AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
Puisi
1. TUGAS UTS KOMPUTER TERAPAN
TEKNIK GEOLOGI TERAPAN
AKBAR FAJAR R.
11051303
GEOLOGI ( B )
POLITEKNIK GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN AGP
BANDUNG 2014
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunianya , dan karena Dia-lah penulis dapat membuat pedoman membuat puisi ini
Penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan , namun dalam segala
kekurangan penulis berusaha membantu para penggemar puisi untuk menulis puisi dengan
baik dan benar sesuai pedoman yang ada
Semoga apa yang ddituangkan penulis dapat memberikan kontribusi pembaca dekalian ,
terlebih dalam memuat puisi , dan membantu kemajuan sastra Indonesia khususnya dalam
bidang puisi
3. PANDUAN MEMBUAT PUISI ( 1 )
Menulis puisi dengan baik itu gampang-gampang susah. Ada orang yang mengatakan
“Saya bisa menulis puisi jika sedang berada di kamar yang sunyi.” Ada pula yang
mengatakan “Saya bisa menulis puisi di mana saja.” Pendapat lain mengatakan “Saya
bisa menulis puisi saat hati saya sedang sedih.”
Ungkapan-ungkapan di atas hanya sebagian kecil saja pendapat orang tentang menulis
puisi. Tergantung pada diri sendiri pribadi kita apakah niat atau tidakkah menulis puisi
yang terkadang tergantung juga pada kondisi sekitar serta kondisi psikis kita sendiri. Dalam
hal ini saya akan berbagi tips cara yang bisa digunakan untuk mengasah ketrampilan
menulis puisi dengan baik dan benar.
►. STRUKTUR BATIN DAN STRUKTUR FISIK
Puisi terdiri dari dua unsur, yaitu unsur tematik (unsur semantik) dan unsur sintaksis. Unsur
tematik atau unsur semantik menuju ke arah struktur batin sedangkan unsur sintaksis
mengarah pada struktur fisik puisi.
►. STRUKTUR BATIN DALAM PUISI
Struktur batin adalah makna yang terkandung dalam puisi yang membutuhkan
4. penghayatan. Struktur batin terdiri dari (1) ide/tema, (2) perasaan, (3) nada dan suasana, (4)
amanat atau pesan.
Dalam sebuah forum diskusi maya (apresiasi sastra), penyair Hasan Aspahani pernah
menyarikan perihal pasal-pasal puisi versi Goenawan Mohammad dalam bukunya
“Kesusastraan dan Kekuasaan”. Pasal-pasal berikut ini bisa kita jadikan panduan dalam
memahami struktur batin puisi.
1. Dalam puisi, pada mulanya adalah komunikasi. Karena itu, puisi yang tidak palsu dengan
sendirinya dan sudah seharusnya mengandung kepercayaan kepada orang lain, yaitu
pembacanya.
2. Prestasi kepenyairan yang matang mencerminkan suatu gaya, setiap gaya mencerminkan
suatu kepribadian, setiap kepribadian tumbuh dan hanya bisa benar-benar demikian bila ia
secara wajar berada dalam komunikasi.
3. puisi yang mencekoki pembaca, atau menyuruh pembaca menelan saja pesan yang
hendak disampaikan atau yang dititipkan lewat penyair adalah puisi yang tidak pantas
dihargai.
4. Penyair dan pembacanya berada dalam sebuah ruang kebersamaan yang meminta banyak
hal serba terang, sebab dengan demikian terjamin kejujuran, dan penyair tidak sekedar
menyembunyikan maksud puisinya bagi dirinya sendiri.
5. Akrobatik kata-kata untuk dengan sengaja membikin gelap suatu maksud sajak
menunjukkan tidak adanya kejujuran, yang pada akhirnya tidak lagi dipercaya pembacanya
dan kemudian ia pun tidak lagi percaya pada dirinya sendiri.
6. Penyair harus meletakkan puisinya di antara "kegelapan-supaya-tidak-dimengerti" dan
5. "tidak-menjejalkan-segala-galanya-kepada-pembaca", tanpa mengaburkan batas antara
kedua hal itu. Dari kenyataan karya beberapa penyair (khususnya para pemula), yang sering
muncul adalah puisi dengan ungkapan perasaaan semata. Padahal, sebenarnya dalam puisi
juga perlu dimunculkan sisi intelektualitas di dalamnya.
