anak harus belajar keterampilan motorik yang memungkinkan untuk menulis jawaban. Meskipun demikian, keterampilan motorik yang baru dipelajari bergantung pada pengenalan bahwa suatu kinerja motorik tidak ada sebelum belajar. Contohnya melempar bola, membuat simpul tali, melakukan serve dalam permainan tenis.
  • 9. Karakteristik dari keterampilan motorik adalah persyaratan untu mengembangkan kelancaran tindakan, ketepatan, dan pengaturan waktu, dan hanya dapat diperoleh melalui pengulangan gerakan yang tepat. Sehingga menuntut latihan gerakan secara berkelanjutan. Dalam belajar keterampilan motorik ada tiga fase yaitu belajar tahap-tahap gerakan dalam keterampilan dan pelaksanaan rutin, menyesuaikan bagian-bagian dari keterampilan secara keseluruhan melalui latihan, dan memperbaiki pengaturan waktu dan kelancaran kinerja melalui latihan terus menerus. Fase ini secara otomatis akan menimbulkan keterampilan, sehingga ia dapat menentukan tindakan yang mungkin dapat mengganggu. Ketika belajar keterampilan telah selesai, seseorang mampu untuk merespon isyarat kinestetik yang menandai perbedaan antara tindakan yang tepat dilakukan dan yang bebas dari kesalahan. 9 e. Sikap Sikap adalah keadaan yang memengaruhi atau mengatur perilaku namun tidak secara langsung menentukan tindakan. Sikap hanya menyebabkan kemungkinan dilakukannya suatu tindakan. Memberitahu siswa tentang apa yang akan mereka pelajari dapat merupakan aspek efektif dalam pembelajaran tertentu. Namun upaya untuk membangun sikap dengan ajakan logis atau emosional yang persuasif tidaklah efektif. Contohnya, membaca pesan tertulis seperti “Jauhi Narkoba!” tidak akan memengaruhi sikap pemelajar. Sikap pada umumnya dideskripsikan terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan behavioral. Kognitif yaitu yang mengekspresikan kaitan seperti “bertambahnya jumlah penduduk meningkatkan jumlah penangguran di Indonesia”. Aspek kedua yaitu afektif adalah perasaan yang mengiringi keyakinan kognitif. Aspek behavioral berkaitan dengan kesiapan untuk bertindak. Berbagai institusi masyarakat, seperti sekolah tertarik untuk engembangkan sikap siswa. Sekolah biasanya menekankan sikap seperti menghormati orang lain, mematuhi aturan, dan bertanggung jawab atas
  • 10. tindakannya. Namun medium yang paling memengaruhi sikap adalah televisi. Acara televisi yang beraneka ragam menghasilkan dan memperkuat sikap terhadap beberapa aspek kehidupan sehar-hari. Untuk dapat memperoleh dan menguasai kelima kategori kapabilitas tersebut dengan sebaik-baiknya ada sejumlah kondisi yang perlu diperhatikan oleh para pendidik. Ada kondisi belajar internal, yang timbul dari memori peserta didik sebagai hasil dari belajar sebelumnya, dan ada sejumlah kondisi eksternal ditinjau dari peserta didik. Kondisi eksternal ini bila diatur dan dikelola dengan baik merupakan usaha untuk membelajarkan. Misalnya pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar. 10 C. Hakikat Belajar yang Kompleks Analisis belajar Gagne mencakup dua organisasi kapabilitas yang merepresentasikan hasil belajar yang kompleks, yaitu prosedur dan hierarki belajar. 1. Prosedur Sebuah prosedur adalah seperangkat tindakan yang harus dilakukan sesuai urutan atau secara langkah demi lanngkah, dan organisasi keterampilan yang mencakup keterampilan motorik/gerak dan keterampilan intelektual. Mempelajari prosedur melibatkan belajar melakukan keterampilan motorik deskret dan mempelajari aturan dan konsep yang penting. 2. Hierarki Belajar Menurut kamus ilmiah populer (2006:179) hirarki berarti berurutan-urutan, peringkat, tingkat. Hirarki belajar merupakan struktur belajar yang terdiri dari tingkatan-tingkatan belajar. Robert M. Gagne merupakan salah seorang penganut aliran psikologi tingkah laku. Gagne memiliki pandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatannya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat diobservasi atau diukur. Oleh karena itu, teori belajar yang dikemukakan Gagne dikenal sebagai Teori Hirarki Belajar.
