2. 1
KHUTBAH IBRAHIM Awang Anwaruddin
o Alhamdulillaahi hamdasy-syaakiriin; Asyhadu anlaa
ilaaha illallooh wah- dahu laa syariikalahu-ilaahul
awwaliina wal aakhiriin, wa asyhadu anna Muham-
madan 'abduhuu wa rasuuluhu sayyidul mursaliin.
Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa Muhammadin-
nabiyyil umiyyi, wa'ala aalihii washshahbihi 'ajma'iin.
Amma ba’du: Fa yaa ‘ibadalloh. Uushiikum wa nafsii
bittaqwallaah, faqod faazal muttaquun.
Qaalallaahu ta'aala fiil qur'aanil kariim,
o Falammaa balagha ma'ahus-sa'ya Qaala: Yaa
bunayya innii araa fil-manaami annii adzbahuka
faunzhur maadzaa taraa; Qaala yaa abatif'al maa
tu/mar; satajidunii insyaa-allaahu minashshaabiriin
o Shodaqolloohul ‘adziim.
Hadlirin, Jama’ah Jum’ah Rokhimakumulloh:
Puji syukur ke hadlirat Alloh swt atas segala Nikmatulloh
yang telah dianugerahkan kepada kita semua, baik nikmat
jasmanimaupunnikmatrohani, yang sedemikianbanyaknya
sehingga kalaupun kita menghitung tak akan mampu kita
tentukan jumlahnya, seperti tersirat dalam QS An-Nahl: 18:
o Wain ta’udduu ni’matalloohi laa tuhshuuhaa. Innallooha
laghofuurur-rohiim.
3. 2
Semoga kesyukuran ini benar-benar datang dari lubuk hati
yang paling dalam agar Nikmat Alloh yang kita terima akan
semakin berlipat-ganda, dan semoga kita tidak
mengingkarinya sehingga kita terhindar dari azab yang
pedih, seperti dimaklumkan Alloh dalam QS Ibrahim: 7:
o Wa-idz ta-adzdzana rabbukum: Lain syakartum la adzii-
dannakum; Wa lain kafartum inna ‘adzaabi lasyadiid.
Selanjutnya melalui majelis Jum’ah ini marilah kita perbaiki
syahadat kita, dan benar-benar kita akui dalam hati bahwa
tiada Tuhan yang patut kita sembah kecuali Alloh swt dan
bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Alloh yang terakhir.
Marilah kita sampaikan pula salawat dan salam kesela-
matan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, dan semoga
berimbas kepada para pengikutnya hingga akhir zaman.
Melalui majelis ini pula, kami mengajak kita semua untuk
meningkatkan integritas ketaqwaan kita kepada Alloh swt
dengan mematuhi secara total semua perintahNya dan
menghindari larangan-laranganNya.
Hadlirin, Jama’ah Jum’ah Rokhimakumulloh:
Bulan Dzulhijjah ini merupakan bulan yang monumental
bagi umat Islam di seluruh dunia. Di tanah suci kaum
muslimin dari berbagai belahan dunia—kaya atau miskin,
pejabat tinggi maupun pegawai biasa, kulit hitam atau
putih, tengah menunaikan rukun Islam ke-5 Ibadah Haji.
4. 3
Sementara itu, tepat pada tanggal 10 Dzulhijjah nanti,
jutaan umat Islam di seluruh penjuru dunia akan merayakan
hari raya Idul Adha seraya melantunkan takdir,
merefleksikan ikrar bahwa tidak ada yang lebih agung dan
layak untuk disembah kecuali Allah swt, Tuhan semesta
alam. Allohu akbar, allohu akbar walillahilhamdu.
Pada hari raya itu, selain melaksanakan Shalat Sunnah Id
dua rakaat, kaum muslimin yang mampu juga dianjurkan
untuk menyembelih binatang qurban untuk mengenang
kisah penyembelihan Nabi Ibrahim a.s. terhadap putera
terkasihnya Nabi Ismail a.s. Walaupun sudah berulangkali
kisah mengharukan ini kita ikuti lewat berbagai media,
namun drama pengorbanan kedua nabi tersebut begitu
fenomenal dan meninggalkan kesan mendalam.