►.STRUKTUR FISIK DALAM PUISI
Struktur fisik adalah struktur yang bisa kita lihat melalui bahasanya yang tampak. Struktur
fisik terdiri dari (1) irama, (2) rima, (3) diksi, dan (4) licentia poetica.
(1) IRAMA
Irama atau ritme berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Dalam
puisi, irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi menimbulkan gelombang
yang menciptakan keindahan. Irama dapat juga berarti pergantian keras-lembut, tinggi-rendah,
atau panjang-pendek kata secara berulang-ulang dengan tujuan menciptakan
gelombang yang memperindah puisi. Perhatikan puisi DOA karya Chairil Anwar! Dalam
puisi tersebut terdapat pengulangan kata Tuhanku.
DOA
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
dalam termangu aku masih menyebut namamu
biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh
cahayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk , remuk
6. Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling.
Karya : Chairil Anwar
(2) RIMA
Rima (persamaan bunyi) adalah pengulangan bunyi berselang, baik dalam larik
maupun pada akhir puisi yang berdekatan. Bunyi yang berima itu dapat
ditampilkan oleh tekanan, nada tinggi, atau perpanjangan suara. Berguna untuk
menambah keindahan suatu puisi.
Contoh :
Berakit-rakit ke hulu
berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian.
(3) DIKSI
Diksi, atau pilihan kata merujuk pada gaya ekspresi oleh penulis. Pengertian dari
“diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata — seni berbicara
yang jelas yang memungkinkan setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga
kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini lebih menekankan pada
pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya bahasa.
Pengertian diksi yang lebih luas (menurut Gorys Keraf, 2002) :
1. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai
untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata
yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan, dan gaya mana yang paling
7. baik digunakan dalam suatu situasi.
2. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat pendengar.
3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata (vocabulary) bahasa itu.
Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosakata suatu bahasa adalah
keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Sedangkan fungsi diksi ialah :
1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
2. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi)
sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
3. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
4. Menciptakan suasana yang tepat.
5. Mencegah perbedaan penafsiran.
6. Mencegah salah pemahaman.
7. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
(4) LICENTIA POETICA
Licentia poetica, suatu istilah yang kerap terdengar dari dunia sastra. Yaitu suatu
lisensi atau izin tak tertulis yang diberikan kepada penulis karya sastra — termasuk
penyair — untuk menerjang kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar demi
menimbulkan efek-efek tertentu sesuai keinginannya. Singkatnya dengan licentia
poetica, seorang penulis ”dihalalkan” mempergunakan kaidah bahasa sendiri meski
menyimpang.
8. ►. EMPAT LANGKAH MENULIS PUISI
Pada dasarnya, menulis puisi hanya membutuhkan empat langkah :
(1) PENCARIAN IDE, dilakukan dengan mengumpulkan atau menggali informasi
melalui membaca, melihat, dan merasakan terhadap kejadian/peristiwa dan
pengalaman pribadi, sosial masyarakat, ataupun universal (kemanusiaan dan
ketuhanan).
(2) PERENUNGAN, yakni memilih atau menyaring informasi (masalah, tema, ide,
gagasan) yang menarik dari tema yang didapat. Kemudian memikirkan,
merenungkan, dan menafsirkan sesuai dengan konteks, tujuan, dan pengetahuan
yang dimiliki.
(3) PENULISAN, merupakan proses yang paling penting dan rumit. Penulisan ini
mengerahkan energi kreatifitas (kemampuan daya cipta), intuisi, dan imajinasi
(peka rasa dan cerdas membayangkan), serta pengalaman dan pengetahuan. Untuk
itulah, tahap penulisan hendaknya mencari dan menemukan kata atau pun kalimat
yang tepat, singkat, padat, indah, dan mengesankan. Hasilnya kata-kata tersebut
menjadi bermakna, terbentuk, tersusun, dan terbaca sebagai puisi.