  • 11. Teori hirarki belajar ditemukan oleh Rober M. Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya dimaksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks. Orton dalam Warsita Hirarki belajar menurut Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau top down. Dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran dipuncak hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan atau pengetahuan prasyarat yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau pengetahuan diatasnya. Hirarki ini juga memungkinkan prasyarat yang berbeda untuk kemampuan yang berbeda pula. D. Tipe Belajar menurut Robert Gagne Gagne membedakan delapan tipe belajar yang terurut secara hirarki, mulai dari tipe belajar yang sederhana sampai dengan tipe belajar yang lebih kompleks. Kemampuan belajar pada tingkat tertentu ditentukan oleh kemampuan belajar di tingkat sebelumya. Kedelapan tipe belajar di atas dikemukakan berikut ini. 1. Belajar isyarat (signal learning) Belajar isyarat adalah belajar sesuatu dengan tidak sengaja yaitu sebagai akibat dari suatu rangsangan yang dapat menimbulkan reaksi tertentu. Dari signal yang dilihat atau didengarnya, anak akan memberi respon tertentu. Belajar isyarat ini mirip dengan conditioning menurut Pavlov dan timbul setelah sejumlah pengalaman tertentu. Respons yang timbul bersifat umum, kabur, dan emosional. Misalnya, siswa menjadi senang belajar matematika karena gurunya bersikap ramah dan humoris. 11
  • 12. 2. Belajar stimulus-respons (stimulus-response learning) Belajar stimulus-respons adalah belajar yang disengaja dan responsnya seringkali secara fisik (motoris). Respons atau kemampuan yang timbul tidak diperoleh dengan tiba-tiba melainkan melalui pelatihan-pelatihan. Respons itu dapat diatur dan dikuasai. Misalnya, seorang siswa dapat menyelesaikan suatu soal setelah memperhatikan contoh penyelesaian soal yang serupa oleh gurunya. 12 3. Rantai atau rangkaian (chaining) Belajar rantai atau rangkaian (gerak, tingkah laku) adalah belajar yang menunjukkan kemampuan anak untuk menggabungkan dua atau lebih hasil belajar stimulus–respon secara berurutan. Chaining terbatas hanya pada serangkaian gerak, bukan serangkaian produk bahasa lisan. Misalnya, siswa belajar melukis garis melalui dua titik melalui rangkaian gerak: mengambil pensil, membuat dua titik sembarang, memegang penggaris, meletakkan penggaris tepat di samping kedua titik, kemudian menarik ruas garis melalui kedua titik itu. 4. Asosiasi verbal (verbal association) Belajar asosiasi verbal adalah tipe belajar yang menggabungkan hasil belajar yang melibatkan unit bahasa (lisan) seperti memberi nama sebuah objek/benda. Sebagai contoh, bila diperlihatkan suatu bentuk geometris, seorang siswa dapat mengatakan bentuknya adalah ’persegi’. Sebelumnya, ia harus dapat membedakan bentuk-bentuk geometris agar dapat mengenal ’persegi’ sebagai salah satu bentuk geometris. Hubungan itu terbentuk bila unsur-unsur itu terdapat dalam urutn tertentu, yang satu segera mengikuti yang satu lagi (contiguity). 5. Belajar diskriminasi (discrimination learning) Belajar diskriminasi atau memperbedakan adalah belajar untuk membedakan hubungan stimulus-respons agar dapat memahami berbagai objek fisik dan konsep. Ada dua macam belajar diskriminasi, yaitu belajar disriminasi tunggal dan belajar diskriminasi jamak. Sebagai contoh belajar diskriminasi tunggal, siswa dapat membedakan lambang ∩ dan ∪ dalam operasi himpunan. Belajar diskriminasi jamak,
  • 13. misalnya siswa dapat membedakan sudut dan sisi pada segitiga lancip, siku-siku, dan tumpul, atau pada segitiga sama sisi, sama kaki, dan sembarang. 6. Belajar konsep (concept learning) Belajar konsep adalah belajar memahami sifat-sifat bersama dari benda-benda konkrit atau peristiwa-peristiwa untuk dikelompokkan menjadi satu jenis. Untuk mempelajari suatu konsep, anak harus mengalami berbagai situasi dan stimulus tertentu. Pada tipe belajar ini, mereka dapat mengadakan diskriminasi untuk membedakan apa yang termasuk atau tidak termasuk dalam suatu konsep. Melalui pemahaman konsep siswa mampu mengidentifikasikan benda lain yang berbeda ukuran, warna, maupun materinya, namun masih memiliki kararkteristik dari objek itu sendiri. Sebagai contoh, seorang siswa dikatakan telah belajar konsep himpunan jika ia telah dapat menunjukkan kumpulan objek yang merupakan contoh himpunan atau bukan contoh himpunan. 