Betapa tidak, Nabi Ibrahim yang telah menunggu kehadiran
seorang buah hati selama bertahun-tahun seraya berdoa
semoga Alloh menganugerahkan seorang anak yang saleh:
Robbi hablii minash-shoolihiin, pada suatu hari ketika
putera yang didambakan itu sudah cukup dewasa beliau
mendapat perintah Alloh untuk menyembelihnya.
Sungguh Nabi dihadapkan pada suatu pilihan yang
dilematis, antara melaksanakan perintah Alloh atau
mempertahankan buah hati yang sangat dicintainya,
dengan konsekuensi Nabi mengabaikan perintahNya.
Pada akhirnya, kekuatan integritas ketakwaan kepada Alloh
meneguhkan Ibrahim untuk mematuhi perintah Tuhannya.
5. 4
Sungguhmenakjubkan,tepatketika pedangIbrahim hendak
menebas leher Ismail, Alloh yang Mahakuasa mengganti
tubuh Ismail dengan seekor domba. Subhaanalloh!
Kisah monumental ini diabadikan dalam QS Shaffat:102
yang telah kami sampaikan pada muqoddimah khutbah ini,
o Falammaa balagha ma'ahusy-sya'ya;
Maka ketika puteranya telah mampu berusaha bersamanya,
o Qaala: Yaa bunayya innii araa fil-manaami annii
adzbahuka faunzhur maa dzaa taraa;
Ibrahim pun berkata: “Anakku, sesungguhnya aku bermimpi
menyembelihmu. Bagaimana menurutmu?”
o Qaala: Yaa abatif'al maa tu/mar, satajidunii insyaa
allaahu minash-shaabiriin.
Ismail pun menjawab: “Ayahanda, lakukan saja apa yang
diperintahkan Alloh; insya Alloh hamba akan bersabar.”
Hadlirin, Jama’ah Jum’ah Rokhimakumulloh:
Kisah mengharukan antara Nabi Ibrahim dan puteranya
Ismail di atas pada hakekatnya merupakan evidence atau
bukti nyata kesalehan spiritual seorang manusia, yang
berani mengorbankan kecintaannya pada urusan-urusan
duniawi demi mematuhi perintah Tuhannya.
Fenomena ini berbedasekalidengankondisi sebagiankaum
muslimin dewasa ini, yang lebih menunjukkan kemungkaran
spiritual daripada kesalehan spiritual. Seperti kita saksikan
pada berbagai media massa akhir-akhir ini, beberapa kaum
6. 5
muslimin berlomba-lomba menumpuk harta yang bukan
haknya. Mereka lebih memilih kesenangan duniawi
daripada kebahagiaan uhrowi, mengingkari Nikmatulloh
daripada mensyukurinya, dan melupakan kehadiran Alloh di
manapun ia berada seraya menyaksikan semua yang ia
kerjakan, seperti tersirat dalam QS Al-Hadid:4,
o Wa huwa ma’akum ainamaa kuntum.
Walloohu bimaa ta’maluuna bashiir.
Mereka pun lupa bahwa pada Hari Perhitungan nanti, semua
kebaikan maupun kejahatan sebesar dzarrah (yang lebih
kecil dibanding debu) pun akan memperoleh balasannya,
sebagaimana dijanjikan Alloh dalam QS Al-Zalzalah:7-8,
o Faman ya'mal mitsqaala dzarratin khayran yarahu,
waman ya'mal mitsqaala dzarratin syarran yarahu.
Hadlirin, Jama’ah Jum’ah Rokhimakumulloh:
Selain kesalehan spiritual, Idul Adha juga merefleksikan
kesalehan sosial. Penyembelihan binatang kurban yang
dianjurkan bagi kaum muslimin yang mampu, dan
selanjutnya dibagi-bagikan secara merata kepada kaum
dzuafa, sejatinya dimaksudkan untuk mempertebal rasa
kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap masalah
sosial, serta meningkatkan empati terhadap sesama.
Namun demikian, masih banyak kaum muslimin yang tidak
menyadari nilai-nilai yang terkandung dibalik ibadah qurban
7. 6
ini. Di sekitar kita, masih kita saksikan umat Islam yang rajin
mengerjakan shalat, melaksanakan puasa, dan bahkan
mampu menunaikan ibadahhaji berkali-kali, namun mereka
tidak peduli terhadap kondisi masyarakat di sekitarnya.