(4) PERBAIKAN atau REVISI, yaitu pembacaan ulang terhadap puisi yang telah
diciptakan. Ketelitian dan kejelian untuk mengoreksi rangkaian kata, kalimat, baris,
bait, sangat dibutuhkan. Kemudian mengubah, mengganti, atau menyusun kembali
setiap kata atau kalimat yang tidak atau kurang tepat. Oleh karena itu, proses revisi
atau perbaikan ini terkadang memakan waktu yang cukup lama hingga puisi
tersebut telah dianggap ''siap untuk dipublikasi”, tidak dapat diubah atau diperbaiki
lagi oleh penulisnya.
9. ►. SUMBER IDE
Ide penulisan bisa berdasarkan catatan — khususnya catatan harian (diary) — dan
atau dari hasil perenungan.
Jika puisi ditulis berdasarkan catatan harian, langkah-langkahnya adalah :
1. Baca dan renungkan isi catatan atau catatan-harian yang Anda miliki.
2. Coretlah kata-kata yang tidak penting dan tambahkan kata-kata yang menurut
Anda menarik untuk disertakan.
3. Hapuslah baris-baris yang tidak penting.
4. Atur dan urutkan kembali baris-baris yang sudah Anda pilih.
5. Bacalah kembali hasil akhir baris-baris itu.
6. Sunting (edit) baris-baris itu sehingga menjadi baris-baris puisi yang menarik.
Jika puisi ditulis berdasarkan hasil perenungan, maka langkah-langkahnya ialah :
1. Duduklah di bawah pohon, di dalam kamar, atau di tempat lain yang
menyenangkan bagi Anda.
2. Pejamkan mata Anda sejenak dan pikirkan tentang hal yang menyenangkan,
misalnya berlibur ke daerah pegunungan.
3. Hiruplah sejuknya udara dingin pegunungan (dalam imajinasi).
4. Dengarkan suara burung yang berkicauan di dahan pohon.
5. Rasakan bahwa Anda sedang berada di tempat itu dan rasakan kenyamanannya
(dalam imajinasi).
6. Renungkan apa yang Anda rasakan. Renungkan bahwa semua keindahan itu
merupakan karunia Tuhan.
7. Resapkan dalam hati apa yang telah Anda rasakan, lalu buka mata Anda
perlahan-lahan.
8. Ungkapkan apa yang telah Anda rasakan, Anda lihat, Anda sanjung dalam
renungan Anda, dalam bentuk puisi.
10. ►. PENGEMBANGAN IDE MENJADI TEMA
Menulis puisi termasuk jenis ketrampilan. Sebagaimana halnya ketrampilan yang
lain, pemerolehannya harus melalui belajar dan berlatih. Makin sering belajar dan
makin giat berlatih tentu makin cepat trampil.
Dalam menulis puisi, yang pertama-tama dilakukan adalah menentukan tema.
Tema adalah pokok persoalan yang akan dikemukakan dalam bentuk puisi. Agar
lebih jelas perhatikan puisi berikut :
DIALOG SEPASANG BUNGA
Karya : Slamet Wahadi
Aku anggrek
lahir di tengah pengap hamparan biru langit
dari sekerling matahari
awan menyapu muka, meninggalkan gerimis-gerimis tua
dan embun terasa bayangan maya
sirna sebelum senja kukencani
Aku melati dan kau anggrek
di tepian cakrawala pucuk kita meninju langit
menggebuk-gebuk nafas angin
dan bermimpi membangun riak sungai tua
di antara tangkai-tangkai hijau
Kami anggrek dan melati bersemi
membukakkan hari-hari yang kian suram
yang kami harkati dengan bulan kami sendiri
kami sepasang bunga tercampakkan
seperti waktu luruh menyapa jiwa
Puisi di atas berjudul “Dialog Sepasang Bunga”. Judul yang cukup menggelitik.
Bunga apa yang sedang berdialog dan apa yang didialogkan, begitu kita mungkin
11. akan bertanya sebelum membaca puisi tersebut. Ternyata, bunga anggrek dan
bunga melati. Peristiwa yang menimpa mereka (dua bunga itu) adalah kesuraman
hidup, tercampakkan seperti waktu luruh menyapa jiwa.