13 7. Belajar aturan (rule learning) Belajar aturan adalah tipe belajar yang memungkinkan peserta didik dapat menghubungkan dua konsep atau lebih untuk membentuk suatu aturan. Harus diingat, mengenal aturan tanpa memahaminya akan merupakan verbal-chain saja, dan hal ini merupakan cara pembelajaran yang keliru. Seorang siswa dikatakan telah belajar aturan jika ia telah mampu mengaplikasikan aturan itu Misalnya, dalam matematika siswa dapat memahami bahwa (a + b)(a – b) = a2 – b2 berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, seperti perkalian dua bilangan, perkalian berulang, perkalian dua bilangan berbeda tanda, dan penjumlahan/pengurangan dua bilangan. 8. Memecahkan masalah (problem solving) Belajar memecahkan masalah merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dan lebih kompleks dibandingkan dengan tipe belajar yang lain. Dalam belajar pemecahan masalah, ada empat langkah penting dalam proses pemecahan masalah menurut Polya (dalam Pirdaus, 2007), yaitu
  • 14. (1) memahami masalahnya, dalam arti menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, (2) merencanakan cara penyelesaiannya, (3) melaksanakan rencana; dan (4) menafsirkan atau mengecek hasilnya. Dalam belajar pemecahan masalah, siswa harus memiliki pemahaman sejumlah konsep dan aturan. Selain itu, siswa juga harus memiliki strategi yang dapat memberikan arah pada pemikirannya untuk memecahkan masalah itu. 14 E. FASE BELAJAR Menurut Gagne belajar melalui empat fase utama yaitu : 1. Fase pengenalan (apprehending phase). Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar. 2. Fase perolehan (acqusition phase). Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama. 3. Fase penyimpanan (storage phase). Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang. 4. Fase pemanggilan (retrieval phase). Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu
  • 15. informasi yang baru dan yang lama disusun secara teror ganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan. II. PRINSIP PEMBELAJARAN ROBERT GAGNE Robert Gagne memberi kerangka pada analisis kondisi belajar yang memengaruhi belajar manusia dari perspektif pengidentifikasian faktor-faktor yang dapat memberi perbedaan dalam pembelajaran. Akibatnya, peralihan dari prinsip belajar secara teoretis ke dalam prinsip pembelajaran tidak membutuhkan penerjemahan. Menurut asumsi Gagne, pembelajaran di kelas mencakup sifat dari pembelajaran dan proses yang disebut sebagai desain pembelajaran. Desain pembelajaran yang dimaksud adalah untuk menangani semua kejadian yang mungkin mempengaruhi belajar individual. Prinsip Gagne untuk desain dan pengembangan pembelajaran adalah bagian dari upaya yang lebih besar yang dikenal sebagai desain sistem. Lima asumsi yang mendukung rekomendasi Gagne untuk desain pembelajaran yakni sebagai berikut : Asumsi Alasan 1. Pembelajaran harus dirancang untuk menfasilitasi belajar siswa individual. 15 1. Meskipun siswa sering dikelompokkan untuk pembelajaran, belajar terjadi di dalam individual. 2. Baik itu tahapan jangka panjang maupun menengah harus dimasukkan dalam desain pembelajaran. 2. Guru atau perancang pembelajaran, merencanakan pelajaran haria, namun pelajaran itu harus berada di dalam segmen unit dan pelajaran yang lebih luas danharus serasi 3. Perencanaan pembelajaran tidak boleh sembarangan atau sekadar memberikan lingkungan yang mengasuh. 3. Perencanaan yang sembarangan dapat melahirkan orang dewasa yang tidak kompeten. Karena itu,
  • 16. 16 pembelajaran harus dikembangkan sesitematis mungkin. 4. Pembelajaran harus didesain menggunakan pendekatan sisem 4. Pendakatan sistem adalah pemilihan komponen yang terorganisasi daan sekuensial yang : (a) menggunakan data, informasi dan prinsip teoretis sebagai masukan untuk setiap tahap perencanaan; (b) tes dan cek silang hasil dari tahap perkembangan ; dan (c) membuat perubahan jika diperlukan. 5. Desain pembelajaran harus didasarkan pada cara manusia belajar 5. Data dari temuan riset dan uji coba pembelajarandapat memberi informasi hal-hal yang berhasil dikerjakan. Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut: 1. Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks. 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives) : memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran. 3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning) : merangsang ingatan tentang pengetahuan yang