Ternyata kesalehan spiritual yang mereka tunjukkan tidak
dibarengi dengan kesalehan sosial, tetapi kepelitan sosial.
Mereka tidak pernah lupa memenuhi panggilan adzan,
tetapi selalu lupa mengisi kotak amal. Mereka
memperhatikan kebutuhan keluarga, tetapi mengabaikan
kaum duafa. Mereka lupa bahwa apabila mereka
menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang
miskin sama saja dengan perbuatan mendustakan agama,
sebagaimana diingatkan Alloh dalam QS Al-Maauun: 1-3,
o Ara-ayta alladzii yukadzdzibu bialddiini;
fadzaalika alladzii yadu''u alyatiima;
walaa yahudhdhu 'alaa tha'aami almiskiini
Hadlirin, Jama’ah Jum’ah Rokhimakumulloh:
Mengakhiri khutbah ini, marilah kita jadikan perayaan Idul
Qurban nanti sebagai momentum untuk meningkatkan dua
kesalehan utama, yakni kesalehan spiritual dan kesalehan
sosial.SemogaAllohswtsenantiasamembimbingkitauntuk
menjadi muslim yang sempurna, yang selalu taat
menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi semua
larangaNya serta peduli kepada lingkungan sosial kita.
8. 7
Akhir Khutbah Awal
o Barakallahu lii wa lakum fil qur'aanil adziim, wa nafa'nii
wa iyyaakum bima fiihii minal aayaati wadzdzikril
hakiim, wa taqqabala minni wa minkum tilaatawatahuu
innahuu huwassamii’ul ‘aliim;
o Aquulu qauli haadza, wastaghfirulloohal 'adziim; Lii wa
lakum, wa lisyaairil mu'miniina wal mu'minaat, wal
muslimiina wal muslimaat, fastaghfiruhuu innahuu
huwal ghafuurur rohiim.
Khutbah Akhir
o Innalhamdalillah; nahmaduhuu, wa nasta'ii nuhuu, wa
nastaghfiruh; Asyhadu anlaa ilaaha illallahu wahdahu la
syariikalahu, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuu
wa rosuluuh; Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa
Muhammad wa’alaa aali Muhammad kamaa sulaita
‘alaa Ibrohim wa’alaa aali Ibrohim, wa baarik alaa
Muhammad wa’alaa aali Muhammad kamaa baarokta
a’laa Ibrohim wa’alaa aali Ibrohim. Fil ‘aalamiina innaka
khamiidum-majiid.
o Qaalallaahu ta'aala fiil qur'aanil kariim, a'uudzubillaahi
minasy syaithoonir rajiim: “Yaa ayyuhal ladziina
'aamanuu, ittaqullooha haqqaa tuqootihi, wa laa
tamuutunnaa illaa wa antum-muslimuun.”
9. 8
o Wa qaalallahu ta'aalaa: “Innallaaha wa maalaa-
ikatahuu yushalluuuna 'alan nabiiy; Yaa ayyuhal ladziina
'aamanuu shalluu 'alaihii wa sallimu tasliimaa”
o Allaahumma shalli wa sallim wa baarik 'alaa
Muhammad, wa 'ala aalihi washshohbihii ajma’iin;
Birahmatika yaa arhamar roohimiin:
o “Allahummagh fir lil mu'miniina wal- mu'minaat, Wal-
muslimiina wal- muslimaat, al ahyaa-i minhum wal
amwaat, innakas-samii'un-qariibun mujiibud-da'wat,
wayaa qaadhiyal haajaat.
o Robbana hablana min azwazina wadzurriyaatina qurro
ta/a’yun waz’alna lil muttaqiina imaama; Robbiz ‘alni
muqiimash-sholaati wamin dzurriyyatiin (3)
o Robbanaa taqobbal mina innaka antas-sami’ul ‘aliim,
wa tub’alaina innaka antat-tawwabur-rohiim;
o Rabbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanah wa fill aakhiraati
hasanah wa qinaa 'adzaaban naar.
'Ibaadallah
o Innallaaha ya-muruu bil 'adli wal ihsaan, wa iitaa-i dzil
qurbaa, wa yanhaa 'anil fahsyaa-i wal munkari, wa
ladzikrullaahi akbar;
o Wa aqiimish sholah.
Jakarta, 10 October 2013