Menyatakan kesuraman hidup dengan menghadirkan sosok bunga memang
menarik. Akan tetapi, benarkah Wahedi semata-mata sedang berbicara tentang
bunga? Bisa ya, bisa tidak. Yang jelas menimpa bunga atau bukan, pokok persoalan
yang digarap dalam puisi itu adalah kemanusiaan : kelahiran yang pengap,
kemayaan hidup, upaya melawan alam, mimpi tentang sesuatu, tetapi menghadapi
hari-hari suram. Demikianlah puisi meskipun menggunakan personifikasi dan
simbol, pada dasarnya berbicara tentang manusia. Jadi tema puisi di atas adalah
kemanusiaan.
Jika sudah menemukan dan menentukan tema yang akan ditulis menjadi puisi, kita
perlu mengembangkan tema itu : hal-hal apa yang akan dikemukakan dalan puisi.
Hal-hal yang sudah akan dikemukakan dalam puisi itu dapat dicari melalui
pemikiran atau pengamatan. Secara mudah, misalnya kita akan menulis puisi yang
berhubungan dengan kehidupan seorang anak kecil penjual koran yang harus
membiayai sekolahnya sendiri. Setelah menenetukan masalah tersebut kita akan
melakukan pengamatan di lapangan tentang kehidupan si penjual koran. Dari hasil
pengamatan itu kemudian dipilih dan ditentukan mana yang akan diungkapkan
dalam puisi.
►. PRAKTEK LEBIH MUDAH DIBANDING TEORI
Pada umumnya para penyair terkenal belajar menulis puisi dengan
autodidact, tidak melalui bangku Fakultas Sastra. Sarjana Sastra kebanyakan
menjadi pengamat, hanya sedikit yang benar-benar menjadi penyair.
Menulis puisi ibarat belajar membuat kue. Belilah buku teori membuat kue lalu
12. bacalah. Dijamin Anda tidak pernah akan trampil membuat kue dibanding kalau
Anda belajar sambil praktek (learning by doing). Tentunya mula-mula tidak akan
sebagus pembuat kue profesional, namun dari pengalaman dan trial and
error berulang-ulang, akhirnya Anda akan menjadi profesional juga.
Sudah tentu dibutuhkan wawasan mengenai struktur batin dan struktur fisik puisi
seperti serba sedikit diuraikan di atas. Dibutuhkan pengetahuan mengenai irama,
rima, dan diksi, walaupun tidak terlalu mendalam. Karena dalam mengungkapkan
kata-kata ke bentuk puisi diperlukan pemilihan kata-kata yang tepat, bukan hanya
tepat maknanya melainkan juga harus tepat bunyi-bunyinya. Penyusunan kata-kata
itu harus sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan estetis (indah). Selain itu,
pendayagunaan majas dan personifikasi harus diperhatikan agar puisi yang dibuat
semakin bagus.
Menulis puisi berbeda dengan menulis esai (artikel). Kalau dalam penulisan esai
kita dituntut untuk menggunakan kata yang tegas dan tidak berbelit-belit, maka
dalam penulisan puisi justru sebaliknya. Kita dituntut untuk pandai
mengimprovisasikan sebuah keadaan menjadi rangkaian kata-kata yang enak
dibaca dan penuh dengan makna tersembunyi.
Mari kita mulai dengan praktek : Ketika Anda duduk-duduk di taman, Anda
melihat seekor kucing sedang makan tikus dengan sangat rakus, sehingga
menimbulkan bunyi kriuk-kriuk yang begitu menjijikkan. Maka kalau keadaan itu
diterjemahkan ke dalam satu bentuk puisi akan menjadi seperti ini :
Lihatlah...
kucing jantan sedang asyik mencumbu kepala tikus ...
Mengapa kita harus memilih kata “lihatlah,” bukan “kulihat”?
Dalam konteks ini tujuan kita adalah mencoba mengajak pembaca untuk ikut
13. merasakan apa yang sedang kita rasakan. Nah, kalau kita memilih kata
kulihat, maka berarti kalimat tersebut hanya ditujukan untuk diri kita sendiri,
bukan untuk pembacanya.
Mengapa kita harus memilih frasa “kucing jantan”, bukan “kucing betina” atau
“kucing” saja?
Tujuannya di sini adalah sebagai penegasan untuk memperkuat makna, sebab kata
jantan itu sendiri sudah memiliki makna kuat, garang, ganas dsb. Kalau kita hanya
memakai kata kucing saja, kalimat tersebut akan menjadi kurang tegas, terlebih
kalau kita memilih kata kucing betina. Itu justru akan membuat lemah makna yg
terkandung.