  • 17. telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru. 4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus) : menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan. 5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) : memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik. 6. Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance) ; siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi. 7. Memberikan balikan (providing feedback) : memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa. 8. Menilai hasil belajar (assessing performance) :memberiytahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran. 9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari. III. IMPLIKASI TEORI GAGNE DALAM PEMBELAJARAN 1. Mengontrol perhatian siswa. 2. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang 17 diharapkan guru. 3. Merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa. 4. Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar. 5. Memberikan bimbingan belajar. 6. Memberikan umpan balik. 7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah dicapainya. 8. Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning. 9. Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan penggunaan kemampuan yang baru diberikan.
  • 18. BAB III PENUTUP 18 A. SIMPULAN Prinsip belajar Gagne berbeda dengan prinsip-prinsip dari teoritisi sebelumnya yang menemukan prinsip belajar melalui studi belajar laboratorium. Gagne lebih memusatkan perhatiannya pada kompleksitas belajar manusia yang memiliki keunikan yang membedakannya dengan spesies yang lain. Belajar menurut Gagne adalah seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil dari transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan. Bertolak dari define belajar tersebut, Gagne mengungkapkan bahwa dalam belajar terdapat komponen kondisi belajar internal dan eksternal yang mengalami interaksi akan menghasilkan suatu kapabilitas (kemampuan) sebagai hasil belajar. Ada lima kriteria hasil belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Menurut asumsi Gagne, pembelajaran di kelas mencakup sifat dari pembelajaran dan proses yang disebut sebagai desain pembelajaran. Desain pembelajaran yang dimaksud adalah untuk menangani semua kejadian yang mungkin mempengaruhi belajar individual. Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu: Menarik perhatian (gaining attention), menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives), mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning), menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus), memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) : memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik, memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance), memberikan balikan (providing feedback), menilai hasil belajar (assessing performance) dan Memperkuat retensi dan transfer belajar. Aplikasi pembelajaran Gagne bertitik tumpu pada variasi tau ragam belajar yang ditemukannya. Dalam aplikasi pmbelajarannya Gagne
  • 19. menguraikan beberapa hal, (a) isu kelas, dimana isu kelas ini merukapan sebuah persiapan bagi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kesiapan mental dan juga pemberian motivasi dalam belajar; (b) mengembangkan strategi kelas, pengembangan strategi kelas ini mengulas tentang model perancangan system dan langkah-langkah dalam merangcang pembelajaran yang tentunya merupakan suatu hal yang harus dikuasai oleh seorang pendidik; (c) contoh kelas, contoh kelas merupakan segala kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa terbagi dalam Sembilan peristiwa pembelajaran yang ditemukan oleh Gagne; (d) ulasan teori, Pavlof, Skinner, dan Gestalt mengembangkan teorinya dalam laboratorium, namun Gagne menemukan ragam belajar manusia yang kemudian di aplikasikannya dalam teori pembelajaran. 19 B. SARAN Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui tentang kondisi belajar Robert Gagne yang diulas secara luas melalui teori, prinsip, dan aplikasinya. Dalam menulis makalah ini, penulis mengharapkan adanya suatu saran dan kritik agar nantinya makalah ini dapat direvisi dan disempurnakan lagi. Semoga makalah ini dapat menjadi sebuah refrensi untuk memecahkan masalah-masalah yang ada yang khususnya berkaitan dengan kondisi belajar Robert Gagne.