Lalu mengapa kita harus memilih kata “mencumbu” bukan “memakan”?
Tujuannya adalah untuk memperluas makna. Kalau kita pilih kata
memakan, paling pembaca mikirnya begini: Halah, cuma ‘gitu doang,
memasukkan makanan ke dalam mulut. Akan sangat jauh berbeda dengan ketika
kita memilih kata mencumbu. Pembaca akan mendapatkan banyak imajinasi dari
pemakaian kata mencumbu di sini. Bisa diartikan memeluk, menciumi, menjilati,
melumat, dsb.
Mengapa “kepala tikus”?
Frasa kepala tikus di sini berfungsi untuk memfokuskan perhatian. Kalau kita
memilih frasa perut tikus, maka perhatian pembaca akan melebar ke mana-mana,
karena di dalam perut yang begitu empuk terdapat isi yang tentu saja ikut termakan
dan dipilah-pilah lagi oleh si kucing. Sangat berbeda ketika kita memilih frasa
kepala tikus. Kepala tikus mengandung makna bahwa tikus yang dimakan itu
hanya satu. Selain itu, frasa tersebut akan membuat pembaca berimajinasi begini :
betapa gemeretaknya ketika gigi-gigi kucing itu sedang beradu dengan tempurung
kepala tikus yang begitu keras. Pastilah liur si kucing sampai berceceran dan tentu
saja itu sangat sangat menjijikkan.
14. Dari imajinasi pembaca tersebut kita akan sangat mudah dalam memilih kalimat
selanjutnya. Satu contoh kelanjutannya adalah seperti ini :
Lihatlah ...
kucing jantan sedang asyik mencumbu kepala tikus
liurnya pun menetes menimpa rumput lalu membusuk hangus
dan seiring taring kucing runcing gemerincing...
>. Mulailah menulis. Jangan terlampau terikat dengan teori.
Atau kondisinya dibalik , tuangkan dulu pikiranmu , agar dapat melakukan
praktek terlebih dahulu , kemudian sesuaikan dengan teori-teori yang ada ,
atau dalam artian teori belakangan praktek dahulukan.
Diatas hanyalah segelintir pendapat atas pemikirannya dalam pedoman membuat puisi,
penulis sedikit akan mencurahkan pula pedoman membuat puisi serta beberapa puisi
karangan penulis senddiri ,dan selamat membaca .
15. PEDOMAN MEMBUAT PUISI ( 2 )
Bagaimana cara membuat puisi yang baik dan dapat dihayati maknanya ? sering kali ketika
mebuat puisi, beberapa unsur penting dalam membuat puisi diabaikan oleh si
pembuat,mungkin termasuk Anda jadinya puisi yang disampaikan kurang memiliki makna.
Bagi orang gemar membuat puisi haruslah memahami beberapa unsur penting yakni
unsur intriksik pada puisi
. Ada 10 unsur intriksik puisi yang sangat penting untuk menunjangkeindahan dan
kesempurnaan dalam membuat puisi , dan diantaranya adalah sebagai berikut :
Unsur Intrinsik Puisi
1. Tema adalah : ide atau gagasan yang menduduki tempat utama di dalam
cerita.Hanya ada satu tema dalam satu puisi, walaupun puisinya panjang.
2. Rasa : Rasa disebut juga arti emosional. Misalnya : sedih, senang, marah, heran,
gembira dll.
3. Nada adalah : sikap kita terhadap persoalan yang kita bicarakan.o Mengguruio
Mencaci Merayu Merengek Mengajak Menyindir Dsb.
4. Amanat adalah : pesan yang akan disampaikan oleh pengarang.Contoh amanat
:Mengharapkan pembaca marah.BenciMenyenangi sesuatuBerontak pada sesuatu.
16. 5. Diksi ialah : pilihan kata yang tepat.Keberhasilan puisi dicapai dengan
mengintensnsifkan pilihan kata yang tepat
6. Imajeri atau daya bayang ialah :suatu kata atau kelompok kata yang digunakan
untuk menggunakan kembali kesan-kesan panca indera dalam jiwa kita.Jenis
Imajeri :1. Imajeri pandang 2. Imajeri dengar 3. Imajeri rasa 4. Imajeri kecap
7. Kata-kata konkret adalah : kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama, tetapi
secarakonotatif tidak sama, bergantung pada situasi dan kondisi pemakainya.
8. Gaya Bahasa adalah : cara mengungkapkan pikiran melalui kata-kata.
9. Irama atau Ritme adalah meninggi atau merendahnya nada mengeras-melembuttekanannya,
mempercepat-melambat temponya.
10. Rima atau unsur bunyi/sajak adalah unsur bunyi untuk menimbulkan kemerduan
puisiunsur yang dapat memberikan efek terhadap makna nada dan suasana puisi tersebut.
Semoga dengan memahami 10 unsur intrinsik pada puisi diatas Anda dapat membuat
puisiyang lebih bermakna dan lebih bugus lagi dari sebelumnya
Terlepas dari beberapa pendapat yabg telah penulis rangkum , penulis pun akan
memberikan pendapat dari beberapa Sastrawan kesohor di dunia dan Indonesia sendiri
17. PENDAPAT SASTRAWAN
Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama.
Secaraetimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani
poesis, yang berarti membangun,membentuk, membuat, menciptakan.
Sedangkan kata poet dalam tradisi Yunani Kuno berarti orang yang mencipta melalui
imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada
dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatantajam, orang suci, yang sekaligus
merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapatmenebak kebenaran yang
tersembunyi.
Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang
bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang
kongkretdan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan
berirama.
Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanyadisusun
sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu
sepertimusik.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah
dalamsusunan terindah.
Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan
sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
18. Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan
secaraimplisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong
padamakna konotatif.
Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra
yangmengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun
denganmengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik
danstruktur batinnya.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang
mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud
dan bahasa yang paling berkesan.
Terlepas dari itu semua , penulis sendiri berpendapat bahwa puisi sendiri merupak ekspresi
dari pembuat puisi itu sendiri terhadap sesuatu yang dia rasakan , lakukan , dan sebagainya.
Agar lebih jelas dan lebih baik dalam membuat puisi alngkah baiknya penulis
membeberkan beberap unsur-unsur yang penting selain uang penulis cantumksn diatas
sebelumnya.
Unsur-unsur Puisi
Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait,
bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi.
Secarasingkat bisa diuraikan sebagai berikut.
19. Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang
tepatsangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang
dipilihdiformulasi menjadi sebuah larik.
Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa
berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama,
jumlahkata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan
Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya
adakesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat
buah,tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi
yangditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme)
adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi.
Timbulnyairama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi
(misalnyakarena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang
bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek
kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama,namun
irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yangmenciptakan
efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar
meskipun tanpa dilagukan.
Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna
bisamenjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi
disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur,
yaitustruktur batin dan struktur fisik.
20. Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai
berikut :
(1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungantanda
dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait,maupun
makna keseluruhan.
(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan
psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas
sosial,kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan
pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi
suatumasalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya
bahasa,dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan
psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungandengan
tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui,mendikte,
bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkanmasalah begitu
saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh danrendah pembaca, dll.
(4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong
penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan
puisi,maupun dapat ditemui dalam puisinya
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana
yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik
puisi meliputi hal-hal sebagai berikut :
21. Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana
yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik
puisi meliputi hal-hal sebagai berikut :
(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak
dipenuhikata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu
dimulaidengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat
menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena
puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak
hal,maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi
eratkaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata
.(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalamanindrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi
menjadi tiga,yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau
sentuh (imajitaktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar,
danmerasakan seperti apa yang dialami penyair.
(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkanmunculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang.
Misal katakongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll,
sedangkan katakongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup,
bumi, kehidupan,dll.
(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek
dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan
22. puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan
makna(Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam
majasantara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme,
repetisi,anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto,
totem pro parte, hingga paradoks.
(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi
pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup :
(A) onomatope(tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada
puisi Sutadji C.B.),
(B) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal,
sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
[Waluyo,187:92]), dan
(C) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras
lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Namun kiranya hanya seperti ini yang dapat penulis penulis bagi dalam hal
pedoman membuat puisi , jika ada kesalahan mohon dimaafkan . Terima Kasih .